"Tiga" | A Girl in Anxiety

28 5 0
                                    

Jadwal kuliah Disty hari ini ialah pukul delapan pagi. Namun, ia bergegas untuk bersiap diri baru pukul tujuh. Karena sejak kejadian semalam ia menjadi susah tidur dan beberapa kali mengeluarkan air mata-lalu ia usap-mengeluarkan air mata-usap lagi, begitu terus hingga tak sadar sudah pukul 4 dini hari, membuatnya terlambat bangun dan panik saat matahari sudah sangat menyeruak ke dalam kamarnya.

Saat turun kebawah, suasana rumah sudah hening, karena Jerry sudah berangkat sejak setengah tujuh pagi untuk mengantarkan Ara ke sekolah. Hanya terdengar suara seseorang sedang menyapu halaman depan rumah menggunakan sapu lidi. Sembari turun dari tangga, Disty hanya menoleh ke arah meja makan yang sudah disiapkan sarapan untuknya. Namun ia enggan mampir, malah langsung bergegas keluar rumah.

Aldo sudah duduk di jok sopir dari setengah jam lalu, sambil melamun melihat jalanan lenggang sekitarnya. Melihat Disty sedang celingukan mencari mobil ke arah garasi, Aldo pun mengklakson mobilnya yang sudah diparkir depan gerbang rumahnya.

-Brakk-

Setelah Disty menutup pintu mobil cukup kencang, tanpa basa basi Aldo pun langsung mengegas mobilnya ke jalan raya.

***

Sedangkan suasana di kelas pagi ini sudah sangat ribut dengan beberapa anak yang mulai berdatangan. Begitu juga dengan Juno yang sudah duduk melamun dibangku belakang. Ia terus melihat kursi Disty saat ia datang dari setengah jam yang lalu sampai sekarang, namun tak kunjung hadir juga. Juno melirik ke bangku Alice yang bersebelahan dengan Disty.

"Alice!" Panggil Juno, membuat Alice yang tengah asik memainkan ponsel menoleh seraya menaikkan kedua alisnya sebagai tanda tanya.

"Disty, kemana?"

"Nggak tau." Jawab Alice sambil mengangkat kedua bahunya.

"Telpon!" Seru bibir Juno tanpa suara seraya tangan kanannya membentuk seperti telepon genggam yang ia dekatkan ke telinga kanannya juga.

Alice pun mengangguk setuju dan langsung memainkan ponselnya untuk menelepon Disty.

***

Tercipta suasana hening didalam mobil. Disty juga hanya diam menatap kosong jalanan depan. Namun baru setengah jalan tiba-tiba mobil berhenti secara mendadak dipinggir jalan raya. Membuat tubuh Disty terdorong kedepan dan hampir menatap dashboard karena tidak menggunakan seatbelt. Seketika kedua mata Disty membelalak dan menatap tajam ke arah Aldo.

"Lo udah gila, ya! Lagian kenapa berhenti, sih? Ini udah hampir jam 8, gue bisa telat tau nggak gara-gara lo!" Seru Disty dengan raut wajah yang sudah sangat kesal.

Aldo tidak langsung menjawab pertanyaan Disty, melainkan merubah posisi duduk menghadap Disty sambil melepas seatbelt-nya.

"Mau ngapain lo? Mau nampar lagi, iya? Biar kaya papa? Belum puas semalem?"

"Kamu masih marah?" Tanya Aldo dengan nada pelan dan tatapan mengintimidasi.

"Hah? Apaan sih, pertanyaan nggak penting. Buruan jalan!"

Aldo hanya diam sambil menganggkat dan mendekatkan tubuhnya ke arah Disty. Disty yang masih bingung dengan tingkah Aldo saat ini hanya mengernyit tak mengerti.

"E-eh.. mau ngapain lo, gue teriak nih!"

Tiba-tiba tubuh Aldo melewati tubuh Disty dengan jarak yang sangat dekat hingga Disty mampu menghirup aroma maskulin parfum yang dikenakan Aldo dilehernya. Tubuh Disty membeku untuk beberapa saat dengan mata dan bibir terbuka. Aldo masih diam seraya menarik seatbelt yang berada disamping jok Disty. Ketika Adlo mulai mundur perlahan, Disty mulai tersadar dari lamunannya.

A Girl in Anxiety [it was Disty-Juno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang