Langit biru dihiasi awan putih dengan matahari yang bersinar cerah. Keizaa duduk di tepi jendela kamarnya menatap kumpulan atap rumah di luar sana yang membentuk mozaik tak teratur. Bukan pemandangan itu yang sedang dinikmatinya melainkan pikiran yang bermain di kepalanya di akhir pekan itu.
Prasetya, sahabatnya sejak kecil yang sudah seperti saudara kandung sendiri baginya, yang merupakan anak tunggal, seakan memenuhi pikirannya. Citra lelaki bertubuh 175 sentimeter dengan perawakan sedang itu sudah tertanam dalam benaknya sejak mereka kasih anak-anak. Keizaa selalu ikut bersekolah di tempat Prasetya yang satu kelas di atasnya itu bersekolah. Mereka selalu pergi sekolah dengan mobil yang sama diantar jemput sopir keluarga Prasetya.
Salah satu hal yang menyenangkan bagi Keizaa adalah saat minta diajari pelajaran sekolah. Prasetya yang sangat cerdas dengan gampang mengajari semua materi belajar dengan jelas dan tanpa masalah. Prasetya sangat sabar menghadapi Keizaa yang seringkali bermanja saat Prasetya mengajarinya. Terkadang Keizaa malah menyerahkan semua pekerjaan rumah matematikanya dan tinggal menyalin hasil hitungan dari Prasetya. Beberapa kali Prasetya sambil bercanda mengatakan bahwa Keizaa adalah adik kecil yang selalu merepotkannya. Biasanya Keizaa memasang tampang cemberut sambil memukul-mukul lengan Prasetya yang padat karena sering push-up. Lengan itu juga yang terbiasa menjadi pelabuhannya kalau sedang sedih.
Aku kangen kamu, Pras. Keizaa menyeka air mata yang meleleh di pipi dengan jemari tangannya. Seminggu tak bertemu Prasetya adalah hal yang membuat dirinya merasa kehilangan. Seingat Keizaa, sejak kecil belum pernah terpisah dari Prasetya begitu lama. Salah satu dari mereka pasti akan datang menemui. Sekarang, sejak acara keluarga seminggu lalu, pengakuan Prasetya telah membuat Keizaa limbung. Dia bahkan tak pernah sekedar mengirim pesan seperti yang biasanya dilakukannya meski sangat ingin.
* * * * *
Honda C-RV putih milik Keizaa muncul di depan gerbang rumah keluarga Bayu Dirgantara. Seorang satpam segera membukakan pintu gerbang lalu mengangguk ke arah kaca depan mobil itu. Dengan membunyikan klakson satu kali, Keizaa menjalankan mobilnya langsung menuju ke samping teras tempat dia biasa memarkirkan mobilnya.
Langkah kaki Keizaa yang berbalut sepatu slip on melenggang santai menuju teras yang tampak kokoh menjulang ditopang dua pilar besar putih setinggi delapan meter. Suara langkahnya hampir tak terdengar menapak di lantai marmer mengkilap bernuansa abu-abu muda. Kini dia berhadapan dengan pintu ganda yang eksotik terbuat dari kayu ulin dengan finishing transparan yang mengekspos serat kayu yang menawan. Terdapat logo keluarga besar mereka terpasang di sana seperti juga di pintu depan rumahnya. Telunjuknya menekan tombol bel putih yang terpasang di kusen yang berada di sisi kiri pintu. Sambil berdiri menunggu, Keizaa membayangkan betapa beratnya pintu setinggi lebih dari tiga meter itu.
"Mbak Keizaa ... silakan masuk," ujar Dini ramah setelah membukakan pintu.
"Bunda ada, Din?"
"Ada, Mbak. Lagi baca di ruang tengah. Mari, Mbak."
Keizaa sengaja tak mencari Prasetya seperti biasa karena dia tahu Prasetya biasanya sedang ada di rumahnya sendiri di waktu seperti ini. Tujuannya ke sini bukanlah untuk mencari Prasetya melainkan untuk bertemu Bunda Alysa. Dia melangkah masuk mengikuti Dini yang menemaninya ke ruang tengah.
Mereka sampai di ruangan besar yang tampak teduh dengan sofa santai empuk bermotif kotak-kotak dengan paduan warna krem dan coklat muda yang lembut. Cahaya terang yang berasal dari luar empat jendela kaca besar berkerangka kayu yang tersaring vitrase putih cukup untuk menerangi ruangan itu dengan lembut. Sebuah televisi LED berukuran 82 inci yang menempel di dinding menyala dengan volume suara kecil di atas rak coklat kehitaman tempat sound system tersusun rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terbiasa
RomantizmKedekatan Bayu Dirgantara dan Danu Sudira sebagai sahabat baik yang sudah saling menganggap keluarga membuat anak-anak mereka juga sudah seperti bersaudara. Keduanya ingin mengikat kekeluargaan mereka dengan menikahkan anak-anak mereka. Namun, keing...