•••••
Sorakan penonton bergemuruh kencang saat kaki-kaki berbetis kekar melintasi lapangan dalam ruangan. Teriakan penuh semangat di lontarkan sembari tangan sibuk menggenggam pom-pom penyemangat untuk para peserta yang ikut pertandingan.
Untuk sementara, langit-langit lapangan masih dipenuhi gemuruh semangat penonton yang membara, sibuk menyemangati keluarga, atau teman yang mengambil peran dalam pertarungan.
Jaemin mengelap keringat yang melintasi dahinya, kemudian dengan tatapan tajam menatap kesamping, ke kerumunan penonton yang sibuk di tribun. Ia melihat satu orang familiar disana, ayahnya. Namun juga tak sengaja melihat seseorang lain, yang tak ia inginkan kehadirannya, duduk tepat disamping ayahnya dengan wajah cerah dan berseri bahagia.
Dengan satu tarikan napas untuk menenangkan hatinya yang mendidih oleh amarah, ia kini menatap ke arah depan, menusuk langsung netra kapten tim lawan.
Dan tepat ketika bola dilemparkan setelah bunyi peluit dikumandangkan, kaki Jaemin sibuk melangkah mengejar bola yang sialnya di pegang oleh tim lawan.
Gesit, ia mencoba berbagai teknik untuk merebut bola kembali. Ia menghindar, membidik posisi lawan yang tengah mendribel bola, lalu dengan gerakan kilat segera mengambil bola dari daerah lawan.
Jaemin tersenyum miring. Napasnya yang teratur menunjukkan betapa banyak lelaki itu berlatih untuk pertandingan final hari ini. Ia bergegas, mendribel bola dengan kekuatan stabil untuk kemudian di giring ke area lawan.
Beberapa orang sibuk menghadang, tapi Jaemin menghindar dengan gesit. Tim lawan tidak dapat diremehkan, mereka cukup terlatih dan lihai mencari celah untuk merebut bola. Jaemin hampir kewalahan melawan mereka semua, hingga ia mengirim sinyal melalui lirikan mata ke teman satu timnya, dan melempar bola kesana.
Younghoon tertawa kecil, segera menangkap bola dan dengan tangan yang mendribel bola kini memimpin perjalanan untuk menembus pertahanan lawan.
Hingga saat ia melakukan tembakan tiga poin dalam keadaan amat terdesak, gemuruh penonton segera melingkupi stadion. Tim Jaemin mencetak angka pertama, dan tak bisa dipungkiri kalau lelaki itu senang bukan main.
Pertandingan berlangsung memanas setelahnya, tak ada satupun anggota tim yang terlihat lelah. Masing-masing dipenuhi ekspektasi dan punya motivasinya tersendiri. Tim Jaemin menginginkan poin lebih, sedangkan tim lawan ingin segera menyusul poin.
Pertandingan terus berlangsung ketat hingga paruh pertama pertandingan selesai. Jaemin mendongak melihat papan skor, menampilkan West Eagleㅡ nama timnya, terpampang jelas memiliki 3 poin lebih tinggi dibandingkan tim lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
imperfect : beauty flaws | ©crushparis
Fanfictionnct dream au • renjun / chenle fanfict. completed story ©2020 Karena sejatinya, perpisahan, kehancuran, keretakan bahkan hingga kepergian, adalah salah satu bentuk kecacatan. Dan manusia takkan mampu menghindar, bahkan bila mereka mau. Suatu hari na...