KENYATAAN PAHIT

16 5 21
                                    

》》》

Hari ini, Sesya sudah terlihat rapi. Ia ingin melanjutkan hidupnya. Tak mungkin terus larut dalam kesedihan. Melangkah maju, meninggalkan kenangan yang pahit.

"Sesya, Ibu ingin bicara," ucap Karnia tiba-tiba.

Tidak biasanya dia mau menghabiskan waktu di rumah.

"Duduklah!" suruhnya.

Sesya mendudukkan diri di sofa.

"Ibu akan jujur, karena ini sudah saatnya," kata Karnia tampak serius.

"Kau bukan putriku," jelas Karnia santai.

***

Sesya tidak mengerti apa maksud perkataan ibunya barusan.

"Aku menemukanmu sewaktu bayi dan membesarkanmu sendiri," lanjutnya.

"Lalu, dimana orang tuaku?" tanya Sesya ingin tahu.

"Aku tak tahu," jawabnya singkat.

Sesya merasa kecewa dengan ini semua.

"Ibu telah menjualmu," tutur Karnia tanpa dosa.

Sesya mengerutkan kening tidak mengerti.

"Kau ingat, pria pada malam itu. Aku menjualmu padanya," jelas Karnia.

"Kenapa Ibu melakukan itu?" tanya Sesya tak percaya.

"Aku membutuhkan uang, anggap saja ini sebagai balas budimu," ucap Karnia.

Sesya tidak menyangka wanita ini memberikan kenyataan yang pahit dan telah menjualnya. Rencana yang telah disusun tadi, telah hancur sudah.

Tubuhnya seakan dihempaskan ke jurang paling dalam. Hingga tulang-tulangnya patah tak berbentuk lagi.

"Adelard akan menjemputmu, kau bisa tinggalkan rumah ini setelah itu," ucapnya memberitahu.

Pria itu bernama Adelard, terserah apa pun itu Sesya tak peduli. Ia ingin pergi dari kenyataan ini.

Terdengar suara mobil memasuki perkerangan rumah ini. Mungkin itu dia.

Karnia tersenyum bahagia. Ia membawa Sesya ke luar.

Sesya masih sibuk dengan dunianya yang belum bisa menerima kenyataan.

"Dia sudah siap," ucap Karnia pada Adelard.

"Benarkah itu?" tanyanya ingin menyentuh tangan Sesya.

Dengan cepat Sesya menjauh. Ia tak ingin pergi dengan orang ini.

"Bawa dia!" Instruksi itu mengeluarkan dua orang pria yang siap melaksanakan tugas.

Mereka membawa paksa Sesya ke dalam mobil. Susah untuk melayan dengan tenaganya yang kecil. Ini kelemahannya. Bisa melihat masa depan seseorang tapi tidak dengan dirinya.

Sesya tidak bisa apa-apa. Ia menatap Karnia kecewa. Setega itukah wanita itu. Air mata membasahi pipinya. Sakit yang dirasakan.

Mobil itu mulai berjalan meninggalkan daerah ini. Kemana mereka akan membawa Sesya.

Mereka cukup banyak, tidak bisa Sesya melawan dengan kekerasan. Tapi ia bisa mencoba dengan kelicikan.

"Maaf, bisakah mobil ini dihentikan sebentar?" tanya Sesya memulai rencananya.

"Mau apa kau manis?" tanya Adelard menjijikkan.

"Aku ingin pipis, tolonglah!" Sesya memohon memasang wajah tanpa dosa.

Memory as a curse (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang