"Hei, buka matamu"
Aku tersentak saat suara familiar itu terdengar di telingaku, aku yang lumayan lama memejamkan mata erat kini langsung membukanya.
"Jimin!" Aku menjatuhkan boneka beruang ku di atas salju, ketika jimin langsung membawaku dalam dekapannya.
Aku membalas pelukan jimin, dan menangis. aku bersyukur jimin baik baik saja, segala fikiran buruk tadi sempat menghantuiku secara terus menerus.
Aku takut jimin terluka karna kedua iblis itu, dan aku takut jimin meninggalkan ku sendirian. tapi untunglah itu semua tidak terjadi.
"Kau baik baik saja kan? Ada yang sakit tidak? kalau ada nanti biar aku obati" tanyaku khawatir setelah melepas pelukan. Jimin malah tersenyum ke arahku, dan menghapus air mataku yang sempat mengalir.
"Aku baik baik saja hye jung--iblis itu sudah ku bunuh, kau tidak perlu takut"
aku menghembuskan nafas lega, lalu ku hirup oksigen sebanyak banyaknya. pening di kepala ku perlahan mulai berkurang.
"Aku hampir saja mati di tempat karna rasa takut! Iblis itu sangat menyeramkan" aku mengerucutkan bibirku sedih.
"Maaf kan aku" jimin menatapku dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"Maaf untuk apa?"
"selalu membuat mu menangis"
"itu bukan salah mu! dari kecil aku memang begini, aku akan menangis jika merasakan ketakutan" aku mengusap sisa air mata ku di sudut mata, dan tersenyum tipis ke arahnya.
ada rasa sakit yang jimin rasakan di hatinya ketika melihat gadis di hadapannya ini menangis. ratusan ribu tahun jimin hidup, ia baru merasakan hal seperti ini.
Selama hidupnya, jimin selalu menutup diri dan tidak pernah mengizinkan siapapun untuk masuk lebih jauh, memberikan batasan kokoh yang tidak siapapun bisa menghancurkannya, meskipun itu hanya celah kecil sekalipun.
Namun anehnya hal itu seperti tidak berlaku untuk kim hye jung.
"Kenapa kau melamun?" Tanyaku, saat melihat jimin tidak bergeming dari tempatnya.
"Huh? aku tidak melamun" jawab jimin mengelak, ia mengambil boneka beruang yang tergeletak mengenaskan di bawah, lalu memberikannya lagi kepadaku. "Ayo ke kedai ice cream!"
"Katanya tidak jadi?" Rengutku lucu.
"aku kembali berubah pikiran" ujar jimin, ia merangkul bahuku, dan membawaku pergi dari sini--bersamaan ia yang menyentikan jarinya, saat itu juga semuanya kembali normal. riuh ramai orang orang mulai kembali terdengar.
Soal pohon yang tumbang, itu urusan pihak setempat. Jimin tidak terlalu memperdulikan.
"Cepat beritahu aku alasan kau menyukai vanilla?"
"Itu rahasia"
"Kau menyebalkan" aku cemberut, dan berjalan mendahului jimin.
"Berhati hatilah, iblis bisa menghadang mu kapan saja di depan"
Mendengar itu--aku langsung berbalik menghampiri jimin, dan kembali berjalan di sampingnya.
Jimin langsung tertawa melihat tingkah ku yang berhasil ia jahili.
*****
•Kerajaan villios
"Bagaimana bisa adik mu tidak ingin kembali?" Tanya pria paruh baya dengan suara baritonnya yang tegas. ia sesekali menyeruput teh nya di singga sana, sambil menatap anak pertamanya di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
First SnowFall [Completed]
Fanfic[ #The Winner WWC2020 ] Bagi kim Hye Jung bertemu park jimin adalah sebuah takdir. Si malaikat penyuka vanilla, dan pemilik mata biru safir itu sangat menjungkir balikan hidupnya. Bagaimana jimin menyelamatkan nya dari petaka maut di malam salju per...