Sesya tersadar dan merasa mual dengan hal-hal yang barusan dilihatnya. Ia segera melihat siapa yang menghentikan serta membunuh orang-orang tersebut.“Kau ...” jerit Sesya tertahan.
**
Pria itu hanya tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Sesya kenal betul dengan lelaki satu ini. Namun, ia lebih tertuju pada niat awalnya yaitu Nikel.
“Lepas!” sentak Sesya menghempaskan tangan pria tersebut.
“Elard menjauh darinya!” Suara intimidasi dari orang lain membuat keduanya menoleh.
“Galen,” kata Sesya girang.
Ia berhasil membuat Galen menemuinya tapi ada hal lain yang harus ia lakukan sekarang.
“Kau di sini?” tanya Elard mengejek, “baiklah aku akan pergi.”
Ya, laki-laki yang mencekal Sesya barusan adalah Elard. Dia juga yang akan membunuh sebelas orang sekaligus dengan pengeboman sadisnya.
“Dan kau Nona, aku akan menemukanmu lagi,” katanya sebelum pergi.
Ada apa dengannya?
Bukan Elard namanya jika ia mengalah dengan mudah. Pasti ada alasan di balik itu semua.
Sesya tidak ambil pusing, ia kembali pada tujuan awal. Ia mulai berlari hingga terhenti dengan suara dingin Galen, “tunggu!”
Dengan sekali entakkan pergerakan Sesya terkunci dengan cekalan Galen di lengannya. Pria itu dengan cepat sudah berada di dekat Sesya, sangat menakjubkan.
“Lepaskan, aku ingin masuk,” ronta Sesya.
“Tidak!” cegah Galen.
“Aku harus menolong bocah kecil itu, Nikel tidak bersalah,” kata Sesya diikuti isak tangis.
Ia menangis, sangat tidak pantas bocah sekecil Nikel mati dengan cara seperti itu. Bayangan kematian Gea mendorongnya menyelatkan anak laki-laki tersebut.
“Dengan begitu kau juga akan mati,” tutur Galen membuat Sesya menatap dengan mata berair.
Galen dapat melihat raut sedih, takut, bersalah di mata Sesya. Wanita itu benar-benar terpukul, padahal ia tidak melakukannya.
“Pikirkan saja, Elard pergi tanpa sia-sia,” kata Galen memalingkan pandangan menatap gedung di depan mereka.
Sesya mengikuti arah pandang Galen. Namun, pria itu membalikkan posisi mereka hingga Galen lah yang membelakangi gedung tersebut dan Sesya berada di dalam dekapannya.
Di waktu yang bersamaan bunyi ledakan terdengar sangat memilukan. Pecahan kaca memekakkan gendang telinga. Dapat dirasakan hawa panas oleh dua sosok manusia yang berdiri dengan posisi berpelukan.
Mata Sesya yang tadinya menatap dada Galen melirik ke samping mencari celah agar bisa melihat gedung tersebut. Matanya membulat sempurna melihat kobaran api di sana.
“Tidak ..” lirihnya.
Tulang Sesya benar-benar melunak dengan tubuh gemetar. Jika saja Galen tidak menahan maka tubuhnya akan merosot begitu saja.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan Sesya sekarang. Pikiran yang campur aduk dan hatinya seakan ditusuk. Hingga rasa pening menghampiri sampai semua menjadi gelap.
“Maaf.” Satu kata terakhir yang terdengar oleh Sesya hingga kesadaran direnggut darinya.
》》
Sesya terbangun seperti mayat hidup. Kulit yang pucat dengan tubuh lemah. Lingkar mata gelap hanya saja netranya tetap berwarna biru.
Ia berusaha bangun hingga denyutan terasa di kepalanya. Dengan bersandaran bantal berusaha keras mengenali dimana ia sekarang berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory as a curse (HIATUS)
Fantasy》ON GOING《 FOLLOW SEBELUM MEMBACA AWAS KETINGGALAN Di kehidupan sebelumnya, dua pasang kekasih yang saling mencintai harus terpisah karena kesalahan sang pria. Keteledoran pemimpin suatu kaum membuat Queen yang tak lain istrinya dibunuh dengan tragi...