3

5.6K 425 10
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun Delvira. Dimana pada hari ini, anak-anak seusia gadis itu datang ke kediamannya yang mewah dengan menggunakan dress code bertema Princess.

Luna, gadis itu tak diperkenankan hadir disana karena dianggap akan menambah masalah bagi Arga.

"Jaga putrimu dengan baik!! Saya tidak ingin acara putri saya rusak gara-gara dia!"

Hasya mengangguk patuh."Baik, Mas."

Arga menatap datar gadis kecil yang saat ini sedang bersembunyi dibelakang sang ibu."Dengar baik-baik! Jangan sekalipun kamu keluar dari kamar ini, kalo kamu tidak ingin di usir!" ketusnya. Peringatan itu seperti sebuah ancaman bagi ibu dan anak tersebut, dimana kehadiran mereka berdua memang tidak pernah dianggap ada dalam kehidupan pria bermulut tajam itu.

Pria itu melenggang pergi tanpa ada rasa bersalah. Baginya, semua tindakan yang pernah dilakukannya adalah kebenaran.

Hasya berusaha tersenyum dihadapan Luna, putrinya."Kita disini aja, sayang."

Gadis itu menggeleng."Luna ingin lihat."

"Nanti aja ya, sekarang kita belajar dulu."

"Nggak mau.." lirihnya tak terbantahkan.

Hasya memegang kedua bahunya."Nak, kita harus nurut apa yang Ayah bilang."

"Ayah jahat sama kita, Bunda! Ayah cuma sayang sama Kakak dan Mama Fandra!"

Gadis itu naik ke atas ranjang sembari menangis. Tak paham mengapa hanya dia dan ibunya yang diperlakukan seperti ini.

"Luna cuma ingin lihat, Bunda.. Bukan ingin merusak acaranya. Kenapa Ayah nuduh Luna seperti itu? Apakah dimata Ayah, aku adalah seorang penjahat??"

Hasya bungkam, tangisan serta lirihan yang keluar dari mulut putrinya amat menyakitkan baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hasya bungkam, tangisan serta lirihan yang keluar dari mulut putrinya amat menyakitkan baginya. Pernah terlintas dibenaknya untuk pergi dari rumah ini dan hidup berdua bersama sang anak, namun orangtua pria itu tidak memberi izin dan meminta dirinya untuk sedikit lebih bersabar. Tetapi, bukankah sabar juga ada batasannya?

"Kenapa Ayah cuma menyayangi Kakak? Kenapa Luna selalu dibedakan sendiri?
Salah Luna apa??"

"----------------------------------"

"Bunda kenapa diam aja? Kenapa Bunda nggak pernah marah diperlakukan kayak gini sama Ayah?? Apa karena Bunda itu sayang sama Ayah? Tapi kan Ayah nggak sayang sama kita, Bunda..."

Hasya tertegun mendengar keluh kesah putrinya yang teramat menyedihkan. Ia tak menyangka anak sekecil itu memiliki pikiran layaknya orang dewasa. Pikirnya, anak kecil seusia Luna hanya mengerti tentang bermain dan belajar seperti yang dulu ia rasakan. Namun ternyata dugaannya salah. Gadis kecil itu bahkan mampu memahami apa yang dirasakan oleh ibunya.

I'm Envy Dad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang