"Dua" | A Girl in Anxiety

42 6 0
                                    

Juno sedang duduk di balkon apartemennya yang berada di lantai 10, dimana itu adalah lantai yang terletak di tengah-tengah gedung. Sambil melamun, ia meneguk minuman kaleng bersoda yang diambil dari lemari es-nya hingga habis setengah, karena matahari yang cukup terik siang ini membuatnya kehausan.

Bayangan Juno kembali pada kejadian saat ia mengajukan pertanyaan kepada dosen arsitektur-nya. Ia sudah menduga pasti, kalau Disty akan menoleh ke arahnya saat itu. Dengan tatapan mengernyit heran Disty, yang dibalas tatapan dan juga senyum simpul oleh Juno.

Selama ini memang Juno memperhatikan semua aktivitas Disty ketika di kelas. Dan tak jarang juga mereka berdua saling berinteraksi, meskipun sepertinya Disty juga kurang menerima dia dalam kehidupannya. Karena memang mereka berdua hanya sebatas teman kuliah satu jurusan yang kebetulan satu kelas.

Juno pun masih bertanya-tanya, mengapa setiap kali ada seseorang yang ingin datang ke rumah Disty selalu ditolak. Namun juga tak satu pun yang menyadari hal sekecil itu, kecuali Juno. Bahkan ia tak memiliki kesempatan untuk sekedar bertanya, sejak ia melihat kejadian seperti waktu pulang kuliah tadi. Mengapa Disty terlihat ketakutan memasuki mobil yang menjemputnya, yang katanya itu adalah ayahnya sendiri. Hal tersebut lebih membuatnya penasaran.

***

Dengan raut wajah cemberut, Disty membanting pintu mobilnya dan bergegas memasuki rumah. Membuat seorang pria yang memiliki usia 27 tahun tersebut juga ikut bergegas keluar dari mobil dan menahan pergelangan tangan Disty. Segera Disty menolak cepat sentuhan tangan pria tersebut.

"Disty!" seru pria yang menggunakan pakaian hitam-hitam tersebut.

"Gak usah pegang-pegang gue! Udah berapa kali gue ingetin, hah?! Lo itu cuma suruhan papa, nggak berhak ngatur-ngatur hidup gue juga, paham?!" ujar Disty penuh dengan emosi.

"Yang sopan! Saya lebih tua jauh dari kamu, ingat!"

"Iya gue tau! Orang lo aja gak punya sopan sama gue, gimana gue mau sopan sama lo, ngaca dong!?"

"Saya cuma nggak mau kamu kena marah papa lagi–"

"Itu papa gue!" Sahut Disty karena begah mendengar pria itu memanggil Jerry dengan sebutan 'papa'.

"Dan inget, lo gak usah sok peduli sama gue! Gue tau lo kaya gini karena dibayar sama papa, jadi mending lo diem aja, ngerti!"

Pria tersebut menggertak dengan mengepalkan kedua tanggannya, memperlihatkan ekspresi marahnya yang ia tahan sejak tadi.

"Apa? Mau nampar? Iya? Mau gantiin papa gue?" ancam Disty yang wajahnya pun ikut merah padam.

Bersamaan dengan ucapan Disty barusan, sebuah mobil MPV berwarna silver memunculkan kepalanya didepan gerbang rumah. Mobil tersebut pun memasuki pekarangan rumah yang cukup luas dan dipenuhi dengan taman yang indah, membut rumah ini memiliki kesan mewah setiap sudutnya. Dari dalam mobil itu juga ada dua orang, ayah dan anak sedang melihat sedikit kejadian antara Disty dengan seorang pria berkostum hitam-hitam tersebut.

"Tuh, bokap lo!" seru Disty saat melirik mobil ayahnya baru saja tiba. Tanpa berucap lagi, ia pun langsung melenggang pergi. Pria tersebut kembali bersikap tegak dan menghilangkan ekspresi marahnya menjadi tenang.

"Mas, Al?" sapa Ara setelah ia berhasil turun dari mobil. Seseorang yang disapa pun hanya membalas dengan senyum tegas diwajahnya.

"Kak Disty kenapa?"

"Nggak papa, biasa, paling lagi pms."

Ara pun mengangguk-anggukan kepalanya seraya membulatkan bibirnya, "Ooh... galak ya?"

A Girl in Anxiety [it was Disty-Juno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang