Bab 9

1.4K 217 16
                                    

Maaf kalau ada typo ya. Selamat membaca!
.

.

.

Soobin menatap cemas ibunya yang berjalan tergesa di depannya setelah mereka turun dari mobil. “Ma,” panggilnya. Ya, seseorang menjadi tahu bagaimana dia memanggil Hyura. Menurut Soobin, panggilan ibu untuk Hyura itu terlalu kuno. Oke, entah dia hidup di zaman apa. Tapi yang jelas panggilan itu sebenarnya wajar-wajar saja selama ini. Tidak kuno juga tidak modern.

“Diam dan ikut saja!” tegas Hyura.

“Ma, jangan bilang kau akan mengusir Jungwon.” Cemas Soobin.

“Aku ingin mengusir dia atau membuang dia kau tidak perlu ikut campur.”

“Ma!”

“Apa perbuatannya belum cukup?!” Hyura berhenti dan menoleh. “Dia berselingkuh, hamil anak sahabat suaminya sendiri, parahnya ayah bayi itu adalah calon suamimu! Aku kurang sabar apalagi?!”

“Ma, sabar tidak ada batasnya.” Nasehat Soobin.

“Sabar ada batasnya bagiku! Sekarang kau ikut atau pergi kembali ke kantor kecilmu itu!”

Soobin membuang napas berat dan melangkah mengikuti Hyura menuju pintu rumah.

“Jungwon! Yang Jungwon!”

Suara langkah tergesa dan panik mulai terdengar dari arah kamar Rewon.

“Yang Jungwon!” Hyura berteriak keras. Membuat Rewon yang berada di gandengan Jungwon ketakutan.

“Iya, Ibu?”

Hyura menatap tajam pada Jungwon. Geram sekaligus ingin sekali memukul lelaki itu. “Kemasi barangmu dan pergi dari rumahku!” telunjuk Hyura dengan tegas menunjuk pintu keluar. “Tinggalkan cucuku dan puteraku! Pergilah ke pelukan pria bajingan yang mengaku sebagai sahabat Taehyun! Pergi!”

“Ibu, tapi—“

“Atau kau ingin tetap menjadi pasangan Taehyun?! Tapi kupastikan kau hidup menderita sampai akhir hidupmu!” Hyura memberi penawaran dengan wajah tidak ramah, tentu saja dia marah.

“Ma,” cegah Soobin.

“Diam kau! Biarkan dia sadar diri!”

Jungwon menghela napas. Kemudian menunduk. Ia berjongkok di depan Rewon. “Sayang,” panggilnya sembari mengusap pipi Rewon.

“Papa, Rewon takut.” Rewon mulai menangis.

Jungwon menggeleng dan menangkup wajah Rewon. “Semua akan baik-baik saja. Jangan takut.”

“Tapi nenek marah.”

“Tidak, dia tidak marah. Nenek hanya kecewa. Rewon jangan menangis.” Jungwon berdiri. “Papa tahu kau kuat. Jadi sampai papa kembali ke sini, bertahanlah untuk papa. Oke?”

Rewon mengangguk dengan air mata.

Jungwon segera melangkah ke kamarnya. Dia mengambil koper dan benar-benar mengemasi seluruh pakaiannya. Tidak, dia tidak melakukan semua itu dengan wajah penuh kebencian atau kesal karena sesuatu atau siapa pun. Jungwon tahu akan berakhir seperti ini, dan dia sudah siap. Tetapi ... ada satu hal yang tidak pernah diketahui, bahwa sebenarnya ia datang ke dalam keluarga seperti neraka ini bukanlah untuk menikahi Taehyun dan mencintai lelaki itu atau parahnya memiliki anak. Jungwon mengaku, bahwa dia memang tidak sepolos wajahnya. Dia bahkan tidak akan terprediksi oleh Beomgyu sekali pun. Karena sebuah warna merah yang dianggap sebagian orang menakutkan, masihlah ada hitam gelap yang jauh mengerikan.

“Papa akan pergi jauh?” bisik Rewon mendekat dengan suara gemetar.

“Papa harus pergi.” Jungwon tidak mengusap kepala Rewon lagi.

“Kapan papa kembali?”

“Papa tidak tahu.”

Rewon berlari dan memeluk paha Jungwon. “Rewon ingin ikut papa,” rengeknya. “Aku tidak mau dengan daddy, Pa!”

“Tidak, Rewon.” Jungwon melepaskan kedua lengan Rewon. “Kau tidak boleh ikut dengan papa.”

“Tapi—“

“Dengar, setelah papa pergi, mungkin akan ada seseorang yang akan menggantikan papa di samping daddy-mu. Jadi, papa mohon jangan pernah menangis karena bukan papa yang ada di samping daddy, oke?”

“Apa maksud papa?” Rewon mulai takut.

