Sebelas

741 176 208
                                    

Selamat membaca🤗

Selamat membaca🤗••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Galen

Dara, motor kamu masih dipinjem sama adik?
Kalau masih, ayo saya anter

Adara menghembuskan napasnya pelan saat notifikasi pesan dari Galen terlihat pada layar ponsel. Matanya menatap kosong ke arah depan.

Bukannya tidak ingin membalas, ia hanya merasa bingung. Walaupun ia tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang pria tapi Adara jelas tahu bagaimana gerak-gerik pria yang sedang mendekati dirinya. Dan bukannya sok jual mahal, Adara hanya tidak ingin jatuh pada pria yang salah.

Adara belum tahu jika Galen merupakan pria yang tepat atau bukan. Hanya saja ia lebih memilih menutup pintu hatinya bagi siapa pun. Memilih mencegah jatuh pada cinta dari pada sakit akan ia rasakan nanti.

Awalnya ia ingin seperti gadis-gadis lain yang merasakan jatuh cinta pada seorang pria. Bergandengan tangan seraya berjalan santai, mencicipi makanan-makanan di pedagang kaki lima, menonton film di bioskop, berkendara mengelilingi indahnya Kota Bandung dan hal-hal lain yang biasanya dilakukan sepasang kekasih.

Tapi semenjak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, sang ayah terlalu melindungi dirinya. Terlalu takut apabila ada yang menyakiti dirinya. Selalu diantar kemana pun Adara pergi, selalu mengecek ponsel untuk mengetahui apakah ia bertukar pesan dengan seorang laki-laki atau tidak, selalu mewanti-wanti dirinya agar tidak berpacaran dulu.

Jangankan dengan seorang laki-laki, dengan sesama teman perempuan pun sang ayah begitu overprotective. Pernah sekali Adara meminta ijin karena ingin bermain bersama teman sebayanya, sang ayah justru mengeluarkan jurus interogasi. Entah itu siapa nama temannya, rumah temannya dimana dan pertanyaan-pertanyaaan lain yang membuatnya kesal. Terlalu kesal sehingga ia memutuskan untuk tidak terlalu banyak bermain jika itu bukan bersama Wanda.

Ditambah saat itu wajahnya sedang menjadi tambang jerawat membuatnya semakin malas berinteraksi dengan orang lain. Atau mungkin lebih tepatnya terlalu takut berinteraksi dengan dunia luar. Terlalu takut untuk ditanyai 'Eh kok jerawatan sih?' 'Eh kok gendutan sih?' 'Pake skincare dong.' 'Rawat dong mukanya, kasian yang liat jadi jijik.' dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menusuk hatinya tanpa mereka sadari. Pertanyaan yang membuatnya merasa insecure hingga saat ini.

Lagi pula saat bertemu dengan Galen kemarin sore, ia cukup tahu untuk menahan diri. Wanda yang merasakan peluang untuk Adara memiliki kekasih segera mengambil situasi, ia bertanya banyak hal pada Galen. Dan satu fakta tentang pria itu membuat Adara sadar diri untuk tidak pernah memulai hubungan romansa dengannya. Gadis biasa sepertinya tidak pantas bersanding dengan pria pemilik studio foto. Terlalu berbeda hingga pasti akan menemui beberapa batu sandungan jika bersama. Entah itu restu orang tua ataupun ekspektasi tinggi dari pihak keluarganya.

Nyonya InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang