Hargai penulis dengan vote
Jan kebiasaan jadi readers goibHappy reading
🍁
Tiga bulan telah berlalu dan peneroran telah berhenti, bukan sepenuhnya. Namun baik Jungguk dan Haera merasa jika mereka harus tetap waspada kalau peneroran itu kembali terulang pada keduanya. Jungguk bahkan sempat berpikir jika peneroran itu didasari seseorang yang iri terhadap kehidupannya.
Tentang Ko Hwanjin, Jungguk berpikir jika peneroran itu adalah ulang Hwanjin. Tapi pemikiran itu dia buang jauh-jauh karena dirinya tak punya bukti jika Hwanjin benar melakukan peneroran terhadap dirinya dan Haera.
"Jung, bisa hentikan mobilmu di depan toko itu"
"Kau ingin beli bunga? Aku akan tunggu"
Haera mengangguk kecil, melepas sabuk pengamannya kala mobil yang membawa keduanya telah terparkir di sisi jalan pertokoan. Jungguk mencoba mengikuti Haera yang sudah lebih dahulu keluar dari mobil.
Jungguk mengikuti istrinya yang sudah lebih dahulu memasuki toko bunga itu. Sedikit memperhatikan gerakan Haera yang tengah memilah bunga mawar dari balik jendela kaca. Namun, Jungguk sedikit termenung dengan pantulan sebuah mobil yang ikut terparkir di belakangnya. Sepertinya Jungguk tak asing dengan mobil hitam itu. Sedikit menyeritkan dahinya guna menginggat sesuatu.
Dor.. dor..
Suara desing peluru dan teriakan orang-orang yang ada di kedai makanan seberang yang menggema. Jungguk merasakan jika tubuhnya sakit di satu sisi. Tersungkur di trotoar karena seseorang mendorong tubuhnya hingga terjatuh, menyelamatkannya dari aksi tembakan entah itu berasal dari mana. Peluru itu menembus sisi jendela kaca toko bunga dan menyebabkan lubang.
"Anda tidak apa-apa?" suara pria yang menolongnya mengintrupsinya.
Jungguk menggeleng dan segera bangkit, matanya melihat kembali ke arah mobil misterius itu tapi nihil, ternyata mobil itu sudah melesat pergi setelah seseorang didalamnya sudah meninggalkan dua peluru.
"Syukurlah"
"Jung.. kau tidak apa-apa?" tanya Haera diikuti pemilik toko yang menghampirinya dengan khawatir. Tapi malah dirinya memeluk Haera, wanita itu juga memeluknya erat. Sebenarnya yang ada dipikiran Jungguk saat ini adalah keselamatan Haera. Karena Jungguk tidak tahu siapa yang seseorang incar. Antara dirinya atau Haera yang ada didalam toko.
Jungguk kembali menatap Haera di depannya. "Seharusnya aku yang bertanya padamu.. kau tidak apa-apa?" tanya Jungguk dengan muka pucat. Syok karena kejadian beberapa detik lalu.
Haera sedikit mengangguk padanya.
"Tuan, sepertinya seseorang itu sengaja ingin melukaimu. Jika dilihat dari bidikannya. Tentu dia ingin melukaimu di bagian bahu kiri" jelas seseorang pria yang tadi menyelamatkannya.
Jungguk menoleh pada sosok pria dengan pakaian pengantar barang itu. Jadi jika seseorang itu ingin melukai bahu kirinya itu berarti, bukan Haera yang menjadi incarannya saat ini. Tapi kenapa harus dirinya? Sebenarnya dendam apa yang orang itu tanam terhadapnya?
"K-kau pengantar paket itu kan?" tanya Haera pada seseorang itu. Haera benar-benar tidak salah tentang presepsi pria yang beberapa hari lalu mengantarkan sebuah paket dirumahnya. Pria pengantar paket itu hanya tersenyum kecil. Ah benar Haera tidak salah ternyata.
"Saya lihat anda baik-baik saja tuan, kalau begitu saya pamit untuk mengantarka—eh"
Baik Jungguk dan Haera sama-sama melihat ke sebuah paket dengan isi yang sudah bertebaran diatas tanah. Pasti itu karena pria pengantar itu menyelamatkannya jadi isi paket itu ikut berhamburan. Melihat wajah pria itu Jungguk jadi merasa bersalah telah membuat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, VIOLET
FanfictionKami diteror! Kehidupan pernikahan Jungguk dan Haera menjadi rumit setelah kembali ke Seoul. *** Ahn Jungguk, seorang milyuner muda yang mencoba bangkit dari keterpurukan hidup. Menjalani hidupnya yang kacau dengan serpihan mimpi yang mulai terpend...