“Tidak apa-apa. Nah, papa harus pergi. Selamat tinggal.”

“Papa!” Rewon menjerit di dalam kamar Jungwon. Menatap tengah pintu kamar dengan pandangan tidak rela. Dia ingin mengejar, tetapi Rewon merasa kakinya tidak mampu melangkah. Dia pun jatuh terduduk dan menangis. “Papa pergi lagi...,” tangisnya.


**


“Kau tidak canggung berada di sekitarku?” Taehyun memperhatikan punggung Beomgyu yang sibuk menyeduh kopi.

“Tidak.” Beomgyu membalas singkat.

“Kau benar-benar tidak canggung atau malu?” Taehyun memastikan.

“Tidak.” Beomgyu mengetuk bibir gelas dengan sendok teh. Selesai dengan seduhannya. “Kenapa harus canggung jika kau sudah melihat seluruh bagian tubuhku.”

“Itu...” Taehyun menggaruk tengkuknya dengan canggung. “Maafkan aku.”

“Aku tidak akan menerima maaf dari laki-laki brengsek.” Kata Beomgyu. Dia mendorong cangkir kopi ke depan Taehyun. Mereka duduk perlahan di atas kursi makan. “Aku tidak memasak. Maaf.”

“Tidak apa-apa.”

“Setelah ini kau akan ke kantor?”

“Aku akan tetap di sini.”

WHAT?!”

Taehyun tersedak kopi panas saat mendengar pekikan Beomgyu. “Jangan memekik aku sedang minum kopi!” protesnya.

“Kau tidak akan pergi lalu kau mau apa di sini?” kesal Beomgyu dengan dahi mengerut.

“Menemanimu.”

Beomgyu berdecih. “Aku tahu kau mulai tertarik denganku.” Ia menyeringai pelan. “Siapa yang tidak akan tertarik padaku memangnya, huh?” gumamnya.

“Apapun katamu, terserah.” Taehyun tersenyum dari sudut bibirnya.

“Jadi, brengsek. Kau ingin menceraikan Jungwon?”

“Kau kenal Jungwon ternyata. Benar-benar mengenalnya, huh?”

“Aku sedang bertanya untuk mendapat jawaban bukan pertanyaan kembali.”

“Oke.” Taehyun menatapnya. “Kalau iya?”

“Itu terserahmu. Apa peduliku?” Beomgyu menggedikkan bahunya. “Kau mau mati pun aku juga tidak peduli,” tambahnya.

“Sialan, Beomgyu!”

“Kenapa?”

“Bagaimana dengan bayi itu jika aku mati?!”

“Tinggal kubuang atau kuberikan pada ibu-ibu yang mandul.”

“Kejam.”

“Terserah.”

“Jika aku ingin menikahimu bagaimana?”

“Uhuk! Uhuk!” Beomgyu merasakan dadanya sesak dan matanya berair. “Sialan kau, Taehyun! Kau mengagetkanku!”

“Bukankah kau juga ingin menikah denganku?”

“Sok tahu.”

“Hmm...?” Taehyun menyeringai dengan deheman berat. “Kau tahu aku bisa membaca ekspresi wajahmu.”

“Kau mengatakan jika aku punya banyak topeng. Kau mengaku sedang terjebak salah satu topengku?” Beomgyu mencoba merubah suasan hatinya yang mendadak berdegup kencang karena ucapan Taehyun.

“Tidak.”

“Ya, mungkin benar apa yang dikatakan keparat Choi itu. Kau lebih mengerikan dari pada dia.”

“Dia mengatakan itu?”

“Hmm.”

“Dia masih cerdik.”

“Maksudmu untuk membodohi orang?”

Taehyun mengangkat kedua alisnya. “Apa lagi?”

Beomgyu membalasnya dengan seringaian ringan.


**


Selama lima hari Taehyun tidak kembali ke rumah. Menurut Soobin, ini gila!

“Brengsek! Di mana kau?! Rewon menunggumu setiap waktu kenapa kau tidak pulang-pulang?!” Soobin menatap cemas Hyura sambil menunggu jawaban Taehyun dari seberang telepon.

“Aku akan pulang hari ini. Apa dia baik-baik saja?”

“Dia baik-baik saja tapi dia tidak mau pergi dari kamarnya.”

“Jungwon?”

Soobin menghela napas. “Mama. Kau tahu apa yang akan dilakukan wanita itu jika emosi besarnya datang.”

Hyura terbeliak kesal. Dia berdiri dan merebut paksa ponsel dari tangan Soobin. “Anak badung! Kau di mana sekarang?”

“Aku ada di rumah Beomgyu. Ah, bukan. Tapi apartemennya.”

“Cepat pulang dan bawa dia!”

“Ibu—“

“Atau kau mau melihat dia sendirian lagi?”

“Ibu, tolong...”

“Tidak ada penolakan, Taehyun!” kemudian ia memutus sambungan. “Anak brengsek itu! Bisa-bisanya dia sudah menghamili calon menantuku sebelum menikah.” Hyura melirik Soobin. “Apa?!” bentaknya.

“Mama seperti kucing betina minta kawin.”

“Apa?!” Hyura melotot. “Kau kurang ajar!” dia pukuli bahu dan punggung putera pertamanya. Huh ... jika dilihat mereka lebih tampak seperti teman lama yang memiliki umur bertaut jauh. Memiliki dendam kesumat yang konyol.


**


Beomgyu menoleh ke kanan dan ke kiri. Di sampingnya berdiri ada Taehyun. Lelaki itu juga sama sepertinya, bingung kenapa rumahnya sepi?

“Hei, Taehyun.” Beomgyu menyenggol lengannya.

“Hmm?”

“Kau bilang ibumu menunggu, mana?”

“Aku tidak tahu, dia hanya mengatakan agar aku segera pulang dan membawamu kemari.”

Beomgyu menggumam. Dia berjalan mengamati rumah Taehyun yang temaram karena hari sudah malam. “Ini aneh.”

Taehyun tidak menjawab Beomgyu. Dia sendiri berjalan menuju ke pojok ruang tamu yang luas itu untuk menyalakan lampu utama.

“Taehyun!” Beomgyu memekik.

“Beomgyu!” Taehyun segera menyalakan lampu usai mendengar Beomgyu memanggilnya dengan suara terkejut. “Ada ap—“

“Kau ingin menceraikan Jungwon?”

Taehyun merubah ekspresi cemasnya sedatar mungkin. Melihat Yeonjun melilit leher Beomgyu dan menodongkan pistol di sisi kanan pinggang Beomgyu. “Apa maumu?” tanyanya tanpa nada ramah sedikit pun.

“Aku tanya kau ingin menceraikan Jungwon?” Yeonjun mengangkat dagunya congkak. Dia mulai mengendus sisi kanan leher Beomgyu. “Dan menikahi pelacur ini?” bisiknya tajam.

“Lepaskan aku!” Beomgyu berencana menendang tulang kering Yeonjun tetapi sesuatu yang keras semakin tertodong ke sisi perutnya.

“Berani bergerak aku akan membunuh kalian berdua!” Yeonjun mengintip Taehyun dengan seringaian. “Kau ... dan bayimu,” katanya pada Beomgyu.

“LEPAS!” Beomgyu tetap keras kepala. Dia tidak berpikir jika Yeonjun akan melakukan sesuatu yang berbahaya padanya. Pria itu hanya menggertak. “Aku tidak takut padamu, Choi Yeonjun! Lepaskan aku!”

DOR!

Beomgyu memekik dan menutup telinganya. Dia mendengar rintihan seseorang beberapa detik kemudian. “Soobin Hyung!” Beomgyu terbelalak melihat kakak Taehyun kesakitan memegang bahu kirinya. Soobin tengah dipegangi oleh pengawal Yeonjun.

“Apapun yang dia katakan dan lakukan tetaplah memberontak, Beomgyu! Dia gila!” teriak Soobin. Rasanya sakit sekali, sialan!

“Hmm?” Yeonjun tersenyum pada satu sudut bibirnya. “Sekarang biar aku buat pilihan untuk calon suamimu, huh?” katanya pada Beomgyu.

“Jangan mengancam Taehyun!” larang Beomgyu dengan tajam.

“Hah? Hidup itu pilihan kan? Kau tidak bisa menikmati semuanya, sayang. Tidak boleh egois.”

“Sialan kau!” Beomgyu menggigit bibir Yeonjun ketika pria itu memaksanya untuk berciuman.

Yeonjun tertawa. “Bagaimana, Taehyun?” ia tatap sahabat baiknya. “Menikmati masa bersama Musuh di Balik Selimutmu?”

“Ya. Aku merasa kehilangan semangat untuk mencurigai sahabatku lagi,” sahut Taehyun. Dia tersenyum tipis. Tenang.

“Kau masih seperti biasanya.” Yeonjun merasa terganggu dengan sikap tenang Taehyun. Padahal dia sudah melakukan hal mengerikan yang menurutnya memang biasa saja ini.

“Memangnya aku pernah berubah?” tanya Taehyun.

“Mungkin saja, direktur perusahaan besar yang manja,” seringaian Yeonjun muncul lagi. Mengejek.

“Kau cukup mengerti aku.” Taehyun tersenyum bangga. Tetap tenang.

Sedangkan Beomgyu sudah panik dan resah di dalam hatinya melihat seseorang di belakang Taehyun membawa balok kayu. Dia ingin memekik tapi nyawanya sendiri jadi pertaruhan. Kalian tahu Beomgyu belum memiliki perasaan sebesar itu untuk mengorbankan diri demi Taehyun. Menurutnya, mereka masih bukanlah siapa-siapa!

Namun, Beomgyu melotot dan tidak bisa menahan diri untuk berteriak melihat kebodohan wajah Taehyun, menurutnya. “Taehyun awas di belakangmu!”

“Kau mau mati, faggot?!” Yeonjun menekan ujung pistol ke pinggangnya.

DOR!

Beomgyu menahan napasnya. Matanya tidak bisa berkedip melihat Taehyun berdiri menyaksikan tubuh terkapar pria pembawa balok kayu. Beomgyu tidak tahu jika Taehyun membawa pistol. “Taehyun...,” bisiknya.

“Kau terkejut?” Yeonjun memperhatikannya dari jarak lima senti dengan wajahnya. Mengamati lekuk wajah Beomgyu dari sisi samping. “Itulah Taehyun. Lelaki yang tidak akan bisa kau tebak isi pikirannya.”

“Akh!” Beomgyu didorong hingga dahinya membentur kaki meja ruang tamu.

“Pergi!” pekik Yeonjun memerintah bawahannya. “Bawa orang itu!” tunjuknya pada Soobin.

Beomgyu menoleh. Dia ingin bangun dan menahan Yeonjun untuk tidak membawa Soobin. Lelaki keparat itu kejam! Meskipun Soobin tidak menyukainya atau apapun perasaan kakak Taehyun itu padanya yang jelas dia tidak mau Soobin terluka karena Yeonjun lelaki bajingan itu!

“Tidak perlu,” kata Taehyun. Berjongkok meraih kedua lengan atas Beomgyu dan membawanya untuk berdiri.

“Apa maksudmu? Dia kakakmu!” bentak Beomgyu marah. Tidak rela. Bagaimana laki-laki datar ini bisa tenang sedangkan kakak yang amat dia percayai dibawa begitu saja oleh musuh di balik selimutnya?!

Beomgyu menatap tidak suka pada Taehyun. Kemudian dengan langkah lebar dia berjalan menuju pintu keluar rumah.

“Yeonjun mencintai Soobin Hyung.”

Beomgyu menghentikan langkahnya.

“Dia tidak akan membunuh kakakku.”

“Tapi apa kau tidak peduli Soobin hyung terluka? Meski pun dia tidak menyukaiku tapi aku peduli padanya!” Beomgyu tetap bersikeras. Dia berbalik melangkah lagi.

Namun, pemandangan di bawahnya membuatnya pusing. Beomgyu melihat tetesan darah Soobin berada di sepanjang lantai menuju pintu keluar.

“Beomgyu!” Taehyun menahan tubuhnya. “Kau baik-baik saja?”

“Darah,” bisik Beomgyu. Dia menatap ngeri pada tetesan darah itu.

“Beomgyu.”

“Taehyun.” Berbisik nyaris putus asa, Beomgyu berbalik memeluk Taehyun dengan erat. Tubuhnya gemetar ketakutan. “Tolong...,” bisiknya. “Tolong...,” dia meremat mantel hitam Taehyun dengan erat.

“Beomgyu, tenanglah.” Taehyun sepertinya mengerti dengan ketakutan Beomgyu. Dia tidak tahu alasannya tapi Beomgyu terlihat takut saat matanya bertemu dengan tetesan darah itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya memastikan.

Beomgyu menggeleng. Rasanya dia ingin menangis menghadapi ketakutan ini. Tapi dia tidak bisa. Dia tidak boleh menangis!

“Semuanya akan baik-baik saja,” lirih Taehyun di samping telinganya.

Rewon menyaksikan daddy-nya bersama orang asing. Memeluk dan mencium dahi orang asing. Bukan Jungwon. “Jadi orang itu yang dikatakan papa? Papa akan digantikan oleh orang itu?” tanyanya sambil  menggigit bibir mungilnya. “Daddy tidak cinta papa lagi?” air matanya pun mulai menetes.

Rewon ingin memanggil Taehyun karena Hyura yang disekap di kamar menyuruhnya untuk membantu melepaskan tali tampar yang mengikatnya. Tetapi, pemandangan ini membuatnya sakit hati dan benci.

Rewon sangat menyayangi papa. Dia begitu cinta pada Jungwon karena lelaki itu yang melahirkannya. Dia sayang daddy karena Taehyun yang menemani Jungwon sampai dia keluar ke dunia hingga masuk ke sekolah.

Tapi apa yang dilihatnya sekarang, dia membuang jauh rasa percayanya bahwa Taehyun mencintai Jungwon. Rewon berpikir, jika daddy-nya telah mencintai orang lain. Bukan papanya.

“Aku membencinya!” kilat matanya tajam menatap tubuh Beomgyu yang berada di dalam pelukan Taehyun.

January 26, 2021.

Being FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang