1 : 2

147 25 0
                                    

"Ingat! Bumi tersusun berlapis-lapis, begitu juga dengan kehidupan di dalamnya. Kondisikan sikap congkakmu, sebab kau tak pernah tau di mana posisimu kini berada. Bisa jadi lapisan teratas, dihuni oleh orang yang pernah kau tindas!"

Chapter 1: First Rumor (2)

Chapter 1: First Rumor (2)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Inka, gadis itu dengan langkah tergesa-gesa mendekat ke arah pintu kelas yang di atasnya tertulis jelas 'X IPA 1'. Ia melirik tulisan itu sebentar, lalu berjalan mendekat.

Langkahnya terhenti tatkala melihat seseorang yang beberapa menit lalu membuat masalah dengannya. Siapa lagi kalau bukan Sevi.

Sevi tengah duduk di atas bangku dengan memainkan jarinya yang elok. Senyumnya penuh kemenangan dan matanya kini tertuju ke arah Inka yang menatapnya terkejut.

"Welcome to hell girl."

"You will be happy."

Sevi tersenyum. Memang wajahnya bak bidadari namun kelakuannya sangat berbanding terbalik.

Senyuman Sevi pudar ketika merasakan getaran handphone yang berada di saku.

Sevi memutar bola matanya. Acuh. Lalu, tersenyum remeh. "Dia lagi ... Nggak ada kerjaan lain apa!"

[07. 23] 082762801*** :
Rupanya kau berani menyia-nyiakan belas kasihanku. Sekali lagi kuberi kesempatan, cepat minta maaf pada gadis yang tak bersalah di hadapanmu. Jika tidak, jangan menyesal jika kau terjebak dalam permainan seruku dan jangan merengek dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Matanya membulat. Selang beberapa detik, ia menatap Inka yang tengah ketakutan.

[07.24]~Sevi :
I don't care.

Telunjuknya menonyor kening Inka. Sevi tertawa memperlihatkan deretan gigi putihnya. Tak disangka, tangan Sevi sedang menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya.

Bagai robot yang bergerak otomatis, kaki Inka spontan melangkah mundur menjauhi Sevi yang menatapnya begitu tajam. Semakin Inka berjalan mundur, semakin Sevi berjalan maju menghampirinya.

"Lo mau ngapain?" lirih Inka samar, nyaris tak terdengar. Tak sadar, nyalinya sekarang tersisa kurang dari setengah.

Inka merasakan tak ada lagi jarak yang bisa ia pangkas di belakangnya. Tubuhnya benar-benar merapat pada dinding kelas. Tidak, ia tidak bisa diam saja. Dirinya harus segera pergi sebelum monster dalam jiwa Sevi menikamnya.

Inka memberanikan diri melangkahkan kaki ke depan meskipun terasa sangat berat, tapi terlambat! Sevi berjalan cepat lalu mendorong tubuh Inka ke belakang hingga membentur dinding kelas.

Sevi mengulurkan tangan kanannya untuk mencengkeram pipi Inka hingga mulut gadis itu menyerupai huruf O, sementara tangan kirinya memegang lembaran kertas yang sudah berubah bentuk menjadi bulat dan padat hampir menyerupai bola kasti.

SPARGITORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang