Malam ini Hasya tengah sibuk mencuci sisa piring bekas makan malam tadi. Ia juga tak lupa menyiapkan segelas susu untuk dibawa ke kamar Delvira. Ya, itu memang sudah menjadi rutinitas Hasya di malam hari.
Selain mengerjakan pekerjaan rumah, ia juga ditugaskan untuk menyiapkan susu serta membacakan dongeng untuk anak tirinya itu.
Hasya masuk ke dalam kamar gadis kecil itu dengan segelas susu ditangannya."Ini susunya. Vira mau minum sekarang atau nanti saja?"
"Aku belum haus, Tante. Nanti aja." balas gadis kecil itu seraya memainkan boneka beruang kesayangannya.
Hasya terduduk ditepi ranjang."Udahan yuk mainnya. Sekarang waktunya kamu untuk tidur."
Vira menggeleng keras."Aku masih ingin main." jawabnya tak terbantahkan. Huft! Hasya menghela nafas gusar, pikirannya tak tenang karena takut Luna terbangun dan mencari keberadaan dirinya seperti sebelum-sebelumnya.
Tiga puluh menit berlalu, Delvira masih asyik bermain dan mengabaikan aturan yang diberikan oleh kedua orangtuanya.
"Vira, ayo tidur. Tante akan melaporkan kamu sama orangtua kamu kalo masih terus-terusan bermain di malam hari seperti ini." tegas Hasya.
Tak mendengar respon apapun dari anak tirinya itu. Hasya bangkit dari duduknya dan hendak keluar. Akan tetapi sebelum pintu kamar terbuka, Delvira lebih dulu menghadangnya."Tante disini aja. Jangan pergi!"
"Tante akan tetap disini kalo kamu mau nurut. Sekarang tidur ya?" lagi dan lagi gadis kecil itu menggelengkan kepalanya.
"Vira belum ngantuk." ucapnya singkat.
Hasya mengambil nafas dalam-dalam.
"Tante kasih dua pilihan ya. Masih ingin tetap main, tapi Tante keluar. Atau mau nurut dan Tante akan stay disini sampai kamu tidur?"
"Mau nurut, tapi Tante stay disini." jawab Delvira pelan. Hasya tersenyum, meraih tangan gadis itu dan mengajaknya untuk tidur.
Gadis itu kemudian mengikuti apa yang diperintahkan oleh ibu tirinya. Ya, Vira terkadang memang susah untuk diatur. Jangankan Hasya, ibu kandungnya pun kewalahan menghadapi sifat putrinya.
Ya, itu sebabnya Arga memanfaatkan istri keduanya itu untuk mengurus anak kesayangannya. Baginya, Hasya tak lebih dari seorang budak yang mampu dirinya andalkan di berbagai situasi.
Delvira, gadis itu memang tidak memiliki rasa takut terhadap orangtuanya. Karena apa? Karena sedari kecil mereka berdua selalu menuruti keinginan gadis kecil itu, dan hal itu tetap berlaku hingga saat ini.
Jadi jangan heran kalo sifat manja gadis itu berubah menjadi sifat pembangkang yang sulit untuk dikendalikan oleh orang lain.Namun Hasya dengan kesabarannya itu perlahan mampu mengatasi sifat Delvira meski dengan harus mengorbankan sisa tenaga dan waktu, serta perhatian untuk anak kandungnya sendiri.
Teringat akan putrinya, Hasya kemudian menaruh buku yang tadi telah dibacanya ke tempat semula. Tak lupa, ia mengecup kening gadis itu dengan penuh sayang.
"Have a nice dream, Vira." ucapnya pelan.
Hasya memang selalu mengecup kening Vira setelah gadis itu terlelap. Meskipun gadis itu tidak terlahir dari rahimnya, ia akan tetap menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
Hasya keluar dari kamar bernuansa pink itu, lalu turun ke bawah untuk mengecek putrinya.
Hasya tersenyum lega kala menemukan gadis kecil itu masih terlelap. Wajahnya yang damai, deru nafasnya yang tenang, mata indahnya yang terpejam. Sungguh, Hasya bersyukur atas kehadirannya di dunia ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Envy Dad!
Chick-LitLunara Shaqueena Zahra, gadis kecil yang diacuhkan oleh ayah kandungnya karena terlahir dari rahim wanita yang dibencinya. "Bawa pergi anakmu dari hadapan saya!" "Luna juga anak kamu, Mas!" "Saya tidak pernah menginginkan kehadiran kalian berdua dal...