14. Gusar

216 33 10
                                    

Jangan lupa tekan bintang biar terang bacanya! Tambahkan juga dalam pustaka kalian!

Prasetya menggulung gambar desain teknik yang baru saja ditunjukkannya pada pak Setyo, dosen pembimbingnya. Dimasukkannya gulungan kertas itu di tabung kertas gambarnya.

"Mana yang mau saya tanda tangani?"

"Ini, Pak." Prasetya menyodorkan lembar pengesahan skripsinya ke hadapan pak Setyo.

Perasaan Prasetya begitu lega melihat dosen pembimbingnya selesai membubuhkan tanda tangannya. Kerja keras selama sekitar tiga bulan selesai sudah. Tinggal menghadapi sidang skripsi.

"Terima kasih, Pak." Prasetya mencium tangan pak Setyo.

"Kamu persiapkan dengan baik ujiannya! Jangan bikin malu saya!"

"Siap, Pak. Semoga saya tidak mengecewakan Bapak."

Tidak ada mahasiswa yang tidak bahagia saat skripsinya sudah selesai dan disetujui. Perjuangannya selama ini sudah berada di ujungnya. Tinggal selangkah lagi. Langkah Prasetya mantap keluar dari ruangan dosen. Tanpa diduga, Prily sudah menunggunya di luar.

"Gimana, Pras?" Wajah Prily tampak gembira. Mungkin dia sudah bisa menebak hasilnya.

Prasetya tersenyum. "Alhamdulillah. Sudah disetujui."

"Alhamdulillah. Semoga nanti sidangnya lancar, ya."

"Aamiin." 

Prasetya mengajak Prily ke ruang sekretariat jurusan. "Aku mau sekalian daftar ujian sidang. Biar semua urusan beres. Kamu gak ada kuliah lagi, 'kan?"

"Gak ada. Hari ini 'kan cuma satu mata kuliah pagi tadi?"

"Iya, aku ingat jadwalmu. Cuma memastikan. Siapa tahu ada kuliah tambahan."

"Aku tunggu di sini saja, ya," ujar Prily sambil menuju tempat duduk di ruang tunggu sekretariat jurusan yang bersebelahan dengan ruang dosen.

"Iya. Paling cuma sebentar kok." Prily membalas ucapan Prasetya dengan anggukan sambil tersenyum.

* * * * *

"Ayo, masuk!" 

Prasetya membuka pintu belakang rumahnya dan mempersilakan Prily masuk. Mereka ke sana mengendarai mobil masing-masing. Seperti biasa, Prasetya lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya dibanding rumah orang tuanya pada siang hari saat tidak ada kegiatan kuliah.

"Ini, aku bawa bahan-bahan buat masak," ujar Prasetya sambil meletakkan kantung plastik di meja dapur.

"Jadi, ceritanya kita masak buat makan siang nih?" 

"Kalo kamu mau. Kalo gak, aku pesan aja makanan."

"Bawa apa aja?" tanya Prily sambil menengok isi kantung plastik itu.

"Cuma ayam dan bahan-bahan buat masak sayur sop," jawab Prasetya. "Tadinya, aku mau masak sendiri. Gak tahu tadi bakal ketemu kamu."

"Wow ... arsitek bisa masak juga?"

Prasetya tersenyum. "Emangnya mesti jadi chef baru bisa masak?"

"Chef Prasetya," goda Prily.

"Aku gak suka disebut chef. Aku seniman." Bagaimanapun, Prasetya lebih suka menganggap dirinya seniman. Menjalani hobi dan mungkin berkarir sebagai seniman. 

"Kamu banyak kebisaan, Pras," ujar Prily sambil mengeluarkan ayam potongan dan sayur-sayuran dari kantung plastik dan diletakkannya di meja dapur. Kantung plastiknya lalu dia lipat dan masukkan ke laci.

Cinta TerbiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang