#14 IBF | Dinner But Full Of Anger - Revisi ✔

22 3 0
                                    

Dedicated to 89suyoon yang udah komen dan bikin aku sadar kalau cerita ini masih ada yang suka. Padahal aku rasa ceritaku yg ini ngebosenin. Funfact, bab ini sudah kurevisi sejak 20 Januari 2021 lalu, baru kali ini aku kasih perhatian lagi karena komenan kocel dari 89suyoon :(

Thanks a lot, babe.

....

Menikah adalah suatu hal yang bahkan lebih sulit bila ditelisik lebih lanjut. Tidak melulu soal kebahagiaan antara sepasang manusia, tapi lebih kepada apa yang akan terjadi pada keluarga selanjutnya.

Terlebih lagi pada pernikahan kedua.

Penyatuan dua keluarga bagai buah manis yang juga pahit dalam waktu bersamaan. Anak, adalah yang paling harus diperhatikan dalam prosesnya.

Na Jaemin percaya benar bahwa perasaan benci berlebih yang ia pendam adalah suatu hal yang pantas untuk dilakukan. Lelaki itu berulang kali mengasihani perjuangan ibunya yang sudah tiada, yang harus mati dalam kubangan pengkhianatan.

Sedangkan anak dari keluarga satunyaㅡ Lim Sora, lebih menyoroti betapa kasihannya dirinya. Dibandingkan berbahagia, gadis remaja satu itu hanya dapat pasrah menerima nasib bahwa ia berasal dari keluarga yang benar-benar merupakan suatu kekacauan.

Dua sudut pandang yang berbeda, latar belakang yang tak sama, serta pada apa mereka berpegang sikap membuat kedua anak remaja itu seolah merasa bahwa diri merekalah yang paling menderita.

Keduanya lalai memperhatikan, bahwa berusaha menyatukan dua keluarga, sama beratnya dengan menerima kenyataan yang ada. Lim Yoora dan Na Youngha merasa bahwa tak ada salahnya mencintai, keduanya berpegang bahwa cinta bukanlah suatu dosa. Terlebih, mereka mencintai setelah tak ada pasangan di samping merekaㅡ jelas, keputusan keduanya untuk menikah bukanlah suatu bagian dari pengkhianatan.

Tapi seperti yang umumnya orang ketahui, mudah menjadi baik dihadapan semua orang, namun tidak mungkin benar-benar dianggap baik oleh semua orang.

Lagi-lagi, pandangan manusia hanya berputar di bagian itu-itu saja. Dalam suatu insiden, mereka hanya perlu menyalahkan, untuk kemudian dengan lancang menunjuk-nunjuk seolah yang paling benar. Padahal, menerima sesuatu juga bukanlah sebuah dosa, terkhusus pada kasus yang didasari cinta.

Mengikuti arah pandangan dan kata hatinya yang kian menggelap, Na Jaemin hanya mau duduk diam di makan malam mereka. Ia enggan menjawab pertanyaan, enggan menoleh dengan binar mata yang sopan, juga enggan bersikap ramah-tamah dan menunjukkan sikap segan.

Jaemin sama sekali tidak perduli pada apa yang akan ibu tiri nya lakukan. Dengan wajah semakin tirus dan bibir pucat dilapisi lipstick tebal itu, ia percaya diri ibu tirinya takkan mampu menyentuhnya.

Bahkan jika wanita itu benar-benar melakukannya, Na Jaemin takkan segan menepis tangannya.

Hidangan makan malam pertama sebelum seminggu setelahnya akan diadakan pesta kecil menyambut penikahan, entah kenapa terasa penuh sesak. Sorot mata yang harusnya menggambarkan kebahagiaan, berganti dengan sorot penuh kebencian akan pengkhianatan.

Na Jaemin enggan menyembunyikan tatapan bencinya. Meski terlahir dengan senyum manis, Na Jaemin takkan pernah mau menyuguhkan senyum itu di depan keluarga barunya.

Tidak, ia tidak akan.

Sedangkan di depan lelaki penuh dendam itu, duduk seorang gadis muda lain. Ia cantik, namun samar menyembunyikan kepedihan yang dipendamnya.

Menurut Jaemin, Lim Sora adalah yang paling munafik dalam seluruh cerita. Lihatlah betapa gadis itu seolah baik-baik saja, padahal ia sendiri benar-benar menunjukkan sorot paling menyedihkan yang pernah ada.

imperfect : beauty flaws | ©crushparisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang