16. Terjebak Jebakan

305 40 3
                                    

Jangan lupa tekan bintang biar terang bacanya! Tambahkan juga dalam pustaka kalian!

Prasetya sampai lupa dengan rencananya semula memantau keberadaan Arman dan Keizaa. Sebenarnya smartwatch yang dihadiahkannya pada mereka berdua sudah diatur sedemikian rupa sesuai permintaan Prasetya. Melalui jam tangan pintar itu, Prasetya bisa memantau lokasi Arman dan Keizaa.

Dari tablet yang dipegangnya, Prasetya melakukan location request menggunakan aplikasi khusus yang dipersiapkannya. Tampak di peta Arman sedang berada di rumahnya dan Keizaa sedang berada di suatu tempat. Prasetya hanya berharap bahwa besok mereka berdua menggunakan smartwatch itu.

* * * * *

Pagi itu Prasetya sudah mempersiapkan apa yang akan dibawanya. Prasetya harus mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Dipantaunya melalui tabletnya, tampak Arman ada di rumah Keizaa. Prasetya menunggu sampai mereka berangkat. Diaktifkannya juga aplikasi itu di ponselnya.

Ketika mereka mulai bergerak dari rumah Keizaa, Prasetya menuju mobil Alphard hitamnya. Sebetulnya Prasetya lebih nyaman membawa mobil yang berukuran lebih kecil untuk menjalankan misinya, tetapi satpam vila Arman sudah mengenal mobil Alphard itu. Waktu ikut acara di vila Arman, Prasetya membawa mobil itu karena lebih nyaman untuk mengajak Keizaa, Lily, dan Dini.

Setelah memastikan bahwa Arman dan Keizaa sudah masuk ke vila, Prasetya menjalankan mobilnya yang tak jauh lagi dari vila itu. Mobilnya berhenti di gerbang vila yang pagarnya tertutup. Satpam yang berjaga kebetulan orang yang sudah Prasetya kenal. Dia menghampiri mobil Prasetya.

"Mas Pras?" ujar satpam itu.

"Iya, Mang. Ini Pras. Tolong gerbangnya, Mang."

"Maaf Mas, Mas Arman biasanya nggak suka diganggu kalo lagi pacaran. Mamang nggak berani ngijinin Mas Pras masuk." Satpam itu terlihat sungkan mencegah Prasetya masuk ke halaman vila.

Prasetya terpaksa berbohong. "Tadi, Arman telepon aku nyuruh datang ke sini loh, Mang."

"Oh, gitu? Ya sudah kalau memang Mas Arman yang minta. Tapi, Mamang nggak berani dekat-dekat vila. Nanti Mas Arman marah."

Satpam itu lalu membukakan pintu gerbang vila sambil memberi isyarat untuk Prasetya masuk ke halaman vila yang cukup luas itu. Prasetya menjalankan mobilnya perlahan. Dari kejauhan, tampak mobil Arman terparkir di garasi vila. Prasetya memilih memarkirkan mobilnya di tempat yang agak tersembunyi dekat sebuah pohon.

Dengan mengendap-endap, Prasetya mendekati vila. Dia sengaja mengarah ke bagian belakang vila. Dari ponselnya, Prasetya bisa tahu posisi Arman dan Keizaa ada di tengah vila. Dia menduga mereka sedang berada di kamar tengah.

Prasetya ingat kamar belakang yang pernah ditempatinya ketika menginap di vila itu. Dengan hati-hati, Prasetya mengintip dari jendela kamar untuk memastikan tidak ada orang di dalamnya. Seingat dia, kunci jendela kamar itu rusak saat terakhir kali dia ke sana.

Dicongkelnya jendela itu dan dengan mudah dia bisa masuk dari sana. Sayup-sayup terdengar alunan musik yang berasal dari ruangan lain di telinganya saat jendela terbuka. Kaki-kakinya segera menjejak lantai dengan pelan menuju arah suara.

Dari pintu kamar yang dibiarkan terbuka, Prasetya bisa melihat pemandangan di dalamnya. Dia kaget sekaligus geram melihat Keizaa yang tampaknya sudah kehilangan setengah kesadarannya. Mungkin Arman telah membuatnya mabuk atau bahkan memberinya obat perangsang.

Keizaa tak menyadari bahaya yang sedang dihadapinya. Tubuhnya meliuk-liuk erotis dengan keadaan telanjang seiring suara musik dengan volume keras sambil memeluk tubuh Arman. Matanya terpejam dengan senyuman nakal terukir di bibirnya.

Prasetya mengambil saputangan dari saku celananya lalu menyemprotnya dengan cairan dari kemasan kaleng kecil yang sudah dipersiapkannya. Dengan sigap, Prasetya membekap mulut Arman yang posisinya membelakangi pintu dengan saputangan itu. Awalnya tak mudah baginya menguasai Arman yang berusaha memberontak, tetapi dalam hitungan detik tubuh itu lemas dan pingsan.

Dibukanya jaket yang dipakainya, lalu dibungkusnya tubuh telanjang Keizaa. Dengan cepat Prasetya memunguti pakaian beserta pakaian dalam Keizaa yang berserakan di lantai. Tubuh itu lalu dipanggulnya keluar dari vila itu. Aroma parfum segar dari tubuh Keizaa seketika menyengat hidungnya.

Setelah pintu mobil dibukanya, Prasetya mendudukkan Keizaa di kursi barisan tengah. Keizaa masih bergerak-gerak tak bisa mengendalikan dirinya. Prasetya tak mau mengambil risiko jika gerakan-gerakan Keizaa menimbulkan kecurigaan orang yang mungkin melihat. Diambilnya cable tie dari kotak perkakas di bagasi mobil, lalu tangan dan kaki Keizaa diikatnya. Tak lupa, dipasangkannya sabuk pengaman pada tubuh Keizaa.

Satpam tampak tak curiga ketika Prasetya mendekati gerbang vila. Satpam itu melambaikan tangan setelah membukakan pintu gerbang vila. Prasetya berusaha mengemudi dengan tenang agar tak mencurigakan ketika melintasi gerbang itu.

Dengan kondisi Keizaa yang seperti itu, tak mungkin bagi Prasetya membawanya ke rumah orang tua Keizaa maupun rumah orang tuanya. Prasetya memutuskan membawa Keizaa ke rumahnya. Di sana lebih aman, pikir Prasetya.

Di rumahnya sendiri, Prasetya merasa lebih aman. Tidak ada yang bakal tahu jika dia membawa Keizaa ke sana. Biasanya, kalau teman-temannya atau Prily akan ke sana, pasti akan memberi tahu terlebih dahulu.

Mobil Prasetya memasuki halaman rumahnya langsung ke halaman belakang setelah membuka pintu pagar. Prasetya kembali memanggul tubuh Keizaa yang terasa berat di pundaknya itu masuk ke rumah. Diletakkannya tubuh telanjang Keizaa di tempat tidur dalam kamarnya. Prasetya duduk dengan napas tersengal. Untuk beberapa saat, dia memikirkan apa yang harus dilakukannya. 

Melihat kondisi Keizaa yang masih setengah sadar, Prasetya menduga Arman memberikan dosis obat yang cukup banyak pada Keizaa. Prasetya mengambil pisau cutter di meja lalu memotong cable tie yang digunakannya untuk mengikat tangan dan kaki Keizaa. Dia berencana memandikan Keizaa agar sadar.

Diulurkannya tangannya lalu dipeluknya tubuh Keizaa untuk memanggul tubuh itu ke kamar mandi. Jemarinya merasakan kelembutan kulit Keizaa. Aroma segar dan kelembutan itu menggoda hasratnya.

Prasetya kaget setengah mati ketika melihat Prily tiba-tiba sudah berdiri di pintu ketika dia berbalik. 

"Prily ... kamu kok ...." Prasetya tak melanjutkan kata-katanya. Mukanya pias memandang tampang Prily yang tampak gusar.

"Kamu apain Keizaa? Kamu sudah gila, ya, Pras? Aku nggak nyangka kalo kamu mau memerkosa Keizaa. Kamu bikin dia nggak sadar gitu biar kamu bisa melampiaskan nafsu bejat kamu, 'kan?" Prily setengah berteriak dengan muka yang memerah. Dia tak lagi tampak anggun seperti biasanya. 

"Bentar dulu ... kamu tenang dulu! Aku ...."

"Cukup, Pras! Apa yang aku lihat sudah menjelaskan segalanya. Kamu nggak perlu membela diri. Aku nggak nyangka kamu bisa berbuat serendah ini," sergah Prily penuh emosi. "Mulai sekarang kita putus! Aku nggak sudi pacaran dengan laki-laki bejat macam kamu!" bentaknya dengan suara bergetar sambil berurai air mata.

Melihat Prily berlari meninggalkannya, Prasetya panik. Diletakkannya kembali tubuh telanjang Keizaa di tempat tidur. Dia lalu berlari menyusul Prily yang sudah masuk ke mobilnya di halaman belakang. Tanpa membuang waktu, Prily melajukan mobilnya. Mobil itu hampir saja menabrak Prasetya jika dia tak menghindar. Prily memacu mobilnya meninggalkan halaman rumah Prasetya.

Prasetya terduduk, jongkok sambil memegang kepala dengan kedua tangannya. Peristiwa barusan benar-benar di luar dugaannya. Prasetya merasa terpukul dengan keputusan Prily yang tak mendengar penjelasannya terlebih dahulu.

Perempuan yang mulai dicintainya, telah meninggalkannya. Prasetya tak bisa menyalahkannya. Sangat wajar bila Prily berprasangka seperti tadi. 

Prasetya bisa saja menunjukkan bukti bahwa dia menyelamatkan Keizaa dari cengkeraman Arman. Namun, dia tidak bisa membuktikan bahwa niatnya pada Keizaa tadi bukan seperti yang diduga Prily.


Publikasi: 22 November 2021

Cinta TerbiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang