1. Mengapa Stalin Menang
Para penulis sejarah Uni Soviet tidak bisa tidak menyimpulkan bahwa keputusan-keputusan penguasa birokrasi tentang masalah-masalah besar telah menjadi serangkaian zig-zag yang bertentangan satu sama lainnya. Upaya untuk membenarkan zig-zag itu “karena situasi yang berubah” jelas-jelas tidak mempunyai dasar. Kemampuan memberi arahan setidaknya menuntut kemampuan untuk melihat ke depan. Faksi Stalin sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi hasil-hasil perkembangan; mereka setiap kali tertangkap basah tidak siap. Mereka bereaksi hanya dengan reflek administratif. Teori yang mereka bangun di tiap tikungan dibuat setelah kejadian berlangsung, tanpa mempedulikan apa yang sebelumnya mereka ajarkan. Berdasarkan fakta-fakta dan dokumen-dokumen yang tidak terbantahkan, para sejarahwan akan terpaksa menyimpulkan bahwa “Oposisi Kiri” mengajukan analisa yang jauh lebih tepat tentang proses yang terjadi di negeri ini, dan lebih terang pula dalam meramalkan perkembangan yang selanjutnya.
Penilaian ini, sepintas kilas, bertentangan dengan fakta sederhana bahwa faksi yang rabun dekat ini terus menikmati kemenangan, sementara kelompok yang berpandangan lebih tajam menderita kekalahan demi kekalahan. Keberatan semacam itu, yang muncul secara otomatis dalam pikiran, sungguh meyakinkan, namun hanya bagi mereka yang berpikir secara rasionalistik dan yang melihat politik sebagai sebuah argumen logika atau permainan catur. Pertarungan politik, pada hakikatnya, adalah pertarungan kepentingan dan kekuatan, bukan argumen. Kualitas kepemimpinan, tentu saja, sama sekali bukan faktor yang tidak penting bagi penentuan hasil akhir benturan itu, tetapi bukan satu-satunya faktor, dan pada analisa terakhir bukanlah faktor yang menentukan. Tiap kelompok, di samping itu, akan memunculkan pemimpin yang sesuai dengan citra-diri mereka sendiri.
Revolusi Februari mengangkat Kerensky[2] dan Tsereteli[3] ke tampuk kekuasaan, bukan karena mereka “lebih cerdik” atau “lebih tajam” daripada klik Tsar yang berkuasa, tetapi karena mereka merupakan wakil, setidaknya untuk sementara, dari massa rakyat revolusioner yang sedang berontak melawan rejim lama. Kerensky berhasil memaksa Lenin bersembunyi di bawah tanah dan memenjarakan para pemimpin Bolshevik bukan karena dia lebih unggul dari mereka dalam kualitas pribadinya, tetapi karena mayoritas buruh dan prajurit di masa itu masih mengikuti kaum borjuis kecil patriotik. “Keunggulan” pribadi Kerensky, kalaupun kata itu pantas digunakan dalam kaitan ini, terletak pada fakta bahwa dia tidak melihat lebih jauh daripada mayoritas rakyat. Pada gilirannya, Bolshevik menaklukkan kaum demokrat borjuis kecil, bukan karena superioritas pribadi para pemimpinnya tetapi melalui korelasi baru antar kekuatan-kekuatan sosial. Proletariat akhirnya berhasil memimpin kaum tani yang tidak puas untuk bangkit melawan borjuasi.
Tahapan-tahapan yang berkelanjutan dari Revolusi Perancis, baik selama pasang maupun surutnya, menunjukkan tanpa kalah meyakinkan bahwa kekuatan para “pemimpin” dan “pahlawan” yang saling menggantikan terletak terutama pada hubungannya dengan karakter kelas dan lapisan masyarakat yang menunjang mereka. Hanya hubungan ini, dan bukannya superioritas yang tidak relevan, yang memungkinkan mereka untuk menancapkan kepribadian mereka pada periode sejarah tertentu. Dalam pergantian kekuasaan dari Mirabeau, Brissot, Robespierre, Barras dan Bonaparte, terdapatlah kepatuhan akan hukum objektif yang jelas jauh lebih efektif daripada watak-watak unik dari para protagonis sejarah itu sendiri.
Telah cukup diketahui bahwa setiap revolusi sampai masa ini selalu disusul dengan masa-masa reaksi, atau bahkan kontra revolusi. Ini, pastinya, tidak pernah melempar bangsa tersebut ke masa sebelum revolusi, tetapi sebagian besar hasil-hasil pencapaian revolusi selalu dirampas dari rakyat. Korban-korban dari gelombang revolusioner pertama, secara umum, adalah para pelopor, inisiator dan pemimpin yang berdiri di depan barisan massa dalam masa-masa ofensif revolusioner. Sebagai gantinya, orang-orang dari lini kedua, yang bersekutu dengan para mantan musuh revolusi, telah terdorong maju ke depan. Di balik duel dramatik dari para “coryphées” (pemimpin) di panggung politik terbuka ini, sebuah pergeseran telah terjadi di dalan relasi antar kelas, dan yang tidak kalah penting adalah perubahan mendasar dalam psikologi massa yang sebelumnya revolusioner.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLUSI YANG DIKHIANATI
RandomRevolusi yang Dikhianati: Sebab-sebab Kebangkrutan Uni Sovyet atau The Revolution Betrayed: What Is the Soviet Union and Where Is It Going? adalah sebuah buku terbitan tahun 1937 karya pemimpin Bolshevik Soviet yang diasingkan Leon Trotsky. Karya t...