Tiga Belas

814 138 325
                                    

Mengapa jika kita sedang salah tingkah, sering kali tidak dapat mengotrol sikap sehingga terjadi hal yang memalukan?

Mengapa jika kita sedang salah tingkah, sering kali tidak dapat mengotrol sikap sehingga terjadi hal yang memalukan?••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting

Dentingan lonceng terdengar saat Adara membuka pintu kaca sebuah cafe. Kedatangannya Selasa sore ini membuat seorang pria tersenyum tipis dengan mata yang semula sayu karena lelah menjadi segar kembali. 

"Dar, sini." Julian meletakkan cangkir-cangkir yang tadi ia keringkan dengan lap pada rak-rak di bagian dalam cafe lalu berdiri di balik meja bar seraya menatap Adara yang masih berdiri di dekat pintu masuk dengan senyuman kaku.

Mendengar panggilan dari Julian, Adara melangkah pelan menuju meja bar. Mata gadis itu mengedar ke sekeliling ruangan yang sedikit berbeda dari terakhir kali ia mengunjungi Cafe Janji Manis ini. Dinding yang semula berwarna cokelat susu berubah menjadi putih gading dan furnitur-furniturnya pun terlihat baru. Sepertinya pemilik cafe ini memutuskan untuk membuat suasana yang lebih segar, terbukti dengan kedatangan pelanggan yang cukup ramai dibanding sebelumnya.

Adara tersenyum canggung saat menatap Julian. Ia menyerahkan tas jinjing besar yang sedari tadi ada di tangannya. Keduanya hanya dibatasi meja bar yang cukup tinggi.

Beberapa hari yang lalu, Julian memberi pesan melalui Direct Message di aplikasi instagram. Pria bule itu mengatakan akan memesan dua buah lukisan simple bernuansa vintage untuk menghias cafe dan meminta Adara yang mengantarkan langsung padanya. 

Cr: rumahposter (shopee); boredpanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr: rumahposter (shopee); boredpanda

Setelah melepaskan bubble wrap, Julian tersenyum puas saat melihat hasil lukisan yang dibuat Adara. Ia mengangkat lukisan itu lalu mengarahkannya pada dinding polos di bagian samping. Mengangguk pelan lalu menyimpan kembali lukisan itu pada tas jinjing. "Makasih ya," ucap Julian seraya menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah pada Adara disusul dengan senyuman manis yang timbul di wajahnya.

Adara mengangguk. "Sama-sama," balasnya seraya mengambil uang itu dari tangan Julian. Ia menunjuk pintu lalu tersenyum canggung. "Kalau gitu, aku pulang dulu."

Nyonya InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang