#10 IBF | Invisible Green Lamps - Revisi ✔

21 6 1
                                    

"Ada yang ngechat lo?"

Demi mendengarnya, gadis dengan mata masih memandangi ponsel itu segera menoleh, kemudian menggeleng setelah lama mencerna pertanyaan tiba-tiba.

Lim Sora hanya menjawab pendek, "Bukan apa-apa," katanya, kemudian jemarinya menyingkirkan ponsel miliknya.

Chenle mengangguk, sekali lagi mengintip ke arah luar jendela dengan perasaan tak karuan. Berteman dengan Sora cukup lama, namun lelaki itu masih belum cukup puas dengan pengetahuannya mengenai Sora.

Mengapa gadis itu tampak terlalu tertutup belakangan?

"Pak, entar mampir bentar ke minimart, ya. Saya mau beli sesuatu soalnya," perintah Chenle pada sopirnya, sesaat setelah selesai memikirkan perihal Sora.

Lim Sora menoleh, "Lo mau beli apa?"

Chenle menyunggingkan senyum miringnya, dengan mata menyipit karena tersenyum senang, lelaki itu berujar, "Kak Jira nitip eskrim. Lo tau sendiri gimana kakak lo."

Sora mengangguk, ia kemudian tak lagi ambil peduli pada percakapan. Entahlah mengapa ia merasa begitu lelah belakangan, seperti ada satu beban tak kasat mata yang menghimpitnya hingga membuatnya tanpa sadar merasa sesak.

Namun Sora sama sekali belum tahu jawabannya, mengapa ia merasa sesak, atau mengapa belakangan tidurnya semakin tak nyenyak?

Lim Sora belum tahu, atau ia menolak untuk tahu penyebabnya, hanya ia sendiri yang mampu menjawabnya.

Mobil tesla itu berhenti tepat di bahu jalan. Zhong Chenle segera turun dari mobil demi menghindari berlama-lama meninggalkan Sora seorang diri di dalam sana. Tentu saja Chenle percaya pada sopir pribadinya, Pak Woonji, yang sudah sedari ia kecil ditemani oleh beliau. Hanya saja, Chenle menangkap bahwa Sora tampak terlalu lelah belakangan, dan lelaki itu mengkhawatirkan kondisi kesehatan fisik serta mental gadis kesayangannya.

Lim Sora yang tengah memandangi luar jendela, seketika tersentak saat suara deras pintu mobil menyapa gendang telinganya. Gadis itu menoleh, sedikit melotot saat melihat Chenle sudah kembali dengan dua kantong kresek penuh makanan di dalamnya.

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, merasa heran. "Lo kenapa kilat banget belanjanya?"

"Gapapa," jawab Chenle dengan napas tersengal. Mobil hitam yang kedua remaja itu tengah tumpangi kini kembali membelah jalanan, dengan salah satu manusia di dalamnya sibuk sendiri mengatur sebuah pertanyaan tak terluapkan.

"Btw, Ra."

Sora menengok ke sumber suara, tampak Zhong Chenle tengah sibuk menggaruk rambutnya dengan ekspresi lucu.

"Gak jadi, deh."

Menunggu lama namun hanya mendapat jawaban seperti itu, seketika Sora mendecak sebal. Ia sudah kepalang penasaran dengan topik yang baru saja Chenle hendak lemparkan, tapi lelaki itu mengubah niatnya disaat terakhir.

Demi mengetahui kenyataan bahwa lelaki itu tak lagi penasaran dengan sesuatu yang tadi berputar dikepalanya, Lim Sora tak ayal hanya dapat mengedikkan bahu, sedikit banyak berusaha melupakan kejadian barusan.

Lama diam dalam kesunyian yang tak biasa, bunyi navigasi mobil membuat Sora bergegas untuk bersiap meraih kenop mobil. Kemudian, sejalan dengan suara navigator yang mengatakan mereka telah sampai di tujuan dan beberapa anjuran keselamatan lainnya, Sora segera mendorong kenop pintu mobil untuk segera meninggalkan apa yang ditumpanginya.

Zhong Chenle mengikuti gadis itu dengan tergopoh dari belakang, tampak seperti seorang babu dengan seorang diva yang diikutinya.

"Sialan, malem-malem ngelawak nih dua biji onta!" Yoo Jira tertawa keras, sibuk merutuki nasib Chenle yang benar-benar terlihat seperti pembantu. "Lo ngapa gak bantuin Chenle, njir? Sarap nih cewek!" tanya nya ke adiknya dengan suara sengau karena tertawa.

imperfect : beauty flaws | ©crushparisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang