•••••
Derit pintu kayu yang membuka membuat sepasang mata mengerjap, terbangun karena sensitif tidur siang singkatnya diganggu. Derap langkah kaki dibalut sepatu putihㅡ yang menandakan pemiliknya adalah murid sekolah disana, membuat Sora mendengus samar.
Satu orang penyakitan lagi menambah beban kerjanya tentu saja.
Mau tak mau Sora bangkit dari kursi, berjalan dengan pelan demi mendekati ranjang tempat lelaki yang baru saja masuk itu duduk.
"Sakit apa?"
Lelaki itu tampaknya terlalu sehat untuk langsung berbaring begitu ia masuk melalui pintu kayu UKS. Wajahnya tak nampak layu, juga tak terlihat seperti ia kesakitan dengan cara jalannya yang tetap tegak kala berjalan mendekati ranjang UKS.
Sora menunggu jawaban lelaki yang memejamkan matanya itu, juga sedikit memperhatikan wajahnya yang sedikit tertutupi oleh lengannya.
Sora terus menunggu, tapi lelaki itu seolah membuat Sora hilang dari dunia. Ia tak kunjung membalas pertanyaan Sora yang sudah menyamar menjadi udara, juga tak kunjung memberikan kode kalau ia sejujurnya tidak apa-apa.
Sora menghela napas, ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Biarlah wajah familiar itu tidur dengan tenang hingga tak kunjung bangun esok fajar, ia tidak peduli. Menilik dari arloji yang tersemat di pergelangan tangannya, tujuh menit lagi jam jaga UKS nya akan berakhir.
Jadi, tentu saja Sora tak perlu ambil pusing pada apa yang lelaki hampir-mati itu lakukan.
Sora hendak berbalik sebelum ia mendengar lelaki itu menyeru, "Tutup tirai nya, ya."
Sora yang jalannya sempat terhenti karena perintah tak berguna itu segera kembali membuang kasar napasnya, ada-ada saja tipe murid sepertinya, selalu menggunakan UKS sebagai tempat pelarian kala bosan dengan pelajaran.
Meski sebal, Sora tetap menutup tirai sesuai apa yang lelaki itu minta. Sora tak suka berurusan dengan lelaki sepertinyaㅡ yah, tipe urakan yang doyan bolos dan melawan guru.
Tapi, ada yang terus menghantui pikiran Sora ketika ia tengah membereskan beberapa obat-obatan setelah menutup tirai lelaki itu. Entah kenapa, sepertinya lelaki itu tampak terlalu familiar di ingatannya.
Sora tetap bersih-bersih setelahnya. Meski pikirannya masih sibuk mengingat siapa lelaki itu hingga mengganggu pikirannya yang sudah kusut, gadis itu tetap bersegera menyelesaikan semua tugasnya.
Setelah seluruh obat-obatan dan beberapa hal lainnya sudah ia bereskan, Sora melepas badge penanda PMR dan meletakkannya di atas meja penjaga.
Dan ketika langkah kakinya hendak berjalan menuju kusen pintu, ia baru ingat lelaki tadi siapa.
Sora mundur, pergi ke tirai di sebelah lelaki menyebalkan dan berwajah familiar tadi. Ia menyingkap tirai, mendapati seseorang dengan dahi tertutup handuk basah diatasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
imperfect : beauty flaws | ©crushparis
Fanficnct dream au • renjun / chenle fanfict. completed story ©2020 Karena sejatinya, perpisahan, kehancuran, keretakan bahkan hingga kepergian, adalah salah satu bentuk kecacatan. Dan manusia takkan mampu menghindar, bahkan bila mereka mau. Suatu hari na...