Abdu menunggu Freya di jalanan setapak, tempat mereka pertama kali bertemu. Dia gelisah sekaligus gugup, takut jika gadis itu tak mau lagi bicara padanya.
Satu jam menunggu, gadis yang dia nantikan terlihat melangkah mendekat. Freya berjalan menunduk, tidak menyadari Abdu yang berdiri di hadapannya. Ketika melihat sepasang sepatu Abdu, baru lah gadis itu mendongakkan muka.
"Hai!" sapa Abdu kikuk.
"Kakak nunggu aku? Kebetulan ada sesuatu yang ingin aku sampein ke Kakak." Tak diduga, respons Freya seperti biasa, tersenyum manis.
"Apa itu?"
"Sambil jalan, yok!" Freya melanjutkan langkahnya. Abdu nurut, mensejajarkan langkahnya dengan langkah Freya.
Beberapa menit mereka melangkah dalam diam. Hingga langkah mereka hampir mencapai ujung jalan setapak itu, Freya berhenti dan menghadapkan badannya ke Abdu.
"Kak, Steve udah kembali. Beberapa hari yang lalu dia datang padaku."
Hening.
"Jadi ...." Freya tidak melanjutkan. Dia membuang muka saat Abdu menghujaminya dengan sorot mata yang kecewa berbaur kemarahan.
"Begitu rupanya." Abdu tersenyum sinis. "Baik lah kalo begitu." Tanpa sepatah kata pun, Abdu membalik badan, menyusuri jalan ke arah di mana tadi dia datang. Tak sedikit pun pemuda itu menoleh pada Freya.
Gadis itu menggigit bibir. Sesak tiba-tiba mendera dadanya. Freya sengaja berbohong sebab tak mau menjadi perusak hubungan antara Abdu dan Gauri, teman barunya. Ditatapnya punggung pemuda itu hingga bayangannya kabur oleh air mata yang kian berderai.
"Kak Abdu, maaf ... semoga Kakak berbahagia bersama Gauri."
~AA~
Kembali ke Tahun 2020 ....
Kisah yang diceritakan Mas Abdu barusan, sungguh menyakitkan bagiku. Jadi, selama ini dia masih menyimpan perasaan untuk Freya. Meski sudah ada aku dan Taksa yang sudah hadir dalam kehidupannya yang baru.
Mas Abdu menunduk. Aku terpana melihat dia menangis. Apa ini? Sebegitukah dia mencintai perempuan itu? Tanganku mencengkeram sisi meja rias, berusaha menenangkan diri sendiri. Ya Tuhan, berilah aku petunjuk. Keputusan apa yang harus kuambil saat ini?
Menarik napas dalam-dalam, kucoba menahan gemetar suaraku. "Baik lah kalo begitu, Mas. Jadi, secara nggak langsung Mas udah mengakui jika Mas berselingkuh dengan Freya?"
Mas Abdu mendongak, menatapku tajam. "Demi Tuhan, Gauri. Jangan lagi kamu bawa-bawa Freya ke dalam permasalahan kita. Dia udah cukup menderita oleh gunjingan para tetangga." Mas Abdu menatapku, tajam.
Namun, aku tak kalah gaharnya. "Lantas, siapa yang Mas telepon tempo hari? Yang Mas sebut dengan sapaan 'sayang'?" Suaraku meninggi.
"Wulan!"
"Apa?!" Mataku membelalak. Syok tentu saja. Wulan, teman yang kukenal. Seseorang yang selama ini kuanggap manis sebelum mendengar kisah yang sebenarnya dari Mas Abdu. Seseorang yang menjadi penyebab putusnya Mas Abdu dan Freya.
"Kamu gila, Mas! Dia udah menikah dan punya 3 anak?" Mataku semakin membulat. Pengakuan Mas Abdu membuatku terperangah. "Bagaimana bisa Mas berselingkuh dengan istri orang? Ya Allah, Mas. Mas sungguh nggak berakhlak."
Kembali Mas Abdu menunduk. "Maaf ... Mas khilaf, Gauri."
Hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Simpanan Suamiku
RomanceBenak Gauri dipenuhi dengan tanda tanya semenjak merebak kabar bahwa Freya, janda kembang sekaligus seseorang yang pernah menjadi bagian dari masa lalu suaminya, kembali ke kota tempat tinggal mereka. Apalagi Abdu, suaminya, mulai menunjukkan sikap...