"Empat" | A Girl in Anxiety

19 6 0
                                    

"Saya nggak akan tinggal diam, kalo kamu nggak mau ikutin perintah papa!"

"Bisa-bisanya lo ngomong, ini perintah papa. Ini pasti datang dari akal busuk lo kan, gue tau."

"Turunin gue sekarang, atau gue pecah kaca mobilnya!" Teriak Disty seraya menggoyang-goyangkan tangan kiri Aldo.

"Nggak akan! Tangan kamu bisa minggir dulu nggak, saya lagi nyetir."

"Siapa suruh lo ngelanjutin nyetir, gue nyuruh lo turunin gue!" Seru Disty seraya bersidekap kesal.

Alih-alih mendengarkan Disty yang menyuruhnya untuk berhenti, Aldo malah semakin mengencangkan laju kemudinya.

Beberapa menit setelah itu, mereka pun sampai tepat dihalaman rumah. Sejak kejadian tadi Disty hanya diam dengan wajah kesalnya. Ia pun langsung membuka pintu mobil dan membantingnya.

"Disty." Panggil Aldo yang juga langsung membuka pintu mobil.

Langkah Disty terhenti dan mau tak mau ia berbalik badan.

"Ini, hp kamu." Ujar Aldo seraya mengulurkan ponsel Disty. Detik itu juga Disty langsung merebut seraya melenggang pergi dengan meninggalkan tatapan sinisnya pada Aldo.

"Halo, Juno?"

Disty kembali menelepon Juno sesaat setelah ia sampai di kamarnya.

"Halo."

"Sorry ya gue bikin lo ikut panik, sekarang gue udah di rumah."

"Syukur deh kalo lo baik-baik aja. Iya nggak papa kok, gue yang harusnya minta maaf karena nggak berhasil ngikutin mobil lo tadi."

"Em.. by the way, thanks ya."

"Sama-sama, kalo ada apa-apa lagi langsung telpon gue aja."

Juno diam sejenak sebelum melanjutkan berbicara, "oh iya, kalo boleh tau, tadi lo kenapa ya?"

Belum sempat menjawab pertanyaan Juno, tiba-tiba Aldo membuka pintu kamar Disty tanpa aba-aba.

"Nanti gue telpon lagi, bye!" Disty segera memutus sambungan telponnya dengan Juno dan menyembunyikan ponsel dibalik tubuhnya, takut ponselnya akan dirampas lagi oleh pria yang sedang berjalan dihadapannya saat ini.

"Apa lagi?" Tanya Disty dengan nada tinggi dan tatapan mengintimidasi.

"Pensil tablet kamu jatuh tadi di mobil." Jawab Aldo dengan membalas tatapan yang sama.

"Ya udah sih, taroh situ aja kali." Ujar Disty seraya menunjuk meja belajarnya.

Menurut Disty, kenapa musti datang dan masuk ke kamarnya secara tiba-tiba, kenapa tidak memberikan pensil tablet itu besok saja ketika mereka berangkat ke kampus. Karena Disty sudah cukup muak melihat wajah Aldo yang harus membuatnya ingat kembali akan sikap-sikap aneh Aldo setiap harinya.

"Dan! Besok papa ada meeting jam sepuluh, jadi kamu saya antar dulu jam sembilan." Lanjut Aldo sebelum berjalan keluar kamar.

Sedangkan jadwal kuliah Disty untuk besok masih pukul 10 siang. Yang mana pasti kelasnya masih dipakai kuliah dari kelas lain. Dan ia tak terbiasa datang lebih awal ke kampus.

"Hah??? Lo gila, ya? Ngapain gue jam segitu ke kampus?!" Disty bergeming sejenak, lalu tiba-tiba muncul ide yang menurutnya sangat cemerlang.

"Ah! Gini aja, lo nggak usah nganterin gue deh besok. Gue berangkat sendiri aja."

"Nggak bisa, gitu! Ini perintah papa." Aldo segera mengelak usul Disty dengan beralasan demikian.

"Iiisss... orang tua dibilangin susah, ya?! Gue. Berangkat. Sendiri. Masih kurang jelas?"

A Girl in Anxiety [it was Disty-Juno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang