Bab VI. Tumbuhnya Ketidaksetaraan dan Antagonisme Sosial

0 0 0
                                    

1. Kemiskinan, Kemewahan dan Spekulasi

Setelah mengawali dengan “distribusi sosialis”, kekuasaan Soviet mendapati dirinya terpaksa kembali di tahun 1921 ke sistem pasar. Kekurangan barang-barang yang ekstrim di dalam epos rencana lima-tahun lagi-lagi membawa pada sistem distribusi negara – yakni, pengulangan dari eksperimen “Komunisme Militer” pada basis yang lebih tinggi. Di tahun 1935, sistem distribusi terencana lagi-lagi terpaksa menyerah pada perdagangan bebas. Maka, untuk kedua kalinya terbukti bahwa metode distribusi yang dapat diterapkan lebih tergantung pada tingkatan teknik dan sumberdaya material yang tersedia, daripada bentuk kepemilikan.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya melalui upah-per-unit-hasil, menjanjikan datangnya sebuah peningkatan jumlah komoditas, turunnya harga, dan, sebagai akibatnya, peningkatan standar hidup populasi. Tetapi itu hanya satu aspek dari persoalannya – satu aspek yang juga telah diamati di bawah kapitalisme ketika masa jayanya. Biar begitu, fenomena dan proses sosial haruslah diteliti dalam hubungan dan interaksi mereka. Sebuah peningkatan produktivitas tenaga kerja yang berbasis sirkulasi komoditi, berarti sekaligus pula peningkatan ketidaksetaraan. Peningkatan kesejahteraan strata penguasa mulai melebihi peningkatan standar hidup massa rakyat. Bersamaan dengan peningkatan kekayaan negara berlangsung pulalah sebuah proses diferensiasi sosial yang baru.

Menurut kondisi hidup sehari-hari, masyarakat Soviet telah terbagi menjadi satu kelompok minoritas yang hidupnya terjamin dan mempunyai hak-hak istimewa, dan  sebuah kelompok mayoritas yang serba kekurangan. Terlebih lagi, pada titik ekstrimnya, ketidaksetaraan ini mengambil watak yang teramat kontras. Produk yang dirancang untuk didistribusikan secara luas, pada umumnya, kualitasnya rendah sekalipun harganya mahal dan semakin sulit didapat kalau Anda tinggal jauh dari kota-kota besar. Bukan hanya spekulasi tetapi juga pencurian barang-barang konsumsi menjadi hal yang lumrah. Dan sementara di masa lalu tindakan-tindakan tersebut merupakan suplemen dari distribusi terencana, kini mereka berfungsi sebagai perbaikan dari perdagangan Soviet.

“Kawan-kawan” Uni Soviet memiliki sebuah kebiasaan profesional untuk mengumpulkan kesan-kesan dengan menutup mata dan menyumpal telinga. Kita tidak dapat mengandalkan mereka. Para musuh seringkali menyebarkan fitnah keji. Dengan begitu, mari kita berpaling pada birokrasi itu sendiri. Karena, setidaknya, mereka tidak bermusuhan dengan diri sendiri, kritik-kritik resmi mereka yang selalu didorong oleh tuntutan praktis yang mendesak, patut lebih dipercaya daripada pujian riuh-rendah yang seringkali mereka alamatkan pada diri sendiri.

Rencana industri di tahun 1935, seperti yang diketahui dengan baik, telah dilaksanakan dengan amat baik. Namun, dalam hal perumahan, hanya 55,7 persen yang dijalankan. Di samping itu, pembangunan perumahan untuk kelas pekerja berjalan sangat lambat, dikerjakan dengan buruk dan serampangan. Bagi para anggota pertanian kolektif, mereka tinggal sebagaimana dahulu, di gubuk-gubuk tua bersama ternak mereka dan kecoak. Di pihak lain, para pejabat Soviet mengeluh di surat-surat kabar bahwa tidak semua rumah baru yang dibangun bagi mereka memiliki “ruang untuk pekerja rumah tangga” – yakni, untuk para pembantu.

Setiap rejim mencerminkan dirinya dalam bangunan dan arsitektur. Karakter dari epos Soviet yang sekarang adalah berbagai istana dan rumah untuk Soviet, kuil-kuil megah untuk kaum birokrasi yang seringkali memakan biaya sebesar sepuluh juta rubel, teater-teater yang mahal, bangunan-bangunan Tentara Merah – yakni, klub militer yang terutama diperuntukkan bagi para perwira –, kereta bawah tanah mewah bagi mereka yang mampu membayar dan, dengan ini, sebuah keterbelakangan yang ekstrim dalam pembangunan pemukiman buruh, bahkan yang bertipe barak sekalipun.

Dalam soal tranportasi barang-barang negara lewat rel kereta, kemajuan yang hebat telah tercapai. Namun rakyat jelata Uni Soviet baru mendapat secuil dari kemajuan itu. Begitu banyak surat dari kepala Departemen Jalan Raya dan Komunikasi yang mengeluh mengenai kondisi gerbong dan stasiun penumpang yang tidak bersih, mengenai “tidak berjalannya layanan penumpang,” “begitu banyaknya penyelewengan, pencurian dan pencatutan karcis kereta … penyembunyian kursi-kursi kosong dan pencaloannya … perampokan bagasi di stasiun dan di jalanan.” Kenyataan ini adalah “hal yang memalukan bagi transportasi sosialis!” Sebagaimana nyatanya, ini adalah pelanggaran kriminal di bawah sistem transportasi kapitalis. Keluhan berulang-ulang dari administratur yang lantang ini merupakan satu kesaksian terhadap ketidakcukupan ekstrim dari alat transportasi yang tersedia bagi masyarakat, dan mendesaknya kebutuhan akan produk yang diangkut dan, akhirnya, pengabaian terhadap rakyat jelata oleh para pejabat perkeretaapian dan semua pihak otoritas lainnya. Kaum birokrasi dengan mengagumkan sanggup menyediakan layanan untuk diri mereka sendiri di darat, perairan dan udara, sebagaimana yang dapat kita ketahui dari sekian banyak mobil mewah milik Soviet, kereta api khusus dan kapal uap khusus – dan semua ini semakin tersingkir oleh mobil-mobil dan pesawat-pesawat terbang terbaik.

REVOLUSI YANG DIKHIANATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang