Bab 11

1.4K 211 6
                                    

“Bagaimana?” Taehyun dengan raut muka cemas dipenuhi ketakutan. Kedua tangannya menggenggam lengan dokter Lee dengan erat. Penuh harap.

“Dia sudah tidak bisa bertahan.” Dokter Lee menggeleng pelan. Menatap Taehyun penuh simpati.

Taehyun mengangguk pelan. Menundukkan kepala lalu melangkah mundur.

“Jangan menyalahkan siapa pun, apalagi dirimu. Kau sudah menyelamatkan Beomgyu, itu ... mungkin sebuah keberuntungan. Meskipun bayinya tidak selamat tapi kau sudah mencoba datang dengan cepat. Setidaknya Beomgyu masih sanggup bertahan.”

“Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang.” Taehyun duduk di kursi tunggu. “Jika yang melakukannya bukan ayahku, aku sudah pergi ke kantor polisi dan melaporkan apa yang dialami Beomgyu. Tapi...,” Taehyun mengusap wajahnya kasar dan mengacak rambutnya, stres dengan keadaan yang dihadapinya saat ini.

Dokter Lee menepuk bahunya. “Keputusan kau ingin melaporkan ayahmu sendiri atau tidak itu terserah padamu. Tetapi ada satu hal yang ingin kukatakan padamu. Jangan membawa emosimu saat memutuskan sesuatu. Aku tahu kau orang yang tenang, Taehyun. Berpikirlah lagi. Untuk kebaikan Beomgyu dan ayahmu, dan semua orang yang terlibat. Pikirkan semuanya.”

Taehyun mengangguk lemah.

“Aku harus pergi untuk memeriksa yang lain.”

“Ya.”


**

Beomgyu membuka matanya yang terasa berat. Dia bisa merasakan betapa sembab matanya saat ini. Dia sedikit meringis ketika jarum infus sesekali menyengat lengannya saat  ia bergerak. Kemudian dengan sadar dan perlahan tangannya turun menjulur memegang perutnya. Dia sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Beomgyu menggigit tipis bibirnya. Melampiaskan emosinya yang masih naik-turun.

“Sudah merasa baik?”

Beomgyu menoleh ke arah pintu. Dia mengangguk pelan.

Taehyun mendekat dan membantunya untuk menaruh bantal di belakang punggungnya. “Sudah nyaman?”

“Ya.”

Taehyun tersenyum tipis padanya.

“Maaf,” bisik Beomgyu, menunduk. “Aku tidak bisa mempertahankannya.”

“Itu bukan kesalahanmu. Dia memang tidak ditakdirkan untuk lahir ke dunia. Mungkin, Tuhan menghadirkan dirinya padamu agar kita bisa bertemu kembali.” Taehyun mencoba menggoda Beomgyu meskipun suasana ini sangatlah tidak pas. Biarkan dia dianggap bodoh dan idiot oleh Beomgyu terserah yang terpenting dia bisa melihat seulas senyum dari bibir seseorang di depannya.

“Tidak lucu.” Kata Beomgyu.

“Aku tidak melucu.”

Beomgyu merotasi matanya malas. “Terserah,” gumamnya.

Taehyun menarik kedua sudut bibirnya sekilas. “Beomgyu.”

“Hmm?”

“Kau ... apa kau merasa sangat kehilangan? Maaf, aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak akan terlalu memikirkan kejadian kemarin dan memutuskan untuk balas dendam.”

“Aku tidak akan bisa melupakannya.”

“Apa kau akan membalas perbuatan ayah?”

“Jika aku sedang ingin maka aku akan melakukannya,” Beomgyu menjawab tanba beban.

“Berarti ada kemungkinan kau akan membalas perbuatan ayah.”

“Ya.”

“Tolong maafkan dia.” Suara Taehyun melemah. “Aku memohon padamu bukan karena dia ayahku. Tapi karena apapun yang akan kau lakukan di atas nama balas dendam itu tidak akan pernah berakhir baik. Terutama untukmu sendiri.”

“Terima kasih atas nasehat dan kekhawatiranmu.” Beomgyu menatap kedua mata Taehyun. “Tapi aku bukanlah dirimu yang akan lunak karena menakutkan risiko yang tidak kau ketahui akan terjadi atau tidak. Aku tidak percaya karena aku belum pernah mendapatkan risiko buruk dari balas dendam. Jangan halangi aku saat aku tiba-tiba memasuki ruangan ayahmu dan menembaknya mati di tempat seperti yang dia lakukan pada orang tuaku.” Beomgyu mendongak dengan mata berkaca-kaca. “Ibuku.”

“Beomgyu.”

“Keluarlah. Aku ingin sendiri.” Beomgyu pelan-pelan kembali berbaring. Dia memunggungi Taehyun. “Terima kasih sudah menyelamatkan aku,” bisiknya dengan menahan tangis. Karena sejujurnya, dia sama sekali tidak baik-baik saja. Dia kehilangan bayinya lagi. Bayi yang begitu dia harapkan. Bayinya dan Taehyun. “Keluar,” pintanya sekali lagi.

Taehyun masih terdiam di atas pijakan kakinya. Dia memperhatikan punggung Beomgyu lekat-lekat. Dia melihat bahu itu begitu tegang, sesekali tersentak. Taehyun tahu Beomgyu sedang menangis. Namun karena permohonan Beomgyu, Taehyun tidak akan mengganggunya. Pelan dia berbalik, “jika membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilku. Aku ada di depan kamar ini.”

Beomgyu menggigit kuku ibu jarinya menahan isakan. Setelah mendengar pintu tertutup, ia mulai menangis dan mengeluarkan suaranya.


**


PLAK!

Sehwan menyentuh sudut bibirnya yang berdarah karena tamparan keras Hyura.

“Sialan kau brengsek keparat bajingan tidak tahu malu!” Hyura meneriaki suaminya dengan lantang. “Jadi kau melakukan semua ini karena hal bodoh seperti itu?! Kau masih belum puas setelah menelantarkan aku dan Taehyun tanpa kasih sayang dan kehangatan darimu kau masih berpikir untuk membalas dendam?! Mau sampai kapan kau seperti ini, hah?!”

“Lebih baik kau pulang dan istirahat.” Sehwan berujar pelan meski  pun dengan wajah datar.

“Apa?” Hyura tertawa. “Kau sempat memikirkan kesehatanku sedangkan kau baru saja membunuh cucuku, bajingan?!”

“Dia berhak menerimanya.”

“Apa?”

“Kau tidak tuli. Sekarang pergi dari hadapanku sebelum aku juga menyakitimu.” Sehwan berbalik dari hadapan Hyura.

“Tunggu.”

“Apa lagi?”

“Kau tidak memiliki rasa bersalah sama sekali?” heran Hyura dengan wajah merah nyaris meledak.

“Aku kehilangan puteraku dengan Kina. Dia kehilangan puteranya dengan Taehyun. Impas. Aku tidak akan melakukan apa pun lagi padanya. Tenang saja.”

“Bagaimana jika aku melaporkanmu ke polisi?”

Sehwan menyeringai. “Memangnya apa yang bisa mereka lakukan jika uangku bisa membungkam dan menghentikannya?”

“Brengsek!”

“Ayolah, Hyura. Kau tahu aku ini memang brengsek. Dan kau, urusi saja anakmu itu supaya tidak menjadi seperti aku. Pergi dari sini sekarang sebelum aku menyuruh pengawalku untuk menyeretmu keluar.”

“Bagaimana dengan Soobin?”

“Ah!” Sehwan kembali berbalik. “Itu urusan Yeonjun, jangan bertanya padaku. Huh! Calon menantu apanya? Aku tidak berharap memiliki calon menantu rakus sepertinya. Sekarang pergi!”

Hyura menahan geram. Dia pun berbalik dengan langkah ketus. Ia keluar dari apartemen Sehwan dengan bantingan pintu yang cukup keras. Dia masih memikirkan kerusakan pintu jika dia mengerahkan seluruh kekuatan untuk membantingnya.


**


“Kau baik-baik saja?”

Soobin melirik dengan wajah benci. Apa-apaan Yeonjun si keparat itu masih bertanya padanya. Dia terkena tembak dan dia tidak bisa menggerakkan tangannya untuk sementara waktu lalu sekarang lelaki bajingan ini masih bertanya?! Apa dia buta? Apa dia sebenarnya menderita katarak dan menggunakan lensa untuk menutupi kekurangannya selama ini?

“Jangan menatapku seperti itu,” keluh Yeonjun.

“Bagaimana bisa aku menatapmu dengan  tatapan yang lebih baik jika kau bersikap begitu bajingan keparat sialan norak murahan apalagi yang pantas untuk mengataimu?!” Soobin hilang kesabaran. “Hah! Kau membuatku naik darah!”

“Maafkan aku.”

“Tidak kuterima!”

“Soobin...”

“Apa?!”

“Tolong maafkan aku.”

“Tidak akan!” Soobin membuang mukanya ke sisi lain.

“Maafkan aku...”

Soobin terkejut setengah mati. Hah! Yeonjun merunduk di bawah ranjang nyaris menyembahnya hanya karena ingin mendapat maaf darinya.

“Tolong maafkan aku. Aku tahu aku bodoh dan terlihat idiot sekarang. Tapi aku benar-benar minta maaf karena sudah menyakitimu.”

“Aku tidak pernah menyalahkanmu,” kata Soobin.

“Jadi kau mau memaafkanku? Benar kan?” Yeonjun mulai terlihat antusias menunggu jawaban Soobin. Matanya menyala-nyala seperti anjing peliharaannya yang akan diberi makan. Bukan Yeonjun yang garang dan menakutkan.

“Kau harus melakukan hal seperti tadi kepada Beomgyu, bukan padaku.” Soobin melirik kesal. “Kau tahu ... kau terlibat atau tidak saat memukuli Beomgyu tapi yang jelas kau ikut andil dalam kejadian itu, brengsek! Memohonlah maaf di bawah kaki Beomgyu! Kau sudah merenggut nyawa bayinya!”

Yeonjun menyendu.

“Kenapa? Kau menyesal? Dasar keparat!” Soobin dengan bibir imutnya tetaplah tidak bisa menghindari segala macam umpatan yang menjadi mantra terbaik dalam menyakiti hati seseorang. “Kalau kau merasa bersalah datanglah sekarang pada Beomgyu dan Taehyun. Kau sudah melenyapkan bayi mereka sengaja atau pun tidak. Dan jangan pernah datang padaku lagi jika kau tidak melakukannya.”

“Maksudmu?”

Being FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang