"Satu" | A Girl in Anxiety

61 6 0
                                    

"Pada buku ABC of Architecture tahun 1998, James F. O'Gorman mengatakan bahwa arsitektur bermula ketika suatu institusi atau seseorang mempunyai permasalahan yang hanya bisa diselesaikan dengan adanya sebuah bangunan. Orang atau institusi tersebut kemudian mengekspresikan permasalahannya dalam bentuk "progam ruang". Arsitek kemudian menginterpretasikan "program bangunan" ini ke dalam gambar rancangan, yang kemudian diinterpretasikan oleh para pembangun menjadi sebuah bangunan. Hasil bangunan ini lah yang dinilai sebagai arsitektur." Jelas Pak Edward, selaku dosen Teori Perancang Arsitektur siang ini.

Beberapa mahasiswa pun mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda sudah mengerti dengan penjelasan Pak Edward. Begitu juga dengan Disty, seraya mencatat beberapa poin penting pada tablet putih yang selalu ia bawa setiap kuliah.

"Pak," panggil seseorang yang selalu duduk di bangku belakang, sambil mengangkat tangan kanannya. Yang juga seketika seisi kelas beralih menatapnya, termasuk Disty. Ketika melihat siapa penanya tersebut, Disty pun mengernyitkan kening, penasaran dengan pertanyaan lainnya seperti apa yang akan seseorang tersebut lontarkan. Pak Edward pun antusias menunggu pertanyaan seorang mahasiswa tersebut.

"Lalu, arsitektur yang baik itu sebenarnya bagaimana, atau yang seperti apa?"

Mendengar tegas pertanyaan yang terlontar dari mahasiswa tersebut, membuat Pak Edward mengangguk-angguk kecil seraya tersenyum bangga sambil menyipitkan kedua matanya yang menatap lurus ke arah mahasiswa itu.

"Heum... Pertanyaan yang sangat menarik. Ini merupakan pertanyaan yang terkesan sederhana, namun sebenarnya sulit untuk dijawab. Masing-masing orang mempunyai standar mengenai apa itu arsitektur yang "baik". Seringkali standar "baik" ini pun bercampur aduk dengan selera masing-masing orang. Di berbagai media, tidak jarang ditampilkan berbagai gambar bangunan cantik baik internasional maupun lokal, masing-masing mencerminkan manifestonya sendiri. Diantara semua ini, apakah mungkin ada suatu standar "baik" yang dapat disetujui semua orang, terlepas selera mereka masing-masing? Seperti demikian, bukan?" jawab Pak Edward yang disusul kalimat tanya seperti biasa, untuk meyakinkan mahasiswanya.

"Apa saja sih pak, syarat buat jadi seorang arsitek?" pertanyaan mahasiswa tadi masih berlanjut.

"Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, banyak akademisi dan praktisi arsitektur merujuk—" penuturan Pak Edward secara tiba-tiba dipotong oleh seorang mahasiswi, yang langsung berdiri seraya mengangkat tangan kanannya.

"Pada Vitruvius dan bukunya 10 Books on Architecture. Vitruvius sendiri terkenal karena gambar "Vitruvian Man"nya. 10 Books on Architecture merupakan salah satu buku Arsitektur paling tua, ditulis sekitar 20-30 BC. Dan, fakta bahwa buku ini masih dibaca sekarang mencerminkan nilai-nilai universal di dalamnya yang melampaui batas waktu dan kultur. Vitruvius berpendapat bahwa arsitektur yang baik harus memenuhi 3 syarat, yaitu Firmitas atau Soliditas, Utilitas atau Fungsi dan Venustas atau Keindahan. Nah, untuk mengetahui penjelasan serta kelanjutan dari masing-masing syarat yang barusan saya sebutkan, kalian bisa baca beberapa buku tentang Vitruvius." ujarnya dengan penuh percaya diri, sambil sesekali memutar pandangannya ke seluruh penjuru kelas.

"Nah, itu kamu tahu, Disty?"

Disty termasuk salah satu mahasiswi dari sedikit mahasiswa, yang cukup dikenal oleh beberapa dosen di jurusannya karena sikapnya yang bisa dibilang jenius. Ia lebih sering memaparkan penjelasan suatu teori ketimbang bertanya. Dan hal tersebutlah yang membuat beberapa dosen bangga, bahkan ia sempat memenangkan lomba debat sains waktu SMA tahun pertama.

"Iya Pak, saya baru saja selesai baca buku sesuai dengan yang bapak rekomendasikan minggu lalu."

"So, apa kesimpulan yang bisa kamu ambil dari buku tersebut, Disty?"

A Girl in Anxiety [it was Disty-Juno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang