10. Kebun

472 50 18
                                    

Maaf, baru bisa nyambung lagi ceritanya. Selamat membaca. Jangan lupa tekan bintangnya.

Lily setengah berteriak di ambang pintu kamar Prasetya yang terbuka. "Mas, buruan! Entar keburu siang loh." 

"Iya, Dek. Bentar lagi Mas turun sarapan." Prasetya sebenarnya sudah hampir keluar kamar, tetapi kembali lagi untuk mengambil jaketnya.

Lily berlalu dari kamar Prasetya. Dengan langkah agak terburu, Lily menuruni anak-anak tangga menuju lantai satu. Dia langsung menuju ruang makan. 

"Ayo, sarapan dulu!" Lily langsung bergabung duduk dekat ayahnya di meja makan. Dia mengambil sepotong roti tawar dan mengolesnya dengan selai stroberi.

Prasetya datang dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Lily. "Yah, itu yang mau dianterin cuma gaji sama duit buat beli pupuk aja atau ada yang lain lagi?"

Ayahnya yang sedang mengunyah nasi goreng menyudahi kunyahannya. "Iya, cuma itu." Ayahnya tampak berpikir sejenak sambil memandang Prasetya. "Kalau mau dibawakan makanan juga boleh. Kamu mampir aja nanti cari makanan di minimarket."

"Iya, Mas. Bawain jajanan juga buat si Toto tuh. Di daerah sana kan jauh kalo mau jajan ... mesti ke pasar," timpal Lily.

"Beres. Nanti kita mampir cari makanan," ujar Prasetya. Dia menyesap susu yang telah disiapkan di meja. 

Lily terusik melihat Prasetya yang tampak tak berniat untuk makan. "Mas Pras nggak makan? Entar laper loh."

"Males, ah. Aku nggak laper."

"Aku olesi rotinya, ya? Mas harus makan. Pake selai kacang, ya?" Lily memaksa Prasetya untuk makan. Prasetya cuma mengangguk menuruti kemauan adiknya.

"Asalamualaikum." Semua sontak menoleh ke arah sumber suara dan menjawab salamnya.

Bayu menyodorkan tangannya ketika Keizaa membungkuk dan mengulurkan tangannya. Keizaa mencium punggung tangan Bayu. 

"Apa kabar Kei?" tanya Bayu.

"Alhamdulillah. Baik, Ayah." Keizaa lalu menyalami Alysa. "Apa kabar, Bunda?"

"Alhamdulillah, Bunda sehat. Sini, duduk di samping Bunda!" Alysa memandangi Keizaa sambil tersenyum. Keizaa tampak cantik dengan balutan kaus dan celana jins. Rambut ikalnya dikucir satu. "Ayo, sarapan!"

"Tadi sudah sarapan di rumah, Bunda."

"Minum teh aja, gimana?" tanya Alysa sambil mengambil cangkir yang tersedia di meja.

"Iya, Bunda."

Alysa menuangkan teh ke dalam cangkir lalu menyodorkannya kepada Keizaa. "Kamu mau ikut ke kebun?"

"Iya, Bunda. Lily minta aku ikut."

"Ya, bagus dong. Kalian sudah lama nggak jalan bareng. Bunda senang kamu mau ikut."

"Apa kabar papa dan mamamu, Kei?" tanya Bayu.

"Semua sehat, Ayah. Alhamdulillah," jawab Keizaa. "Tadi Papa kirim salam buat Ayah sama Bunda."

"Syukurlah kalau begitu. Sampaikan salam kami juga buat mereka," ujar Bayu yang sudah menyelesaikan sarapannya. "Ayah tinggal dulu, ya. Kalian teruskan saja sarapannya. Ayah mau pergi main tenis," lanjut Bayu sambil beranjak meninggalkan ruang makan.

"Bunda tinggal dulu, ya." Setelah menepuk-nepuk pundak Keizaa, Alysa menyusul suaminya untuk mengantarnya pergi. 

"Kamu tadi diantar atau bawa mobil sendiri, Kei?" tanya Lily.

Keizaa menggeser cangkir teh yang sudah dihabiskannya isinya. "Bawa mobil sendiri. Kenapa?"

"Nggak. Kupikir kamu tadi diantar. Mobilmu ditinggal di sini aja kalo gitu."

Cinta TerbiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang