Prologue

290 23 11
                                    

Apakah semua fans memiliki kewajiban untuk membeli semua marchindes, pergi menonton konser, dan mendatangi fansign idol mereka? Mungkin bagi sebagian fans kaya itu adalah sebuah kawajiban. Asalkan kalian tau, tidak semua fans terlahir menjadi orang kaya. Namun, banyak dari mereka berusaha membangkang orang tua mereka untuk memberikannya uang. Tapi itu semua tidak berlaku untuk seorang Kim Jennie.

Gadis remaja berusia 20 tahun yang terlahir menjadi seorang fans dari boy grup papan atas, bukan orang miskin dan bukan orang kaya. Istilahnya sederhana. Dia sering kali menjadi bahan perbincangan temannya karena dia tidak mampu untuk ikut pergi ke sebuah acara-acara yang diselenggarakan oleh agensi Big Hit Entertaiment dimana Boy Group world domination-Bangtan Seonyeondan bernaung.

Sejujurnya, bukannya tidak mempunyai uang. Dia hanya saja tidak ingin menghabiskan uang tabungan, dan ia tidak mau meminta kepada orang tuanya. Mungkin, orang tuanya tak sekaya orang tua Han Seona-teman yang suka membully. Jika Jennie mau, orang tuanya bisa membilakan satu tiket red zone kalau saja orang tuanya mau memberi. Jangankan untuk tiket konser yang harganya berjuta-juta, untuk membeli album pun ia rasa tidak pantas apabila meminta uang kepada orang tuanya. Gadis itu terlatih untuk hidup hemat sejak kecil. Meskipun orang tuanya selalu membelikan apapun yang dia inginkan, ia rasa bisa membeli dengan uang tabungannya sendiri.

Gadis itu berpikir, bahwa membeli sesuatu yang ia suka dengan menggunakan uang tabungan adalah sebuah penghargaan tersendiri untuk hatinya. Lebih terasa. Untungnya, ibu Jennie selalu memberinya bekal untuk berangkat kesekolah. Jadi dia tidak membeli makanan, dan uangnya bisa masuk kedalam rekening pribadinya dengan usahanya sendiri.

Namun, sekarang dia tinggal mandiri. Meskipun masih dalam satu kota, kampus dan rumahnya terbilang jauh. Dia juga tidak bisa naik mobil karena mobilnya di bawa ayah untuk pergi bekerja. Naik bus atau taksi pun tarifnya terbilang mahal, jadi dia berinisiatif untuk tinggal di unit kecil yang lokasinya lebih dekat dengan kampus.

Bertemu idolnya adalah sebuah mimpi terbesar dalam hidupnya. Entahlah dia bisa bertemu atau tidak, tapi ia berharap bisa bertemu. Jika ditanya, apakah Jennie iri melihat Seona selalu memamerkan barang-barang kpop mahalnya di hadapan Jennie? Tentu saja dia iri, bahkan tak jarang juga dia menangis sendirian setelah Seona merundungnya. Jennie rasa, dia tidak pernah membuat kesalahan. Entahlah Han Soena mungkin iri kepada Jennie karena selalu didekati banyak teman.

Kita tidak tau, seperti apa takdir kita di masa depan. Jennie selalu berdoa, agar ia mempunyai banyak uang, menjadi orang sukses. Agar semua rasa jengkelnya dia masa remaja ini bisa terbalaskan. Jujur saja, Jennie sangat membenci Seona. Terkadang juga memberontak, tapi mulut Seona memang sangat pantas untuk di jahit.

Hallo guys, Klandestin ini adalah fanfiction debut gw. Jadi, gw harap semoga kalian yang baca ga bosen ya sama cerita gw. Gw sebenernya udah buat banyak cerita, tp semua cerita gw belom gw debutin. Jadi ff Klandestin ini ff debut gw yang pertama. Jadi, gw minta kritik dan saran dari kalian ya. Terimakasih pokoknya buat kalian yang ikut berpatisipasi  baca ini cerita. Karena gw baru debut, jadi gw langsung publish prolog sama chap 1. Langsung aja ya. Selamat membaca ya. Salam dari gw MPII :)

Dan gw mintol ya, kl ada pengetikan kata yang salah bisa komen aja biar gw perbaiki.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang