SEMAKIN ANEH

7 3 12
                                    

^^

Ia menatap pantulan dirinya seraya berkata, “aku seakan hidup kembali.”

Enma tersenyum senang mendengar perkataan Sesya barusan. Hanya dia yang tahu artinya dan masih saja pura-pura tidak paham.

Keduanya memutuskan untuk keluar dari kamar menuju meja makan. Baru saja pintu itu terbuka, mata Sesya melotot sempurna.

**

“Kenapa?” tanya Sesya menormalkan raut terkejutnya.

“Mereka hanya melaksanakan tugasnya, jadi ayo lanjutkan, Sya,” jelas Enma santai.

Tapi tidak dengan Sesya, bagaimana bisa orang-orang barusan menunduk hormat padanya secara tiba-tiba. Ia bahkan tidak tahu tempat apa ini dan para penghuni yang terus saja memberi hormat sepanjang jalan.

Tibalah mereka di sebuah ruangan yang cukup besar. Rupanya ruang makan, dimana di atas meja tertata banyak hidangan. Mata Sesya yang menyapu santapan tersebut membuat hasratnya berteriak, 'waktunya untuk makan'

Baru saja Sesya akan mengangkat makanan tersebut ke mulut, gesekkan kursi menghentikannya. Meskipun antara dia dan Galen duduk berseberangan sangat jauh karena situasi meja yang panjang, Sesya tetap saja merasa risi bila ditatap seperti sekarang.

“Makanlah, setelah itu kau bisa bertanya sepuasmu,” katanya dan kembali berdiri meninggalkan ruangan tersebut.

Melihat tuan rumah pergi membuat Sesya merasa tidak enak. Jujur, ia memang terganggu tapi keadaannya yang menumpang tidak bisa dipungkiri. Ia menghela nafas kasar dan memutuskan untuk makan saja. Kasihan perutnya sudah kosong selama tiga hari.

》》

Sejak selesai makan tadi siang, Sesya tidak bisa menemukan keberadaan Galen. Ia merasa kesal karena menunggu begitu lama hingga malam. Semudah itu pria membuat harapan hingga dengan mudah ia memungkirinya. Padahal, Sesya sudah menyiapkan banyak pertanyaan tapi malah berakhir di atas ranjang.

Sesya menutup wajahnya yang tadi terbuka dengan selimut. Ia memejamkan mata menuju mimpi nan indah. Sungguh keberuntungan, ia pun tertidur dengan mudah.

》》

“Elard kau sangat tidak berguna,” desis Adelard pada putra semata wayangnya.

“Ya, bahkan kau lebih tidak berguna,” tekan Elard tanpa takut.

Adelard dibuat naik pitam. Kejadian beberapa hari yang lalu membuat jarak antara keduanya. Permasalahan berawal dari niat Adelard membunuh sang istri, ibu dari Elard. Persis sesuai dengan yang Sesya peringatkan waktu itu.

“Kau melupakan tujuan utama kita?” tanya Adelard sedikit melunak.

Tidak ada respons dari lawan bicaranya membuat Adelard kembali bicara, “jika kau ingin Galen mengalahkanmu maka pergilah, bawa wanita tidak berguna itu.”

“Kenapa kau tidak mencintai ibuku?” tanya Elard memicingkan mata.

“Karena ibumu yang telah membuat rencanaku bertahun lalu gagal. Dia mengutus seseorang mengambil bayi yang sangat ingin ku lenyapkan,” geram Adelard hingga rahangnya mengeras.

“Dan kau tidak lupa kan, bayi itu merupakan sumber kekuatan Galen yaitu musuh terbesarmu.” Mendadak Adelard menunjukkan senyuman anehnya.

Elard menatap nyalang ayahnya. “Maka aku yang akan membuat kesalahan ibuku di masa lalu tidak sepenuhnya terjadi, aku sendiri yang akan mencari dan melenyapkan dengan tanganku sendiri.”

Seusai mengatakan itu ia pergi entah kemana, sedangkan Adelard merasa senang dengan kemarahan anaknya.

》》

Memory as a curse (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang