Godehyda Agatha
"Jangan yang itu, yang ini! " kataku sambil menunjuk salah satu deretan gantungan kunci di Sea World. Karena bagaimana mungkin, Val ingin membeli gantungan kayu dengan ukiran hiu yang sedang mengejar seorang penyelam. Aku tak paham, bagaimana jiwa haus darahnya begitu mendarah daging sekali sampai ke urusan kecil begini–meski itu bukan urusanku juga.
Walau aku termasuk tipe orang yang cuek, tak peduli sekitar, dan jarang memerhatikan orang, tapi ini Val. Setidaknya aku jadi harus lebih perhatian sedikit. Anak itu menatap gantungan yang kupilih, sebuah kotak akuarium kecil berisi ikan paus plastik yang berenang dalam air. Dia memberenggut dan tetap teguh dalam pendiriannya. Hahh, baiklah terserah. Aku hanya akan menawarkan sekali dan ya sudah.
Kemudian kami berdua ikut mengantre di deretan orang yang ingin membayar souvenir yang mereka inginkan.
Ngomong ngomong, Eila dan Hawwysia sudah membawa koper ke rumah kan? Memang inilah kebiasaan aku dan Val kalau kita berempat jalan jalan bersama, kami akan kabur bermain dulu seperti anak kecil yang MKKB (Masa Kecil Kurang Bahagia) dan meninggalkan Eila dan Hawwy yang image dewasa dan mandirinya kuat banget untuk mengemas pakaian di rumah atau mengecek keadaan setiap cabang perusahan. Jangan bilang aku seperti anak kecil, meski aku sering kabur bermain aku juga tau batasan untuk tidak bertindak lebih kekanak kanakan lagi.
"Go! Aku kebelet nih, ke toilet dulu ya! " kata anak ini memelas, terus kamu ninggalin aku gitu? Malas mengantre di deretan sepanjang badan ular ini gitu?
"Awas saja kalau nyasar kaya dulu! " desisku kejam, mengundang anak itu untuk menatapku tajam juga.
"Tuh tuh, lihat tuh! Papan tanda bertuliskan TOILET, kelihatan jelas banget! Mau nyasar kemana lagi emang? "
"Entahlah, ke kolam ikan mungkin? " kataku cuek sambil menyeringai, dia menggembungkan pipinya sehingga mirip anak kecil–gaya itu sangat bukan aku–dan mencak mencak pergi. Deretan di depanku masih ada lima manusia, belum belanjaannya banyak banyak lagi. Aku merogoh sakuku dan mengeluarkan hp ku untuk sekadar mengecek ada pesan atau tidak.
No message!
Hm? Tumben. Tapi ya bagus juga sih, hpku jadi tidak kepenuhan 'sampah' dan aku tidak perlu repot membersihkannya. Tidak seperti di pesawat tadi, aku tahu si Hawwysia sudah menyebarkan pesan berantai selama perjalanan dan semuanya langsung kuhapus saat itu juga tanpa membacanya lagi.
Aku mendengus malas, ayolah antrean. Kenapa kau tidak bergerak? Duh, apa aku batal beli semua ini saja ya? Tapi memalukan juga kalau aku tiba tiba keluar antrean, kelihatan seperti orang tidak sabaran. Si Val kemana lagi pula, dia lagi boker atau apa sih?
Titik titik keringat makin banyak berjatuhan dari dahiku, kuselipkan bagian bagian anak anak rambutku yang menutupi mata kiriku. Rambutku pendek tapi rasanya tetap gerah, apa sebaiknya aku ganti model rambut jadi pixie saja? Tapi pasti ketiga saudariku itu akan sangat menentangnya, hahaha...
Klakk
Sekelilingku seketika gelap, mati lampu. Luar biasa sekali, mati lampu di saat tiba giliranku. Seruan 'oohh' dan 'aahh' bergema di langit langit toko souvenir sementara aku masih terdiam saja seakan tidak ada apa apa dan meminta si kasir ini supaya tidak ikutan lebay teriak teriak takut ada pencuri. Sambil menunggu semua struk pembelian aku menelepon Val, aku tak tahan lagi disini, aku mau pulang.
"Halo! Kamu dimana, ayo cepat kita pergi! Aku sudah ga tahan disini! " kataku sambil memberikan uang ke si kasir dan bergumam tak perlu kembalian.
"Iya, iya! Aku sudah di pintu keluar, kamu kesini sekarang! "
Eh, kurang ajar. Anak itu pergi tanpa menungguku. Aku menarik bungkus plastik dari si kasir dan menerobos orang orang yang lalu lalang ketakutan, padahal ini cuma kegelapan biasa. Tapi sepertinya mereka benar benar takut, aku tersenggol sana sini karena tubuhku yang kecil dan pakaianku juga yang dominan hitam. Aku mengaduh, seseorang seperti mendobrak bahuku paksa sehingga aku hampir terjatuh. Tapi karena posturku yang terlatih, aku berhasil mempertahankan berdiriku dan berlari keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Flowers Against Four Eagles : Abyss of Darkness
RomansaDua tahun berlalu dari kejadian hari itu. Membuat kami berempat terpaksa pergi mengasingkan diri di negara asing, melatih semua kemampuan kami, bertemu dengan orang orang baru, 'teman teman' baru. Menciptakan kekuatan, koneksi, sekutu, dan pasukan...