Pernahkah kalian merasa insecure dengan dirimu sendiri? Merasa tidak pantas bagi siapa pun?
•
•"Dara, ini udah nyampe."
Galen memutuskan untuk berbicara dengan pelan saat melihat Adara masih bergeming dengan pandangan kosong sejak beberapa menit yang lalu. Ia membiarkan Adara bergelut dengan pikirannya sendiri sepanjang perjalanan. Karena itu hanya keheningan lah yang terjadi di dalam mobil dengan Galen yang sesekali melirik pada gadis di sampingnya.
Adara mengerjapkan matanya pelan lalu melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa mereka telah tiba di depan gang rumahnya. Ia merutuki dirinya karena mengabaikan Galen dan malah sibuk dengan pikirannya sendiri mengenai Leon. Meringis pelan lalu berucap, "Maaf ya, Pak. Tadi ngelamun."
Galen mengangguk maklum. Mungkin saja Adara memang sedang mengalami masalah. "By the Way, bukannya kita udah sepakat buat ngomong santai?" tanya Galen saat mendengar Adara yang masih memanggilnya dengan 'Pak' meski beberapa saat lalu sepakat untuk bebicara santai karena sudah menjadi teman.
"Ah, iya. Maaf," ringis Adara seraya menggaruk pipinya yang tidak gatal. Ia menunduk seraya memainkan kancing yang ada di tas selempangnya.
Melihat itu, senyuman kecil Galen muncul. Mulai mengerti kebiasaan-kebiasaan kecil gadis itu selain seringnya ia menunduk. Ia membuka seatbelt lalu menggerakan dagunya pada seatbelt di jok Adara. "Seatbelt-nya ga dibuka? Mau aku bukain?"
Adara gelagapan. "G-ga perlu!" Dengan sedikit salah tingkah, ia menekan tombol pada seatbelt. "Makasih ya. Udah nganterin," ucapnya seraya tersenyum kecil.
"Tunggu dulu!" Galen mencekal pergelangan Adara saat gadis itu akan membuka pintu mobil. "Aku anterin ya, udah mulai sepi soalnya." Tangan Galen yang lain menunjuk ke sekeliling yang memang terlihat lebih sepi karena jam sudah hampir menunjukan pukul sembilan malam. Hanya tersisa beberapa pria paruh baya yang tengah bermain catur di samping warung kecil dan satu-dua orang yang berlalu-lalang.
"Tap-"
Mengibaskan satu tangannya saat melihat akan ada penolakan yang Adara layangkan. Galen lalu berucap, "Udah, ayo aku anterin. Ga ada tetangga yang ngegosip kayak kemarin kok!"
Adara mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan memastikan perkataan Galen. Kemudian ia memutuskan mengangguk dan menerima tawaran itu.
Akhirnya mereka berdua keluar dati mobil dan memasuki gang menuju rumah Adara. Berjalan bersisian dengan pelan dan kembali ditemani oleh keheningan. Galen tidak masalah. Entah itu keadaan hening atau pun heboh. Selama bersama Adara, ia akan menikmatinya.
TIIN!
Suara klakson dan deru motor mengejutkan keduanya. Jantung Adara berdetak kencang sementara Galen bahkan hendak mengeluarkan sumpah serapahnya. Namun, urung karena pengendara motor itu berhenti di hadapan mereka seraya membuka kaca helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyonya Insecure
RomantizmAini Adara Bukanlah seorang gadis dengan kacamata bulat tebal bertengger di pangkal hidung yang hobinya mendekam di lautan buku. Bukan pula seorang gadis nakal yang selalu tertarik pada tantangan. Apalagi seorang gadis dengan karir cemerlang yang se...