11

2 0 0
                                    

Eilaria Victoria

"Bagaimana ini? Belum seminggu kita datang, sudah ada cukup banyak masalah menimpa. " Hawwysia mendesis kesal, sementara aku sibuk merangkai berbagai prasangka dan kemungkinan dalam kepalaku.

Godehyda telah membawa Valerie untuk bersiap siap tadi, sedangkan aku dan Hawwy mempersiapkan sarapan. "Apakah menurutmu sebelum ini kita telah mengusik seseorang... Firasatku mengatakan mereka bukan sekadar orang biasa. "

Hawwysia menghela napas sambil memotong lobak dalam potongan besar, "aku tidak tahu... Sepanjang yang kuingat kita tidak menggangu siapapun, tapi ada kemungkinan kita telah mengusik milik mereka secara tidak langsung. "

Aku memijit pangkal hidungku keras, "Sepertinya memang begitu.... Sekarang kita punya musuh baru lagi. Apa perlu kita menyelidiki orang orang itu. Untung saja kemarin aku melihat cashing milik Go di kemeja si pendek itu, bahkan aku merasa bahwa yang menyusup kemarin malam juga salah satu dari mereka. "

"Omong omong, kenapa kita ragu, kenapa kita tidak langsung bunuh saja mereka? "

"Kita tidak bisa kembali ke metode dulu Sia, terlalu mencolok. Dan kita tidak bisa membuat rumor baru di lingkungan ini, itu akan menjadi petunjuk bagi orang orang kelas atas menemukan kita. "

"Secara mereka memang 'sudah' menemukan kita. "

"Mereka semua orang orang berbahaya... Aku bisa merasakannya sekarang, sepertinya kita akan berhadapan dengan para pembunuh professional. " kataku frustasi. Ini pertama kalinya aku merasakan firasat ini, feeling yang benar benar jauh dari kata aman.

"Padahal tujuan kita datang kesini untuk rehat sejenak sebelum kembali ke tempat terkutuk itu. " Hawwysia melempar keras telur ke dalam panci air mendidih sampai airnya luber ke kompor.

"Baiklah baiklah... Untuk sekarang kita akan tetap di rencana awal. Kita akan ambil pergerakan kalau mereka juga mau bergerak lebih dulu. "

"Mungkin tidak teman. " bisik suara berat di belakangku, aku tetap lanjut membagikan sup miso ke dalam mangkuk tanpa membalikkan kepala. "Kenapa begitu? " tanya ku.

"Kemarin malam aku mencari informasi tentang mereka. Semua sudah disini. " Godehyda mengangkat empat jilid kertas tebal di tangannya.

"Tidak bisakah menunggu setelah sarapan... " omel Hawwysia.

"Seperti kau tidak pernah bekerja sambil makan saja. Sudahlah cepat. "

"Pekerjaan lagi. " gumam Hawwysia serba malas saat mengangkat ayam goreng dari wajan. Aku pun menghela napas serba kesal saat ganti mengambil nasi putih.

***

"Jangan mulai dulu, aku sudah tahu bahwa semua yang tertulis disini adalah identitas palsu. " kata Hawwysia sambil meremas data milik Darrel.

"Menurutku juga begitu sih. Semua yang tertulis disini memiliki tanda tanda identitas yang dipalsukan, tapi mereka menutupinya dengan sangat baik... Apalagi aktif di pekerjaan lapangan mereka. "

Aku menatap jengkel berkas berkas Kay di tanganku. Orang itu adalah jaksa sekaligus anggota legislatif muda... Benar benar topeng yang sangat bagus sekaligus sangat berisiko untuk menutupi pekerjaan gelapnya di belakang masyarakat... "Aku sedang melawan orang pemerintahan, sekali gagal aku akan jadi target bagus untuk dilecehkan satu negara. " terlebih orang itu termasuk populer karena wajah 'tampan' dan sikap baiknya.

"Kau tahu profesi apa yang digeluti lawkanku itu? Dia seorang insinyur AI dan ML, mana sampingan nya adalah seorang ilmuwan data... Aku benci bertarung dengan orang pintar. " Godehyda menepuk dahinya dengan kertas yang dia pegang sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Four Flowers Against Four Eagles : Abyss of Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang