4 : 2

69 17 0
                                    

“Kecerobohan sekecil apapun akan menjadi sejata emas bagi mereka yang sedang mengintai-mu. Maka berhati-hatilah dalam bertindak!”

Chapter 4: Dark Obsession (2)

****

Gara nyaris membanting senter di genggamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara nyaris membanting senter di genggamannya. Tubuhnya gemetar. Ia meremas rambutnya yang basah penuh dengan keringat. Keringatnya bercucuran tanpa henti menandakan ia sedang frustasi. "Ruang art," gumam Gara.

Gara tiba-tiba teringat pintu ruang art yang masih terbuka. Ia melihat kunci ruang art memberi bekas pada kulitnya karena genggaman yang terlalu kuat. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan rencananya. Apa boleh buat, rencananya sudah ketahuan dan melanjutkannya justru membuat masalah makin runyam. Sedetik kemudian, dengan langkah putus asa Gara kembali ke ruang art.

Di sisi lain, Liona terus berlari di tengah kegelapan. Ia terus meningkatkan laju larinya walaupun pandanganya tak begitu jelas. Liona mengambil arah asal yang penting bisa terhindar dari kejaran Gara. Sampai-sampai ia hampir terjatuh karena tak menyadari di depannya ada anak tangga. Beruntung cewek itu mempunyai refleks yang bagus jadi tangannya sigap meraih railing tangga.

Liona menengok ke belakang. Langkah Gara sudah tak terdengar lagi. Berarti ia berhasil lolos dari kejaran Gara. Badannya mulai lemas begitu juga dengan kakinya. Kemudian, ia duduk di salah satu anak tangga dan meluruskan kakinya yang tengah dilanda kepenatan. Setelah itu, ia melihat layar ponsel di genggamannya. Liona membaca satu persatu arahan dari Genzo yang ia abaikan sejak tadi.

SPARGITORE

[Genzo] : @Camellia Buruan ke ruang CCTV. Jangan sampai ketahuan target.
@Liona Segera ke koridor utama. Gue udah stand by di sana. Nanti gue yang alihkan perhatian Gara. Sementara lo, nyusul Camelia ke ruang CCTV.

Beberapa detik kemudian, Liona berdiri lalu menuruni anak tangga dengan cepat. Ia segera menuju ke koridor utama sesuai arahan dari Genzo. Saat tengah berlari melewati lapangan tiba-tiba ....

"Mampus!"

Sesaat sebelumnya ....

Dengan langkah gusar, Gara terus menyusuri lorong menuju ruang art. Mulutnya dari tadi tak kunjung berhenti mengumpat.

"Bodoh!"

"Shit!"

"Bego!"

Ya, Gara sedang memaki dirinya sendiri. Andai saja ia tadi langsung merusak lukisan Kelvin tanpa banyak bicara pasti keadaannya jauh lebih baik dari sekarang. Sekarang apa yang ia dapat? Lukisan Kelvin tak lecet sedikitpun. Justru ia yang mendapat masalah besar.

SPARGITORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang