Jennie keluar dari mobil putih milik Taehyung. Setelah berdebat kecil, akhirnya Taehyung mampu membawa Jennie pulang. Gadis itu keras kepala ternyata. Taehyung yang berada di kursi kemudi akhirnya ikut keluar, "dimana unitmu?"
"Diatas sana," Jennie menunjuk ke arah atas tangga. Kemudian Jennie membungkuk sopan di hadapan Taehyung dan berterimakasih pada pria itu, "Kamsahamnida, kau mau repot-repot mengantarku."
"Gwaenchana, ayo kuatar kau sampai depan unitmu."
"Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri. Se-sebaiknya kau pulang saja takut jika nanti ada yang melihatmu. Itu sangat berbahaya." Jennie menolaknya, dan berusaha mendorong Taehyung ke arah mobilnya ketika Taehyung mulai berjalan ke arah tangga.
"Siro, lihatlah jalan itu sepi. Kau tidak takut?"
"Ani, aku biasa ke sana kemari dalam keadaan sepi. Cepatlah pulang." Pria di hadapannya keras kepala juga ternyata, Jennie sedikit jengkel dan mencoba menghembuskan nafasnya dengan kasar. Setelahnya, ia langsung saja pergi dari hadapan Taehyung. Selain jengkel, Jennie juga sudah tidak tahan. Jantungnya terus berdetak kencang.
"Ya! Kau pergi saja tanpa berpamitan padaku?" teriak Taehyung.
Jennie yang hendak menaikkan kakinya ke tangga selanjutnya terkejut, "Kamcagiya," gadis itu berteriak. Kakinya tiba-tiba tidak seimbang karena ia terkejut, dan tubuhnya mulai terhuyung ke belakang. Oh tidak, Jennie akan terjatuh.
Jennie mencoba menahan tubuhnya agar tak terhuyung ke belakang. Tapi rasanya ia sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya, ya sudah ia pasrah saja. Gadis itu memejamkan matanya, dalam hitungan detik mungkin tubuhnya akan berguling kebelakang. Tiba-tiba saja mata Jennie terbuka setelah gadis itu merasakan tubuhnya melayang dan sebuah tangan menahan punggungnya.
Ketika ia membuka mata, wajah Taehyung yang tertutup masker sudah berada di depan wajahnya. Gawat, jantung Jennie semakin berpacu cepat dari sebelumnya. Ia harap Taehyung tidak mendengarnya Ya Tuhan. Mata indah Taehyung yang kini tengah menatap manik kucing milik Jennie seakan-akan tak mau berkedip. Begitupun dengan mata milik Jennie.
Tanpa Jennie sadari, Taehyung juga merasakan apa yang gadis itu rasakan. Jantungnya berdebar, Taehyung rasa jantungnya tak pernah berdebar seperti ini ketika dihadapkan oleh seorang fans. Walaupun ia suka berpegangan tangan, atau saling menatap seperti ini tapi rasanya berbeda. Seperti ada sinyal lain. Taehyung tidak ingin melepaskan kontak mata tersebut begitipun dengan Jennie. Mereka masih ingin saling menikmati moment ini. Ketika melihat mata Jennie, Taehyung seperti melihat dunia lain yang seakan-akan membuat Taehyung berdebar. Ia juga tidak paham mengapa dirinya bisa berpikiran seperti itu.
Jennie mengedipkan matanya berulang kali, dan mencoba melepaskan diri dari kukungan tubuh Taehyung. Gadis itu gelagapan sendiri, manik matanya berlarian tak tentu arah. Mulutnya seperti ingin berbicara, namun sampai detik ini tak mengeluarkan sepatah katapun. Taehyung membuka maskernya, ia seperti tidak bisa bernafas. Buktinya, pria itu dengan rakus menghirup udara dengan kasar. Tangannya sedang berkacak pinggang, dan kakinya berjalan mondar mandir tak tau arah, "Jennie, mian jika a-aku tadi mengejutkanmu." Pria itu berkata dengan gugup. Taehyung merutuki dirinya sendiri, kenapa ia seperti ini?
Jennie mengusap lehernya, keadaan tiba-tiba menjadi canggung begitu saja, "A-aah, gwaenchana. Aku memang mudah terkejut."
"Kau harus cepat pulang Taehyung, sampai jumpa. Unitku sudah dekat. Jal-jaljayo." Gadis itu melanjutkan ucapannya dan berpamit untuk pergi. Ia tidak bisa terus-terusan berada di depan pria ini. Pipinya sudah memerah dan ia bisa merasakannya. Semoga saja Taehyung tidak melihat pipinya yang bersemu merah. Itu sangat memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
FanfictionMenjadi kekasih atau pendamping seorang bintang ternama memang suatu hal yang ingin dirasakan oleh seorang fans. Namun dibalik itu semua, nyatanya tak seindah apa yang di bayangkan. Menjadi kekasih seorang bintang ternama mungkin bisa saja mendoron...