"Tujuh" | A Girl in Anxiety

20 3 0
                                    

⚠️Playlist for this chapter⚠️
• Black by GD ft Jennie
• Confident by JB

***

Masih memakai piyama tidur, pukul 7 pagi ini Disty sudah berdiri diambang pintu gerbang rumahnya. Wajah tanpa ekspresi saat ini, sedang berhadapan dengan Gavin. Gavin menuruni motor besarnya dan melepas helm fullface yang ia gantung dispion motor. Dengan ekspresi penuh rasa bersalahnya, ia berdiri sambil memegang erat kedua tangan Disty.

Ini adalah hari Senin, yang tentu saja Jerry pasti sudah berangkat sejak setengah jam lalu ke perusahaannya. Maka dari itu Gavin pun berani mendatangi rumah Disty sekarang juga, dengan niatan ingin sekalian menjemputnya untuk berangkat ke sekolah. Gavin juga sudah memakai seragam SMA-nya, dibalut dengan jaket lether yang sehari-hari ia pakai.

"Kamu sakit?" Tanya Gavin setelah melihat wajah pucat Disty.

"Menurut kamu?"

"Udah sarapan? Udah minum obat? Masuk dulu, aku–"

"Nggak!" Detik itu juga Disty menahan tubuh Gavin sekuat tenaga, yang sudah ingin beranjak masuk ke dalam halaman rumah.

"Hah? Kenapa, sayang?" Tanya Gavin lembut seraya mengelus pipi kanan Disty.

"Sorry, aku nggak sekolah dulu hari ini."

"Iya, sayang nggak papa aku ngerti kok."

"Ck! Nggak usah sayang-sayang lagi, bisa nggak?!"

"Kenapa, kita kan–"

"Kita putus!"

Setelah berucap demikian, Disty mengibas paksa kedua tangannya yang masih berada dalam genggaman Gavin. Lalu, ia berjalan menuju rumah dengan acuh tak peduli Gavin sedang teriak memanggil namanya.

"Hah? Nggak mungkin! Kamu becanda kan?!!" Gavin pun terkejut dan berniat ingin menyusul langkah Disty masuk.

Namun langkah itu ditahan oleh Aldo yang sebenarnya sedari tadi juga berdiri disamping Disty, namun memang sengaja tak menampakkan diri didepan Gavin.

"Udah-udah nggak usah maksa! Dia bilang putus ya putus, masih belum jelas juga?"

Kali ini karena Aldo tidak mengantar ataupun menjemput Disty ke sekolah karena sakit, tentu saja ia tidak mengenakan kostum hitam-hitamnya. Jika di rumah saja Aldo hanya mengenakan setelan santai seperti t-shirt polos dengan celana kargo tiga perempat.

"Argghh!!! Biarin gue masuk dulu, bangs*t!"

"Lo yang bangs*t!"

Aldo langsung menutup dan mengunci pintu gerbang rumah setelah teriak demikian. Tapi diluar gerbang, Gavin masih mengetok-ngetok pintu gerbang yang terbuat dari kayu jati itu dengan keras.

Sedangkan diatas, Disty melihat dari jendela kamarnya jika Gavin masih berada disana dengan ekspresi kesal seraya menepis air matanya kasar. Saat Gavin mendongak ke atas dan menyadari Disty masih melihatnya.

"Gue sayang banget sama lo, Dis!" Teriak Gavin penuh amarah menggebu-gebu, dengan suara yang sudah hampir habis.

Setelah melihat hal tersebut, Disty langsung menutup tirai dan memundurkan langkahnya. Sambil menahan tangis, ia duduk dilantai bersandar ranjang tidurnya.

Tiba-tiba ponsel Disty bergetar, dan terpampang jelas nama Gavin disana sedang memanggil. Dengan perasaan takut-takut, Disty menerima panggilan itu.

"Aku tau kamu masih sayang sama aku, kan? Kamu bener-bener nggak mau berubah pikiran? Kasih aku waktu untuk jelasin semuanya yang kamu mau tau."

A Girl in Anxiety [it was Disty-Juno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang