Jimin menyudahi apa yang ia lakukan kepadaku, dan mengakhirinya dengan mengecup kedua kelopak mataku secara bergantian.
"Aku akan selalu melindungi mu, aku tidak akan pernah meninggalkan mu" ujar jimin meyakinkan ku. aku tersenyum kepadanya, ada rasa hangat yang menjalar di hatiku.
"Makasih jimin, karna kau--aku jadi merasa tidak sendirian lagi" sekarang gantian, aku yang memeluk jimin. Menepuk nepuk pundak belakangnya pelan. Bolehkah aku merasa beruntung? Bisa di cintai malaikat seperti jimin. itu adalah sesuatu hal yang tidak pernah terfikirkan dalam hidup ku sebelumnya.
Namun tiba tiba Jimin merintih di pelukan ku. Aku langsung saja panik dan memeriksa keadaannya.
"Jimin-ah kau kenapa?" Tanyaku khawatir. jimin tidak merespon ucapanku, ia terus merintih kesakitan--aku memeluknya kembali, air mataku sudah keluar tanpa aku sadari.
"Tolong jangan seperti ini" aku terisak ketakutan. Sungguh tidak tega melihat jimin begini.
Aku kembali di buat terkejut saat sepasang sayap jimin keluar dari punggungnya. Namun sayap itu mulai berubah menghitam, merambat ke atas sampai menyisakan warna bulu putihnya yang kini hanya tinggal setengah bagian.
Aku tercenung melihatnya, aku tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi.
Tak lama dari itu Jimin berhenti merintih, menyisakan deru nafasnya yang tidak beraturan. ia menatap ku yang sedang menangis dengan cemas.
"Hye jung-ah, gwenchana" ujar jimin, malaikat itu mendekat padaku, lalu menggenggam kedua tanganku yang gemetar akibat kejadian barusan.
"A-Apa yang terjadi pada mu jimin?" tanyaku sedikit terbata.
"Aku tidak apa apa sungguh, ini hanya.."
"Hanya apa?!" Aku meninggikan suaraku, aku yakin ada sebabnya sampai jimin bisa kesakitan seperti tadi. "Apa yang kamu sembunyikan dariku jimin?! Kenapa sayapmu bisa berubah menghitam seperti itu?!"
"Hye jung.."
"Jimin katakan!" Aku kembali terisak histeris, jimin membawaku pada pelukannya, hingga kedua sayapnya melingkupiku. Aku mencoba memberontak untuk melepaskan kungkungannya, tapi itu malah membuat aku lelah sendiri, tenaga yang ku miliki tidak sebanding dengan jimin.
"Hye jung tenanglah" jimin berbisik pelan di telingaku, mencoba meredam tangisan ku di dada bidangnya.
"Jelaskan padaku jimin, jangan jadikan aku orang yang bodoh--yang tidak tahu apa apa" kataku lirih.
Jimin menghembuskan nafasnya frustasi, apakah kali ini ia harus jujur? ia hanya takut jika hal itu bisa mempengaruhi pikiran gadisnya.
"Baiklah, tenangkan dirimu dulu--baru aku akan menjelaskannya padamu" final jimin, lebih baik ia jujur, karna selamanya menyimpan masalah sendiri itu tidak baik. "Tapi berjanjilah padaku, sehabis kau mendengarnya--jangan pernah sekalipun menyalahkan dirimu"
****
•Kerajaan Villios
seokjin melangkah menyusuri lorong istana, berniat mendatangi kamar kyung min, yang terletak di sebelah selatan kastil kerajaan. Hampir dari pagi seokjin sama sekali tidak melihat batang hidung salah satu ajudannya tersebut. Tidak biasanya kyung min menghilang seperti ini.
Para pengawal yang seokjin lalui serentak memberikan penghormatan, namun seokjin sama sekali tidak menghiraukannya. Bukannya ia sombong, tapi isi kepalanya sedang bercabang kemana mana.
Setelah sampai di tempat tujuan, langsung saja ia mengetuk kamar ajudannya itu tidak sabaran.
"Kyung min! Keluarlah!" Teriak seokjin, suara baritonnya sampai menggema memenuhi ruangan. Alis seokjin bertaut ketika tidak ada respon sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
First SnowFall [Completed]
Fanfic[ #The Winner WWC2020 ] Bagi kim Hye Jung bertemu park jimin adalah sebuah takdir. Si malaikat penyuka vanilla, dan pemilik mata biru safir itu sangat menjungkir balikan hidupnya. Bagaimana jimin menyelamatkan nya dari petaka maut di malam salju per...