Takdir tuhan selalu sulit untuk di tebak, tuhan selalu berbuat adil kepada umatnya
Aroma kopi menyeruak, menusuk indera penciuman orang-orang yang bersinggah disalah satu kafe terkenal Gangnam Seoul. Kepulan asap yang muncul dari dalam gelas kopi melambai menggugah selera orang-orang untuk terus meminum perpaduan pahit dan manisnya minuman tersebut. Pelanggan berdatangan bersilih berganti. Di musim dingin seperti ini memang cocok untuk menghangatkan tubuh dengan segelas kopi hangat.
Jennie sedari tadi tak henti-hentinya berdiri melayani para pelanggan yang terus berdatangan. Jujur saja, kakinya sudah pegal. Tapi ia masih bisa menahannya. Jennie pikir mungkin karena ini hari pertamanya bekerja jadi ia cepat merasa lelah. Jika sudah terbiasa Jennie pasti tidak akan merasakan pegal. Setelah beberapa hari berdebat bersama sang ibu, akhirnya Jennie bisa bekerja paruh waktu di kafe tersebut.
Awalnya ibu Jennie tidak mengizinkan karena, beliau tidak tega melihat anak semata wayangnya harus bekerja paruh waktu seperti itu. Harusnya, seorang gadis seperti Jennie tugasnya hanya perlu bersekolah. Namun, Jennie si anak keras kepala terus saja berbicara dan membujuk ibunya. Maka mau tak mau, ibunya mengizinkan gadis itu untuk bekerja.
Meskipun begitu, ibu Jennie juga melamar kerja kembali di kantor lamanya. Sebelum melahirkan Jennie, ibu Kim memang sempat bekerja di sebuah kantor asuransi. Namun, beliau akhirnya memutuskan untuk berhenti karena ingin fokus mengurus anak dan suaminya. Walaupun gajinya tak terbilang banyak, ibu Kim rasa itu cukup menguntungkan untuk menambah-nambah tabungan masa depan dan kehidupan sehari-harinya.
"Kamsahamnida." Jennie menyodorkan struck kepada pelanggan terakhir antrian.
Jennie mengusap dahinya. Sungguh ini sangat menguras tenaga ya Tuhan. Gadis itu menghembuskan nafas kasar dan berkacak pinggang sambil berguman, "Ternyata rasanya bekerja seperti ini."
"Nanti kau akan terbiasa Jennie." rekan kerja Jennie menyauti ucapanya.
"Ahh ne Eonnie." Gadis itu menjawab dengan malu-malu. Maklum saja, ia belum terlalu kenal dengan rekan kerjanya. Jadi sedikit canggung.
"Aish Jennie. Sudah kubilang panggil saja aku Naeil. Aku tidak mau terdengar tua."
"Ahh, tidak bisa begitu Eonnie. Kau lebih tua dariku jadi aku akan tetap memanggilmu Eonnie." Jennie tersenyum menampilkan gummy smile-nya.
"Aish kau ini." Naeil mencebik bercanda
Gadis itu memang mudah akrab bersama siapa saja. Sedari tadi, selalu Naeil yang mengawali sebuah obrolan. Jennie berbicara pada Naeil jika bingung atau sekedar menjawab ucapan Naeil. Gadis itu juga merupakan mahasiswa. Setingkat lebih atas dari Jennie. Seangkatan dengan Saejin, namun mereka berbeda jurusan. Gadis yang ramah, sedikit tomboy terlihat dari penampilannya yang berambutnya pendek.Gadi tersebut sedikit berlagak tomboy ketika berjalan dan berdiri bahkan ketika duduk. Jennie berpikir, mungkin banyak sekali orang yang takut pada Naeil.
&&&
Sebuah bus berhenti di salah satu pemberhantian. Jennie turun dari bus tersebut dan berjalan dengan lesu ke arah tempat tinggalnya. Gadis itu sudah lelah, ingin segera sampai di rumahnya dan segera tidur. Untung saja besok ia tidak ada kelas, dan shifnya pun tidak terlalu pagi. Jadi ia bisa tertidur dan beristirahat lebih lama.
Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk minum soju bersama Naeil. Awalnya Jennie menolak, namun Naeil terus saja memaksa ingin mentraktir Jennie makan tteokbokki dan minum alkohol. Katanya untuk merayakan hari pertama Jennie bekerja. Maka dari itu, Jennie berjalanan sedikit kelimpungan sekarang. Mereka berdua cukup banyak minum memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
FanfictionMenjadi kekasih atau pendamping seorang bintang ternama memang suatu hal yang ingin dirasakan oleh seorang fans. Namun dibalik itu semua, nyatanya tak seindah apa yang di bayangkan. Menjadi kekasih seorang bintang ternama mungkin bisa saja mendoron...