1. Kerja “Berdasarkan Kemampuan” dan Kepemilikan Pribadi
Pada tanggal 11 Juni 1936, Komite Eksekutif Sentral menyepakati rancangan Konstitusi Soviet yang baru yang, menurut pernyataan Stalin, yang diulang-ulang setiap hari oleh seluruh pers, akan menjadi konstitusi “paling demokratis di dunia.” Pastinya, cara yang dipakai untuk membuat rancangan undang-undang itu saja sudah menerbitkan keraguan mengenainya. Baik di pers maupun di pertemuan-pertemuan, perubahan konstitusi yang besar ini tidak pernah dibicarakan. Di samping itu, sedini tanggal 1 Maret 1936, Stalin mengumumkan, pada pewawancara dari Amerika, Roy Howard: “Kami pasti akan mensahkan konstitusi baru kami di akhir tahun ini.” Dengan begitu, Stalin tahu dengan kepastian penuh bilamana konstitusi baru ini akan disahkan, dan rakyat tidak tahu-menahu mengenai konstitusi tersebut pada saat itu. Mustahil untuk tidak menyimpulkan bahwa “konstitusi paling demokratis di dunia” tersebut dirancang dan diperkenalkan dengan cara yang sangat tidak demokratis. Pastinya, di bulan Juni rancangan ini diserahkan untuk “dipertimbangkan” oleh rakyat Uni Soviet. Tentu saja akan sia-sia jika kita mencoba mencari di seperenam belahan bumi ini satu orang komunis yang berani mengeritik rancangan dari Komite Sentral, atau seorang warga non-partai yang akan menolak proposal dari partai penguasa. Diskusi akhirnya hanya menjadi pengiriman resolusi ucapan terima kasih pada Stalin atas “kehidupan yang bahagia”. Isi dan gaya ucapan-ucapan selamat ini telah digarap sempurna dalam konstitusi terdahulu.
Bagian pertama, yang berjudul Struktur Sosial, ditutup dengan kata-kata berikut: “Di Uni Soviet, prinsip sosialisme sudah diwujudkan: Dari setiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kerjanya” Rumusan yang secara internal kontradiktif ini, jika tidak dapat disebut tidak masuk akal, telah masuk, percaya atau tidak, dari pidato-pidato dan artikel-artikel jurnalistik ke dalam teks undang-undang negara yang paling fundamental yang dipertimbangkan secara hati-hati. Ini menunjukkan bukan saja menurunnya kemampuan teoritik dari pada penulis hukum tetapi juga dusta yang digunakan untuk mengimbuhi konstitusi baru ini, sebagai cerminan dusta dari strata penguasa. Tidak sulit menerka asal-usul “prinsip” baru ini. Untuk mengkarakterkan masyarakat komunis, Marx menggunakan rumusan terkenal: “Dari setiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya.” Kedua bagian dari rumusan ini tidak dapat dipisahkan. “Dari setiap orang menurut kemampuannya,” dalam makna komunis, bukan kapitalis, berarti: kerja bukan lagi suatu kewajiban dan telah menjadi satu kebutuhan individual; masyarakat tidak lagi membutuhkan paksaan dalam bentuk apapun. Hanya orang sakit jiwa sajalah yang akan menolak untuk bekerja. Bekerja “menurut kemampuannya”—artinya, sesuai dengan kemampuan otot dan otak mereka, tanpa mencelakai diri sendiri—para anggota komune, berkat teknologi yang tinggi, akan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat dapat saling memberi “menurut kebutuhannya”, tanpa memerlukan pengendalian yang merendahkan martabat. Kedua sisi yang tak terpisahkan dalam rumusan komunisme ini, dengan demikian, mengasumsikan adanya kecukupan, kesetaraan, sebuah perkembangan kepribadian yang lengkap dan disiplin budaya yang tinggi.
Negara Soviet, dalam semua relasinya, jauh lebih dekat pada kapitalisme terbelakang daripada komunisme. Negara ini bahkan belum dapat berpikir tentang saling memberi “menurut kebutuhannya”. Tetapi, justru karena alasan inilah, mereka tidak dapat mengijinkan warganya untuk bekerja “menurut kemampuannya”. Negara mendapati dirinya terpaksa menjaga dengan kekerasan sistem pembayaran per-unit-hasil, prinsip yang dapat dinyatakan sebagai berikut: “Ambil dari tiap orang sebanyak kau mampu, dan beri padanya sesedikit mungkin.” Pastinya, tidak seorangpun di Uni Soviet yang bekerja lebih dari “kemampuannya” dalam makna mutlak kata itu—yakni, lebih dari potensi fisik dan psikisnya. Tetapi ini juga berlaku di bawah kapitalisme. Metode-metode eksploitasi dari yang paling brutal sampai yang paling halus akan berhadapan dengan pembatasan yang ditetapkan oleh alam. Seekor keledai yang dicambuk sekalipun bekerja “menurut kemampuannya”, tetapi dari situ kita tidak dapat menyimpulkan bahwa cambuk adalah prinsip sosial bagi keledai. Bahkan di bawah rejim Soviet, kerja upahan tidak berhenti menjadi perbudakan atas kaum buruh. Pembayaran “menurut kerja”—pada kenyataannya, pembayaran yang menguntungkan kerja “intelektual” sementara merugikan kerja-kerja fisik, terutama kerja kasar—adalah sebuah sumber ketidakadilan, penindasan, dan pemaksaan bagi mayoritas, dan hak istimewa dan “kehidupan bahagia” bagi segelintir orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLUSI YANG DIKHIANATI
РазноеRevolusi yang Dikhianati: Sebab-sebab Kebangkrutan Uni Sovyet atau The Revolution Betrayed: What Is the Soviet Union and Where Is It Going? adalah sebuah buku terbitan tahun 1937 karya pemimpin Bolshevik Soviet yang diasingkan Leon Trotsky. Karya t...