20. Dia Buta Tentangku

139 25 12
                                    

NB: Lagu di atas bukan untuk mendukung suasana. Hanya ingin membagi playlist yang sering saya dengar saja.

Tekan tombol bintang untuk mendukung penulis ini.

-Selamat Membaca-


Seperti biasa, aku terbangun di subuh hari karena alarm ponsel berbunyi. Hoam, aku meregangkan persendian yang terasa sedikit kaku. Syukurlah sudah tidak terlalu pegal seperti semalam. Kuedarkan pandangan ke seluruh isi kamar. Mataku masih sedikit buram.

Ada yang berbeda dari hari-hari biasanya. Ya, sekarang kasurku sudah ada yang menempati. Lelaki itu masih tertidur pulas di sana. Tenang sekali dia tidurnya.

"Aku akan wudu terlebih dahulu, nanti baru membangunkannya."

Usai sikat gigi, cuci muka, aku berwudu. Aku akan memakai mukena dahulu, lalu membangunkan Mas Awan, mungkin kami bisa salat berjamaah.

"Mas ... Mas Awan, bangun. Ayo kita salah subuh," panggilku dengan suara sedikit naik, namun masih pelan.

Lelaki itu melepaskan penutup matanya dan mengerjap beberapa kali. Haha, wajahmu benar-benar tidak tampan, Mas. Apalagi saat bangun tidur. Untung mancung.

"Jam berapa sekarang, Rin?" tanyanya yang masih setengah sadar sambil mencoba untuk memosisikan diri duduk di ranjang.

"Sudah jam lima subuh, Mas. Ayo kita salat subuh berjamaah. Aku tunggu di sini ya. Mas buruan ambil wudu." Aku beranjak menggelar dua sajadah—untukku dan untuknya.

Tampak hening seketika. Tak ada tindakan selanjutnya yang dia lakukan. Hanya diam membisu sambil menatapku kikuk.

"Mas?"

"Aku tidak tau caranya salat, Rin. Seumur hidup, aku belum pernah melakukan itu," jawabnya sambil menundukkan kepalanya.

Hah? Ya Allah. Aku menikah dengan lelaki yang seperti ini? Bagaimana bisa membimbingku menjadi lebih baik? Dia saja masih tersesat. Kenapa bisa ada orang yang tidak pernah melakukan ibadah? Bahkan orang non-islam pun beribadah ke gereja atau kuil. Apa yang terjadi dengan orang ini.

Namun, seketika aku tersadar. Kondisi orang yang kunikahi ini sangat jauh berbeda denganku, dengan orang-orang pada umumnya. Status yang hanya Islam di KTP. Bahkan, mungkin saja dia juga tidak pernah mengenyam pendidikan formal sejak kecil. Aku tidak pernah menanyakannya selama ini. Baiklah, mungkin ini akan menjadi tugasku, mengajarinya untuk mengenal Tuhan.

Aku mengubah ekspresi terkejutku menjadi senormal mungkin.

"Mas tidak pernah belajar agama? Mungkin melihat orang-orang wudu atau pun salat?" tanyaku memastikan dengan nada se-ramah mungkin. Jangan sampai membuatnya tersinggung.

Namun, dia hanya menatapku sambil menggeleng.

"Tidak apa-apa. Tak ada kata terlambat untuk belajar, bukan? Ayo kuajarkan cara berwudu di kamar mandi." Aku melepas kembali mukena yang baru saja kukenakan, lantas berjalan menuju kamar mandi.

***

Sejak mengetahui betapa awamnya suamiku dalam urusan agama, aku mulai mengajarinya sedikit demi sedikit pengetahuan yang kumiliki. Sesekali aku juga mengajaknya ke pengajian di masjid terdekat.

Banyak peningkatan yang terjadi pada Mas Awan. Sepertinya, dia merupakan tipe orang yang cepat tanggap. Bahkan sekarang, dia sudah bisa berdiri di depanku sebagai imam saat kami salat bersama. Ya, walaupun surat yang dihafalkan baru 'tiga Qul' saja. Tak masalah, belajar itu butuh proses yang tidak singkat.

RUANG KELABU  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang