Satu bulan terakhir ini aku merasa lebih letih dari biasanya. Mungkin saja hal ini karena jumlah pasien yang datang ke klinikku lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya tahun ini. Zara yang merupakan asistenku di klinik juga sering mengingatkanku untuk tidak terlalu memforsir diri dalam bekerja.
Bukannya aku tidak ingin beristirahat di rumah, hanya saja aku lebih menyukai berada di klinik dan mendengarkan berbagai cerita hidup dari pasien-pasienku. Ada berbagai macam kisah mereka yang membuatku merasa lebih bersyukur dalam hidup. Kisah-kisah mereka kujadikan pelajaran untuk membuat hidupku lebih baik lagi.
Salah satu kejadian unik saat aku menangani pasienku, aku pernah ditampar oleh pasienku yang mengidap gangguan mental bipolar. Saat itu dia datang bersama suaminya. Dia yang normal bersikap baik kepada semua orang. Namun, ketika sifat lainnya itu muncul, dia bisa menjadi seseorang yang sangat pemarah dan posesif terhadap suaminya.Mungkin pasienku itu mengira bahwa aku berusaha merebut suaminya itu dari dirinya.
Aku ingat betul ketika dia menarik-narik kerudungku hingga hampir copot. Untung saja suami dan juga Pak Dito yang merupakan satpam di klinikku segera menahan pasien itu. Jika tidak, aku rasa wajahku pun akan dicakar-cakar olehnya. Aku berhutang biaya operasi plastic pada Pak Dito, he he.
Terkadang ada rasa yang menganggap bahwa diri ini tidak cukup kuat untuk menampung berbagai kisah sedih yang mereka alami. Namun, profesi psikolog seperti sudah mendarah daging dalam diriku. Aku ingin terus mencoba untuk membantu mereka walau bahkan ada pasienku yang tak kunjung sembuh sampai sekarang. Tapi aku sudah berusaha bukan?
Kadang kala penyakit mental itu timbul akibat lingkungan yang mereka tempati. Tekanan dari berbagai pihak juga bisa menyebabkan depresi pada seseorang. Mereka yang tidak tahu cara meluapkan emosi akibat depresi itu akhirnya menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Ada yang berujung di rumah sakit jiwa, ada juga yang berujung pada kematian.
Sebenarnya hidup ini tentang untung-untungan saja. Beruntungnya orang-orang yang terlahir dari keluarga baik yang akan memperhatikan anggota keluarganya saat ada masalah. Begitu juga sebeliknya, menderitanya orang-orang yang bahkan tak ada yang peduli padanya meski dia menjadi sekarat.
Apa orang yang tak beruntung dari lahir akan selalu tak beruntung seumur hidup? Jawabannya tidak. Ketika kamu dewasa, kamu akan lebih pintar dalam memilah-milah mana jalan baik untuk ditempuh, dan mana jalan yang buruk. Jangan biarkan latar belakang hidupmu yang kurang beruntung itu menghancurkan masa depanmu yang cerah.
Aku yang berusia 27 tahun ini mendirikan sebuah klinik psikologi sendiri bukanlah sebuah hal yang mudah. Banyak sekali halangan dan rintangan hingga bisa berada di titik sekarang. Aku juga pernah terpuruk dengan masa laluku yang amat suram. Namun, menurutku se-kelabu apapun masa lalu pasti tidak akan bisa dilupakan oleh seseorang. Kecuali mereka hilang ingatan atau istilah medisnya amnesia.
Walaupun sulit, aku masih mencoba untuk berdamai dengan masa kelabuku itu dan menjadikannya sebagai pembelajaran bagi hidup saat ini dan ke depannya. Dengan begitu, dadaku tak akan terasa lebih sesak dari sebelumnya. Selain itu, traumaku ini membuatku semakin dapat merasakan perasaan yang hampir sama dengan perasaan pasienku bukan?
Sejujurnya aku masih sangat trauma dengan kejadian yang kualami di masa lalu. Aku harus mengonsumsi obat tidur semenjak saat itu karena mata ini tak bisa terpejam sedetik pun. Kejadian-kejadian masa lalu terus saja menghantui dari alam bawah sadarku.
Ini benar-benar luar biasa. Allah mengizinkan seseorang yang memiliki masa kelam dan trauma yang mendalam sepertiku untuk mampu menggapai cita-cita menjadi seorang psikolog. Terkadang, aku masih mengira bahwa segala pencapaianku ini hanyalah mimpi.
***
Saat itu aku masih berumur 18 tahun dan sedang duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Sejak kelas dua SMA, aku sudah mulai kerja paruh waktu untuk mendapatkan uang. Aku besar dari orang tua kaya raya, bahkan kebutuhan sehari-hariku dari kecil tidak pernah kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG KELABU [TAMAT]
Chick-LitGenre: Fiksi Psikologi, Chiklit, Drama. "Hei, kamu! Ulurkan tanganmu! Aku akan mencoba menarikmu dari ruang kelabu itu." Setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya. Ada batas kemampuan yang dimiliki oleh tiap orang dan tentunya tidaklah sama. K...