Ada yang minta aku untuk update cerita ini. Ya sudah, aku update tipis-tipis, ya? Aku masih mau nyelesaikan "Gamelan Retak" dulu. Nanti baru nyelesaikan cerita ini.
"Mas ... Mas Pras ... bangun!" Lily menepuk-nepuk bagian belakang pundak Prasetya yang tidur tertelungkup. "Bangun, Mas!"
Prasetya menggeliat. Matanya mulai terbuka. Ditatapnya Lily yang duduk di tepi tempat tidurnya.
"Bangun, Mas!" ulang Lily. "Sudah jam sembilan."
Prasetya bergerak pelan. Mengangkat tubuhnya dan duduk di tempat tidur. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Mas Pras sakit?" tanya Lily khawatir.
Prasetya menggeleng sambil menguap. Dia beranjak dari tempat tidur. Lalu, berjalan agak terhuyung menuju kamar mandi.
Dini masuk ke kamar Prasetya membawa sepiring nasi beserta lauk pauknya. Tak lupa dibawakannya juga segelas air putih. "Mas Pras belum makan dari siang," ujarnya pada Lily.
Tak lama, Prasetya keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah lebih segar. Dalam sisa kantuknya, dia menguap.
"Makan dulu, Mas!" Dini membujuk.
Prasetya tak menolak. Dia lalu duduk menghadapi porsi makanan yang disediakan Dini di mejanya.
"Mas kenapa?" tanya Lily dengan ekspresi khawatir.
Prasetya menyelesaikan kunyahannya. Diminumnya seteguk air. "Gak apa-apa."
"Mas Pras gak biasanya begini," ujar Lily mengungkapkan kekhawatirannya akan sikap Prasetya yang tak biasa.
"Emangnya mesti gimana?" tanya Prasetya di sela-sela kunyahannya.
"Aku sudah lama jadi adikmu, Mas."
Prasetya merasa geli. Cepat-cepat disudahi kunyahannya. Lalu, dia minum. "Iyalah. Sudah sejak bayi kamu jadi adikku. Kamu ini ada-ada saja."
Kegelian Prasetya tidak mengurangi kekhawatiran Lily akan perubahan kakaknya. "Makanya aku tahu Mas Pras gak biasa begini."
"Aku tinggal dulu, ya," ujar Dini sengaja membiarkan adik dan kakak itu berdua.
"Makasih, ya, Din," ujar Prasetya.
"Sama-sama, Mas."
Setelah Dini keluar, Lily membiarkan Prasetya menyelesaikan makannya. Dia juga keluar dari kamar. Tak lama, dia sudah kembali membawa segelas susu panas.
"Mas Pras ada masalah dengan Prily?" tanya Lily setelah mereka duduk di balkon kamar Prasetya.
"Ya begitulah," jawab Prasetya sambil memandang lampu-lampu bak kunang-kunang di kejauhan.
"Mas Pras bisa cerita sama aku," bujuk Lily. "Aku gak bisa lihat Mas begini."
Prasetya tetap diam sambil menyesap rokok di tangannya. Dia tampak kesulitan untuk mengatakan pada Lily tentang apa yang terjadi.
"Kalian putus?" tebak Lily.
Prasetya menghela napas. "Intinya begitu." Dia berdiri dan bersandar di pagar balkon membelakangi Lily.
Lily ikut bangkit dari duduknya. Dipeluknya lengan Prasetya. "Kalau Mas Pras gak mau cerita, gak apa-apa. Tapi, aku gak mau lihat Mas Pras sedih terus."
"Iya. Kamu gak usah khawatir," ujar Prasetya berusaha menenangkan. "Kamu tidurlah! Sudah malam."
* * * * *
Setelah mandi pagi, Prasetya duduk di balkon sambil menikmati kopi hitam yang disajikan Dini. Masalah kemarin masih mengganggu pikirannya. Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Arman harus mendapatkan ganjarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbiasa
RomanceKedekatan Bayu Dirgantara dan Danu Sudira sebagai sahabat baik yang sudah saling menganggap keluarga membuat anak-anak mereka juga sudah seperti bersaudara. Keduanya ingin mengikat kekeluargaan mereka dengan menikahkan anak-anak mereka. Namun, keing...