Lim Sora sibuk membereskan beberapa buku miliknya yang tergeletak di atas meja lepas bel pulang berbunyi. Ia kemudian sedikit melirik ke arah Noh Sujeong yang tadi mengunjunginya di UKS.
Dengan canggung, ia berpamitan, "Gue balik duluan, ya!" katanya.
Oh, Lim Sora benar-benar tidak percaya dirinya. Setahun lebih menjadi teman sebangku yang biasa-biasa saja, baru kali ini mereka saling berpamitan pulang. Agak sedikit lucu bagi Sora, juga canggung. Tapi apa mau dikata? Sepertinya kalau ia tidak berpamitan, akan terasa seperti gadis itu menjauhi teman sebangkunya.
Noh Sujeong hanya mengangguk singkat, balas tersenyum. Entah sejak kapan merasa sedikit nyaman, juga sedikit menyayangkan jam pelajaran berakhir cepat. Sujeong tiba-tiba merasa bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan sekarangㅡ tentu saja terlepas dari seseorang yang mereka bahas di UKS tadi.
Setelah berbalas sapa dengan Noh Sujeong di kelas, Sora kini berjalan pelan melewati koridor yang ramai. Gadis itu membelah jalan, perlahan-lahan membawanya sampai di ruangan yang kini sudah ketiga kalinya ia kunjungi semasa sekolahnya.
Disamping melelahkan, justru menurut Lim Sora pergi ke ruangan ini adalah satu kesenangannya sekarang.
Tepat tujuh menit empat puluh tiga detik kemudian, bimbingan mereka dimulai. Seluruh materi sekarang terasa santai, dan Lim Sora pelan-pelan semakin paham dan mengerti bagaimana caranya bermain-main dengan bahasa.
Berbeda dengan dua konseling sebelumnya, Renjun juga semakin santai dibandingkan uring-uringan. Entahlah mungkin lelaki satu itu memang sedang dalam kondisi baik perasaannya, tapi Sora cukup senang juga melihatnya.
"...Dari seluruh pertemuan, hari ini sepertinya kondisi paling bagus kamu, Sora. Kosakata kamu meningkat tajam, sepertinya kita akan mulai kembali dengan tugas awal kita, membuat puisi tanpa tema."
Bu Gain pelan-pelan menatap kedua belah manik milik Lim Sora yang semakin santai menanggapinya. Guru gempal itu sedikit merasa bangga pada dirinya, sebab dulu, Lim Sora hanyalah seorang gadis yang kalau ia tatap matanya akan membalas dengan tersenyum kikuk.
Tapi lihatlah, berkat didikannya, pelan-pelan gadis canggung itu kini dengan percaya diri tersenyum menanggapi tantangannya.
Hwang Renjun tak ayal juga ikut menoleh pada Sora. Seolah semuanya hilang, Renjun menjadi percaya bahwa gadis itu baik-baik saja terlepas dari sesuatu yang terjadi pada tangannya.
Bu Gain mengangguk, "Baik, silahkan buat puisi dengan sesuatu yang belum keluar dari pintu." Wanita dewasa itu bangkit, kemudian beranjak menuju sofa samping kursi mereka. "Saya mau istirahat sebentar disini."
Lim Sora masih tersenyum percaya diri, gadis itu segera melakukan tugas dari Bu Gain dengan seluruh konsep yang sebentar saja sudah selesai di susunnya. Sedangkan Renjun, sedikit banyak masih mengintipi pergelangan tangan Sora yang tertutup lengan kemeja.
Ia sejujurnya benar-benar penasaran, juga khawatir kalau-kalau luka itu kelak akan menjadi infeksi dan menyakiti gadis yang kini menjadi pusat perhatiannya. "Sora?" ia memanggil kemudian.
Lim Sora menoleh dengan wajah polosnya.
Melihat wajah itu, Renjun seakan tak mampu mengeluarkan pertanyaan yang sudah seharian dipendamnya. Dengan satu tarikan napas, ia mengubur kembali niatnya. "Nggak, gak jadi, Ra. Lanjutin aja," katanya pasrah. Sungguh, mungkin memang ini bukan waktunya. Nanti, Renjun berjanji pada dirinya nanti akan bertanya perihal Sora.
Lepas menangkap anggukan dari Sora, Renjun lanjut menulis puisi buatannya. Salah satu hal yang belum keluar dari pintuㅡ bermaksud bahwa apa saja yang ada di ruangan ini. Bukan hanya berarti benda, tapi juga boleh jadi manusia. Sebab maksud 'belum keluar dari pintu' menunjukkan bahwa apa saja sesuatu itu, asalkan tidak melewati pintu. Pintu adalah patokan mereka, selain benda atau orang dalam ruangan ini, mereka tidak boleh mengangkat benda atau orang diluar pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
imperfect : beauty flaws | ©crushparis
Fanfictionnct dream au • renjun / chenle fanfict. completed story ©2020 Karena sejatinya, perpisahan, kehancuran, keretakan bahkan hingga kepergian, adalah salah satu bentuk kecacatan. Dan manusia takkan mampu menghindar, bahkan bila mereka mau. Suatu hari na...