7 : 1

9 1 0
                                    

Sebuah keseharian baru yang membuat semua pasang mata puas dengan apa yang yang mereka lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah keseharian baru yang membuat semua pasang mata puas dengan apa yang yang mereka lihat. Melihat pembalasan atas penindasan yang selama ini tertahan karena tak ada pihak yang mau bertindak, sebab tak memiliki kekuasaan dan keberanian. Lima perempuan itu mengelilingi seorang siswi dengan sorot mata penuh dendam kesumat. Atmosfer yang diselimuti kebencian membuat siapa saja yang lewat akan tersenyum puas ketika melihat ini. Salah satu dari mereka berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan siswa yang kondisinya sudah kacau.

"Jadi? Lo masih belum mau minta maaf ke Inka?" tanya Syabella dengan bersedekap penuh rasa dongkol pada Sevi yang tidak kunjung menuruti perintahnya. Sevi menggeleng, matanya seperti penuh dendam dengan semua orang. "Oh, masih mau semena-mena lagi?" Nada suara perempuan di sebelah Syabella sedikit meninggi. Yuri menendang kaki Sevi dengan keras. "Sombongnya nggak ketulungan! Udah lebih satu bulan lo nggak tobat-tobat! Gengsi aja yang gede!"

Sudah lima menit dia tidak kunjung mengubah posisinya."Buang-buang waktu!" Syabella berdiri dan merapikan baju serta rambutnya. Dilihatnya arloji bermerk terkenal itu dengan lamat-lamat memperhatikan jarum jam yang bergerak teratur. "Udah eneg gue terutama sama lo! Kayaknya sekolah ini kebanyakan orang banyak drama dan nggak tau diri!".

Yuri mengambil sebuah ember besar dari dalam bilik kamar mandi, tanpa memberikan aba-aba perempuan dengan bibir merah merona itu mengguyur tubuh Sevi dengan air. "Yuri bego! Nyaris airnya kena rok gue! Lo gimana sih," gerutu Syabella yang tergemap dengan tindakan Yuri. Untungnya, Syabella mempunyai refleks yang cekatan sehingga bisa dengan cepat menghindar.

"Sorry, entah kenapa tubuh gue menolak untuk nggak membalas tindakan bocah songong ini!" kata Yuri dengan gaya khasnya yang sangat centil dan berani, "loh-loh! Kok gue lupa … ngapain kita nungguin manusia ini untuk minta maaf, orang dia ‘kan bukan manusia, moralnya aja udah dimakan sama kuman di tubuhnya itu!"

Syabella hanya menggeleng, tatapannya terlihat masih tidak setuju dengan tindakan sahabatnya yang terlihat sembrono. Mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya seperti melepas beban berat—Syabella melempar sapu tangannya kepada Sevi. Tentunya respon ke-empat temannya itu sudah ia duga, secepat mungkin Syabella langsung memotong, "Udah! Gue ada rapat, gue duluan. Bye!" Di sisi lain, Yuri nampak terlihat tidak peduli dengan tindakan Syabella tadi. Dia langsung menyunggingkan senyum penuh antusias. "Ayo gue anter," tawar Yuri yang langsung menggandeng tangan Syabella.

Di sepanjang koridor yang mereka lewati, Yuri nampak sibuk merapikan riasan serta rambutnya. Dalam sekejap make-up yang ia pakai semakin terlihat tebal, bibirnya merah merona dengan bulu mata yang lentik membuat wajahnya menjadi jauh lebih cantik. Syabella hanya bisa diam makan bawang— melihat gelagat temannya yang tidak tau tempat.

"Wah, ada Fake Athlete!" Syabella langsung menoleh ke arah jari Yuri yang menuding ke seseorang yang sudah siap dengan setelan olahraga. "Kok nggak malu sih? Ntar lo pingsan lagi kalau kena tekanan batin di gimnasium," lanjut Yuri dengan tertawa kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPARGITORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang