Tiga

1.2K 358 116
                                    

Hallo! kembali lagi dengan kembaran Lisa xixixi

Dandan cantik di depan kaca

Selamat membaca 😁


Selama tiga puluh satu tahun hidupnya, Galen selalu diingatkan oleh sang ayah untuk selalu berani melakukan atau memutuskan sesuatu selama itu adalah hal yang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama tiga puluh satu tahun hidupnya, Galen selalu diingatkan oleh sang ayah untuk selalu berani melakukan atau memutuskan sesuatu selama itu adalah hal yang baik. Termasuk ketika ia mengatakan bahwa passion-nya berada di bidang fotografi. Kedua orang tuanya begitu mendukung, mereka memfasilitasi Galen untuk menempuh pendidikan Fotografi dan Film di Universitas Pasundan. Memulainya dengan mengikuti lomba-lomba fotografi yang diadakan baik di dalam maupun luar negeri seperti Prancis, hingga kini ia memiliki studi foto yang sudah memiliki beberapa cabang di Jawa Barat.

Sebagai seorang fotografer, Galen tentu sudah menemui banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda. Ia masih bisa mengatasinya. Namun kali ini, pria itu dibuat bingung oleh gadis di depannya. Entah perasaannya saja atau memang gadis itu memiliki hobi menunduk. 

Ah, atau mungkin gadis itu sedang malu karena kejadian empat hari lalu di rumah kedua orang tuanya? Sungguh kejadian itu terus berulang di kepalanya hingga terkadang ia tiba-tiba tertawa sendiri. Ayolah! Siapa pun tidak bisa melupakan wajah konyol gadis itu ketika tahu bahwa ranting pohon kecil itulah yang telah mencopet tasnya. 

Siapa sangka ia akan bertemu kembali dengan gadis yang telah membuatnya tertawa lebar hingga perutnya terasa sakit saat itu. Kebetulan yang unik bukan?

Tadi pagi, Galen sengaja datang mengunjungi rumah kakaknya untuk menjalankan peran sebagai paman yang baik selagi masa istirahat dari peliknya pekerjaan. Ketika ia mengajak Cakra dan Callista untuk berjalan-jalan, untuk pertama kalinya Cakra menolak, keponakannya itu bilang akan ada guru untuk mengajarinya melukis. Tapi ia tidak menyangka bahwa gadis itulah yang akan mengajari Cakra.

Tangannya gatal sekali ingin mengangkat dagu gadis di depannya agar tidak lagi menunduk dan ia bisa melihat kembali netra coklat namun cenderung kehitaman miliknya.  Tapi tentu, Galen masih waras untuk tidak melakukan hal itu. "Saya Galen. Ganendra Galen. Kamu?"

Gadis itu kembali menatapnya, senyumannya terlihat kaku lalu membalas uluran tangan Galen. "Aini Adara. Panggil aja Dara."

Seperti yang sudah diduga, Dara kembali menunduk. Entah apa yang selalu membuatnya seperti itu. Galen ragu jika gadis itu hanya sedang malu-malu. Tidak ada lirikan malu tapi mau yang sering dilihatnya pada beberapa gadis. Tatapan Dara cenderung seperti tatapan tidak nyaman dan sedikit ketakutan. Tapi apa yang membuatnya seperti itu? Galen merasa tampangnya tidaklah seram, bahkan cenderung tampan 'kan? Bukan tampang preman dengan tutup botol sebagai anting dan tato di sekujur tubuhnya.

"Ya udah, lanjutin belajarnya." Perkataan Galen memang ditujukan pada Cakra, tapi matanya masih menatap Dara. Ia tersenyum tipis saat gadis manis itu menjawabnya dengan senyuman kikuk. Matanya lalu beralih pada Cakra yang sedari tadi diam menatap keduanya dengan mulut yang tidak berhenti memakan es krim. Mengusap rambut keponakannya pelan kemudian berlalu ke dalam.

Nyonya InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang