MIMPI INDAH

5 3 8
                                    


Danau dengan air jernih berwarna putih hingga menampakkan batu-batu kecil di bawahnya. Di tengah-tengah danau terdapat bunga indah tumbuh di dasarnya. Sesya sangat penasaran hingga berniat merasakan air tersebut sekaligus mandi pagi. Wah, sangat menyenangkan.

Kakinya yang tanpa alas itu mulai memasuki air tapi apa yang terjadi.

“Aaa ....”

***

Bermuka dua, tidak sesuai dengan apa yang terlihat. Danau itu sangat dalam melebihi dada padahal jika dilihat hanya sebatas lutut. Yang lebih anehnya, Sesya seolah-olah ditarik ke dasar danau. Ia menjerit berusaha naik ke permukaan. Nihil, semakin mencoba ia malah semakin masuk.

Pikiran yang mulai berkecamuk antara takut dan rasa penasaran. Sesya pasrah, membiarkan tubuhnya semakin masuk. Nafas yang mulai menipis membuatnya merasa sesak.

Sesya menutup mata dengan gerakan bibir pelan. “Galen.”

Satu detik hingga sepuluh detik menutup mata, ia kembali membukanya. Netra nan biru menyelusuri lingkungan sekitar. Bukan air dan tidak sesak lagi yang ia rasakan tapi bingung.

Apakah aku sudah mati dan ini yang namanya surga, gumam Sesya.

Ia menggeleng menyangkal yang barusan dipikirkan. Ini sebuah istana kuno, ya benar. Lagi-lagi Sesya memikirkan, mungkin ia sedang mendapatkan ingatan seseorang seperti biasanya. Tapi siapa dan kenapa?

Gerbang istana dan orang-orang menunjukkan raut bahagia. Sebuah pesta yang diadakan sang kaisar atas penyambutan putri kecil yang baru saja lahir.

Tidak ada yang mencegah Sesya padahal ia berdiri tepat di tengah-tengah aula istana. Ia terpaku betapa cantik sang ratu kerajaan tersebut. Seketika senyum terukir di bibirnya. Sungguh, ini adalah bayangan terindah yang ia lihat.

Semua suara mendadak diam memperhatikan sang kaisar. Ia tampak tampan dan elegan dengan baju kebesarannya. Ia mengangkat sang putri kecil dan berkata, “Queen.”

Sang ayah telah memberikan nama untuk putri dan pewarisnya. Semua memberi hormat dan melanjutkan pesta tersebut.

Dengan langka ragu Sesya menaiki tempat keluarga kecil tersebut. Ia penasaran dan ingin melihat wajah Queen yang masih kecil itu. Tidak ada yang mencegah dan peduli. Mereka seakan tidak melihat Sesya atau mungkin saja memang tidak.

Sesya menunduk menyamakan posisi tingginya dengan Queen yang berada dalam rangkuman yang ratu. Seketika mata biru milik Sesya dan Queen bertemu membuat hati Sesya sesak. Ia merasakan belaian lembut di pipinya.

Semua suara terhenti dan tidak ada yang terdengar. Matanya yang semula sempat tertutup terbuka kembali. Namun, ini terasa lebih nyata. Netra nan biru Sesya menyesuaikan cahaya yang berlomba masuk. Ada rasa denyut di bagian kepala sampai kesadaran benar-benar menguasai.

“Kau ...” jerit Sesya tertahan.

Sang pelaku yang barusan membelai pipinya menatap dengan raut khawatir. Tersadar, ia baru saja menjerit di depan orang yang telah memberikannya tempat berteduh.

Sesya duduk bersandar di ranjang dan mulai berucap, “maaf Tu ... an sa .. saya tidak bermak—“  

Melihat Sesya yang berkata dengan terbata-bata, Galen mendadak memeluknya. Sesya syok diperlakukan seperti itu secara mendadak. Cukup lama, seakan pelukan yang sudah lama tidak saling bertemu.

“Bernafaslah!” Instruksi Galen barusan membuat Sesya menghembuskan nafas yang sedari tadi ia tahan.

“Jangan keluar kamar tanpa seizinku!” tekan Galen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memory as a curse (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang