Bab 1

3.7K 294 35
                                    

A/N: Tolong baca deskripsi di sampul lebih dulu ya! Cerita dewasa, yang suka karakter kita jadi anak sekolahan lebih baik segera kembali ke tempat masing-masing, hehe. Apalagi yang salah lapak, silakan pergi :) sedang buntu Obsidian-nya ngomong-ngomong. Selamat membaca! Semoga terhibur!

Kategori: M-Preg! Mature!

Peringatan: REMAKE! Jika ada salah ketik, maaf. Benar-benar DEWASA!

_

_

BRAK!

Setumpuk kertas A4 dibanting ke atas meja.

Beomgyu terlonjak di kursi kerjanya. Dia mendongak dan melihat kemarahan melekat di wajah direkturnya.

"Ada apa, Pak?"

"Ada apa?!" wajah pria empatpuluh lima tahun itu semakin memerah. "Soobin! Bawa ponselmu kemari!"

Beomgyu mengerutkan wajah curiga. Kenapa Soobin disuruh membawa ponselnya? Kenapa direktur itu terlihat sangat murka padanya?

"Ini, Pak..." ujar Soobin nyaris berbisik.

Bahkan, Beomgyu bisa melihat ketakutan teman semasa SMA-nya itu. Ada apa sebenarnya?

"Kau lihat ini apa?!"

Beomgyu melongok mencoba melihat layar ponsel milik Soobin. Lantas dia membeku di tempatnya.

"Ini apa? Katakan padaku!"

BRAK!

Lagi-lagi ada saja barang yang menjadi korban bantingan direkturnya. Tadi setumpuk kertas kosong yang masih sangat bagus dan sekarang ponsel orang lain. Seberapa kaya direkturnya ini?

"Maafkan saya, Pak..." cicit Beomgyu pada akhirnya.

"Kenapa kau sampai seperti itu, hah? Apa gaji yang kau terima per bulan tidak cukup untuk menghidupi keluargamu yang miskin itu?!"

"Sudah miskin, kerja berantakan, membuat ulah lagi!"

Beomgyu melirik kesal pada teman kantor yang ada di seberang meja.

"Diam dan kembali bekerja!" direkturnya membentak pria itu.

"Baik, Direktur...," dia menyicit.

"Beomgyu, jelaskan padaku. Sekarang, di sini!" bentak pria paruh baya itu.

"Bisakah Anda membawa saya ke ruangan Anda, Pak...? Saya tidak bisa-"

"Jelaskan di sini!"

Beomgyu menggigit bibirnya. Menunduk penuh keraguan. "Saya tidak bisa..."

"Kau malu mengakui dirimu menjijikkan?!"

"Pak..."

"Makanya jelaskan!"

Beomgyu menggenggam tangannya. "Uang yang saya terima dari kantor ini kurang, Pak. Saya tidak hidup sendiri. Maksud saya, saya ... tolong maafkan saya, saya tidak bisa mengatakan ini kepada Anda." Beomgyu menarik napasnya sesak. "Tolong jangan pecat saya, Pak."

"Kau tahu karena ulahmu aku kehilangan dua investorku! Sialan!"

"Maafkan saya, Pak."

"Kembalikan mereka padaku!"

"Ya?"

"Kembalikan kedua investorku baru aku akan berpikir kembali untuk tidak memecatmu."

"Tapi-"

"Pergi dari kantor ini sekarang dan kembalilah bersama mereka berdua. Kalau tidak jangan pernah kembali lagi. Dasar tidak tahu harga diri!"

"Pak!"

Being FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang