Sudah 1 bulan semenjak kejadian itu terjadi. Jo semakin kepikiran dengan Ken. Awalnya motifnya karena ia takut Ken akan menyebarkan rahasia seksualnya itu ke seluruh penjuru komplek.
Namun, lama-kelamaan Jo menjadi simpati dengan anak sekolahan yang masih hijau-hijaunya itu. To be compare, Ken hanya seorang pelajar SMA yang baru diospek dan baru menjalani masa putih abu-abunya. Tinggi tubuhnya sedang, wajahnya polos, terkadang mengenakan kacamata berframe besar.
Rambutnya pun tidak pernah dibiarkan tergerai, pasti selalu diikat kuda. Kadang-kadang dikepang, atau disanggul. Jo tidak berminat dengan perempuan berseragam SMA.
Berbeda dengan perempuan-perempuan dewasa yang berada di sekeliling Jo. Mereka cantik, meskipun beberapa ada yang operasi plastik dan perawatan mahal. Pakaian yang dikenakan pun berbranded.
Terlihat jomplang banget kalau Ken dibandingkan dengan perempuan-perempuan high quality yang selalu menemani Jo setiap malam. Namun, ada yang menarik dari Ken dimata Jo.
Setiap pagi Jo selalu melihat Ken yang hendak berangkat ke sekolah. Ken selalu telat di hari Senin. Adalah hiburan tersendiri bagi Jo ketika melihat Ken yang berlari sambil berteriak "Gue telaaaattt mampuuuss!!" dengan kondisi penampilan yang acak-acakan.
Tanpa sadar wajah Jo pun memerah. Kulitnya yang mirip bule itu merona sampai ke telinganya. Segera ia melepas lamunannya mengenai Ken yang sepertinya asyik sekali, sampai-sampai ia tidak ngeh kalau teman kerjanya mengajaknya bicara.
"What's wrong with you, bro? Have you breakfast yet?" tanya Boy, pria metroseksual super tampan yang merupakan teman kerja Jo. Meskipun ketampanannya mirip supermodel di majalah, namun namanya aslinya adalah Bejo Winstern.
Ayahnya adalah orang Amerika yang jatuh cinta dengan ibunya yang dari pedesaan Jawa. Ibunya menamainya Bejo karena artinya "keberuntungan". Tapi Bejo menganggap nama itu kampungan, makanya dia menyebut dirinya dengan nama Boy. Rahasia nama Bejo pun hanya Jo yang tahu.
"Huh? Ah... yes. Uhm, tadi lo bilang apa?" tanya Jo yang baru saja sadar dari lamunan asyiknya.
"Astagah, Jooo!! Gue tadi ngajakin lo ngobrol soal rencana dugem kita hari ini! Woy! Lo mikir apaan sih?? Ngelamun jorok ya lo?!" bentak Bej... eh.. Boy yang tidak sabar karena ternyata sudah 4 kali ia mengulangi topik yang sama, tapi tidak diperhatikan oleh Jo.
"Hmm gue pass deh. Gue lagi ga mood" balas Jo lemas.
Boy shock. Apa yang terjadi sama temannya yang satu ini?? Bisa-bisanya dia menolak ajakan dugem. Apakah temannya ini sudah insyaf??
Boy pun menempelkan tangannya di dahi Jo.
"Are you sick?"
Jo hanya diam dan tidak mengerti apa maksud temannya itu. "I'm fine kok, Boy" jawabnya singkat.
"Man... lo kesambet apaan sampai-sampai lo nolak ajakan dugem?? "
"Gue... ga enak badan aja".
Aneh. Tidak biasanya Jo menolak ajakan dugem dari Boy. Mau masalah sebesar apapun, kalau diajak dugem pasti Jo akan bela-belain join. Tapi baru kali ini sepanjang sejarah seorang Johanes Evalist Sudiro menolak ajakan dugem.
"Oke deh, Jo. Lo kabarin gue aja kalo lo berubah pikiran. Gue hari ini dugem di Apollo. Pengen nyoba main bertiga. Hahahaha Adios babay!" Boy pun hengkang dari ruang kerja Jo, dengan wajah yang masih bertanya-tanya mengenai tingkah Jo yang aneh dan diam akhir-akhir ini.
Jo yang masih duduk di dekat meja kerjanya hanya menatap kosong ke arah jendela. Masih memikirkan bagaimana bisa seorang Ken menjadi spesial untuknya. Dia melihat arlojinya. Sudah pukul dua siang.
"Pukul dua? SMA kalau bubaran jam berapa yah?"
Tiba-tiba matanya terbelalak. Segera ia menyambar jasnya yang terlipat rapih di sofa, dan mengambil kunci mobil di atas meja kerjanya. Jo pun tergesa-gesa menuju tempat parkir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbor Secretly
RomansaMeet Johanes, the boy next door idola perempuan. Mulai dari kaum sosialita, staff perusahaan tempatnya bekerja, sampai ibu-ibu dan cabe-cabean alay di komplek perumahannya. Tidak hanya tampan, tapi dia juga mapan. Meet Ken, the youngest daughter in...