Meet Zero child 3

103 7 7
                                    

Zero sudah terduduk dibawah pohon rindang didepan hamparan bunga kristal. menekuk kedua kaki lalu memeluknya dan menangis tersedu-sedu diantara kedua kaki nya itu membentuk gestur seperti sebuah kepompong yang sangat rapuh dan dapat hancur dengan mudah jika disentuh sekali saja.

Tera berlutut dibelakang Zero layak nya ksatria, menepuk bahu pemilik tubuh mungil yang bergetar karena ketakutan."Zero."

Zero mengenali suara yang memanggilnya serta tangan tegas namun lembut menepuk dibahu langsung menoleh kebelakang. Mendapati Ultra yang telah bersama, melatih serta melindungi nya beberapa hari belakangan ini.

"Tera!"tanpa basa-basi Zero langsung memeluk Tera erat menangis sejadi-jadinya di curuk leher Ultra itu.

"Maafkan aku Tera maafkan aku."sambil terus menangis dipelukan Tera ia mengucapkan permintaan maaf berkali-kali walaupun terdengar kurang jelas karena diiringi oleh Isak tangis yang keluar.

Tera mengelus punggung rapuh Zero yang bergetar dalam pelukan nya. Membiarkan ia mengeluarkan semua kesedihan dan ketakutan yang selama ini ia pendam jauh di lubuk hati nya yang rapuh.

Setelah beberapa saat akhirnya Zero tenang ia duduk disamping Tera. Menatap hamparan bunga kristal dihadapan mereka walaupun ia masih sesekali mengeluarkan air mata tapi sekarang ia jauh lebih baik dibandingkan tadi.

Mereka hanya diam menikmati angin yang berhembus serta kelap-kelip bunga kristal akibat cahaya plasma spark yang memantul dari kelopak bunga tersebut. Dedaunan menyanyikan melodi alam lewat bahasa mereka membuat suasana menjadi damai.

"Tera apa aku aneh dan tidak pantas untuk hidup."pertanyaan Zero yang memecah keheningan membuat Tera langsung menatap Ultra cilik disampingnya terkejut sekaligus kesal. Ia langsung mencengkram kedua bahu Zero walaupun tak terlalu kuat tapi cukup untuk membuat Ultra kecil itu menatap manik kuning cerah miliknya.

"Kau bukan aneh kau itu unik dan istimewa."Tera menatap Zero langsung ke matanya yang kembali berkaca-kaca siap menumpahkan kembali segala rasa sakit berbentuk air mata."jangan pernah berfikir seperti itu lagi oke."

Sekali lagi Zero menumpahkan kesedihannya, kembali memeluk Tera erat dan menangis di dalam dekapan hangat Ultra yang selama ini menemani nya itu. Sungguh ia bersyukur bertemu Tera Ultra yang dengan sukarela menemani dirinya yang selalu sendirian ini.

- - - - - - - - - - - -

Kriiet

Suara derit engsel pintu memecah keheningan siang dipinggiran kota, sinar cahaya plasma spark menembus masuk dari celah-celah jendela yang sudah mulai keropos memperjelas betapa tidak layak nya tempat ini.

Hal pertama yang terlihat saat masuk adalah ruang tengah yang benar-benar kosong penuh dengan debu, retakan ditembok mempertegas betapa lama dan tidak terawat nya bangunan yang menjadi tempat berteduh sosok ultra bernama Zero.

Tetesan air yang jatuh dari langit-langit ruangan itu membasahi lantai putih yang sekarang sudah berubah menjadi kecoklatan bahkan lumut serta retakan terlihat dari celah lantai tersebut.

Semakin masuk kedalam, ruang tengah yang hanya diisi satu kardus serta meja lipat yang disandarkan pada tembok. Bahkan ditembok ruang tengah terdapat lumut disana. Kamar mandi yang kotor dengan lumut di setiap sudut menambah daftar list seberapa tidak layaknya tempat ini.

Miris satu kata yang cocok menggambarkan keadaan tempat ini. Menatap datar ruangan yang sedari tadi ia masuki dan jelajahi detik itu juga pembicaraan nya dengan Zero kembali berputar di benak nya.

"Kau tinggal dimana Zero?"tanya Tera menatap Zero yang duduk di dahan pohon.

"Aku tinggal di rumah tak terpakai dipinggiran kota."jawab Zero sambil menunjuk arah rumah tempat tinggal nya sekarang.

"Bukan kah kau tinggal di panti asuhan?"setahunya Zero itu tinggal disebuah panti walaupun ia tidak tahu nama panti itu.

"Ah aku kabur dari panti karena..."wajah Zero berubah menjadi sendu dengan sedikit ketakutan disana."aku lebih suka tinggal sendiri hehehe."Zero terkikik penuh kebohongan.

Dan pembicaraan nya dengan Zero itu yang membuat Tera mencari tahu lokasi rumah serta panti asuhan Zero dulu, sungguh miris ketika ia mengetahui fakta tempat tinggal ultra cilik itu sangat tidak layak.

"Saya sudah melaksanakan tugas yang anda berikan tuan."seorang iblis muncul dari bayang-bayang dan berlutut disampingnya."rumah ini serta bangunan disekitarnya akan digusur beberapa Minggu lagi untuk dijadikan pabrik oleh perusahaan Ultrans."

"Bagaimana dengan panti asuhan nya?"Tera bertanya sambil menatap pemandangan lewat celah jendelanya, yang di tutupi papan dengan paku berkarat dan sudah mulai terlepas dari tempatnya.

"Setelah diselidiki penjaga panti adalah mantan narapidana yang suka menyiksa anak-anak termasuk Zero, para pengurus panti tidak mengetahui hal tersebut karena penjaga panti melakukan hal tersebut secara diam-diam."setelah mendengar penjelasan tersebut Tera berjalan keluar bangunan diikuti iblis yang merupakan salah satu servant nya itu.

Diluar Tera menatap bangunan itu sekali lagi datar sangat datar namun sang servant tahu bahwa tuan nya itu sedang menahan amarah.

"Kau urus penjaga panti tersebut buat ia masuk penjara kau boleh bermain sebentar dengan nya, aku yang akan mengurus perusahaan itu."Tera berjalan pergi menuju perusahaan Ultrans dengan tangan terkepal dan tatapan tajam.

Sedangkan Servant nya itu sedikit membungkuk layak nya pelayan dengan senyum diwajah yang merupakan tanda awal penghakiman."Yes my lord."

Bersambung

storia breveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang