Apakah menghindar dari takdir adalah sesuatu yang memungkinkan?
Jennie menutup pintu unitnya dan bersandar pada pintu tersebut. Ia menghela nafasnya lega. Dirinya tidak berpikir jika kejadian tadi akan terjadi. Yang benar saja, kehendak tuhan memang sulit diduga. Untung saja dia berhasil mengusir kedua makhluk yang berdebat tadi keluar dari rumahnya.
"Aish. Bagaimana ini semua bisa terjadi ya Tuhan. Jebbal, ini yang terakhir. Sungguh hidupku seperti tidak tenang mulai detik ini." Jennie menggeram lirih. Semoga saja Saejin tidak memberi tahu ibunya, dan Taehyung tidak akan menemui dirinya lagi.
Kehadiran Taehyung memang pada awalnya membuat Jennie bahagia, namun nyatanya tidak seindah yang dipikirkan Jennie pada awalnya. Justru kehadiran Taehyung sekarang ini sangat berisiko pada kehidupannya. Dirinya menjadi tidak tenang, ketakutan dari segela penjuru seperti mengelilingi hidupnya.
Ketika Jennie hendak beranjak dari pintu tadi, bel rumahnya tiba-tiba berbunyi. Sial, siapa lagi yang datang ? Jennie mencoba mengintip melalui celah pintu. Jennie menjauhkan matanya dari celah pintu dan mengernyit, "aaa? Tidak ada siapa-siapa."
Bel tersebut kembali berbunyi, dan yang terparah sekarang seseorang yang berada diluar mencoba menggedor pintunya sedikit kasar. Jujur saja Jennie ketakutan, apakah di depan sana ada maling? Seketika saja Jennie merasa menyesal mengusir Saejin dan Taehyung. Ya Tuhan kenapa dirinya seperti tertiban sial dua kali.
"Yaa! Nuguseo?"
"..."
Tidak ada jawaban, karena penasaran akhirnya Jennie memutuskan untuk membuka sedikit pintunya dengan hati-hati. Hanya kepalanya saja yang muncul keluar, untuk berjaga-jaga apabila itu adalah orang jahat ia bisa langsung menutup kembali pintunya dengan cepat.
Alih-alih menutup pintunya, justru Jennie terhuyung kebelakang. Seorang pria menerobos begitu saja membuat Jennie panik seketika. Sial, ternyata itu adalah Taehyung. Kenapa pria itu tak kunjung pulang?
"Ya! Apa yang kau lakukan? Sudah ku katakan, kau harus pulang. Aku tidak menerima tamu tengah malam."
"Tidak ada yang mengantarku pulang, jadi aku kembali kesini dan berencana menginap." Ucapnya santai sembari duduk di sofa seperti tidak memiliki kesalahan.
Rasanya Jennie ingin mencakar wajah rupawan miliki pria yang ada didepannya. Berteriak mungkin akan melegakan, namun ia sadar ini sudah tengah malam. Bisa-bisa dirinya akan dikeroyok tetangganya. Jennie rasa, untuk mengusir Taehyung saat ini sudah tidak berguna. Lihat saja, usahanya tadi mengusir pria tersebut sia-sia sudah. Ia akhirnya memutuskan membiarkan Taehyung yang tengah asik duduk di sofanya sembari menatap pergerakannya.
Taehyung hanya menyeringai, lalu ia mengeluarkan ponselnya untuk mengecek sesuatu. Dia seperti tidak mempunyai sopan santun, memang menyebalkan pikir Jennie. Dengan tidak tahu malunya, Taehyung menyalakan teleivisi dengan santai. Jennie yang tengah mencuci piring melirik dengan sinis, kemudian berusaha untuk mengabaikan apapun yang dilakukan pria yang ada dirumahnya sekarang ini.
"Kau tidak merasa kesepiankah dirumah sendirian?" Taehyung berusaha untuk mengajak biacara Jennie yang seperti tengah mengamuk.
"Wae? Apa urusannya dengamu?"
Taehyung hanya tertawa kecil dan kemudian kembali menyibukkan diri memencet-mencet tombol remot untuk menyari saluran telivisi yang sekiranya cocok untuk ia tonton saat ini. Jennie yang sudah menyelesaikan kegiatan mencuci piring tadi beranjak menuju meja belajarnya. Untung saja ia tidak melupakan tugas yang harus dikumpulkan besok. Rumah Jennie hening, hanya terisi oleh suara ketikan laptop Jenie dan suara telivisi yang tengah di tonton Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
FanfictionMenjadi kekasih atau pendamping seorang bintang ternama memang suatu hal yang ingin dirasakan oleh seorang fans. Namun dibalik itu semua, nyatanya tak seindah apa yang di bayangkan. Menjadi kekasih seorang bintang ternama mungkin bisa saja mendoron...