Bagian 25 : Trimester Kedua

3.5K 387 3
                                    

Memasuki minggu ke tiga belas usia kandungannya, membuatnya tak bisa bergerak kemana-mana. Kalau saja ia bisa memakai popok, ia akan memakai popok karena sangat malas masuk ke kamar mandi. Padahal jaraknya tak sampai sepuluh langkah.

Seperti minggu-minggu lalu, ia masih belum bisa makan. Hanya sedikit makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Menurut artikel yang ia baca, usia kandungan ke tiga belas minggu telah masuk trimester dua. Mual-muntah harusnya tak terjadi pada masa ini, tapi kenapa ia masih saja merasakan hal itu.

Perasaannya cemas langsung menghinggapi dirinya saat membaca artikel lain tentang adanya kemungkinan kekurangan gizi pada si bayi karena masih mengalami hal tersebut.

Astaga!

Kenapa seperti ini?

Refleks ia menyentuh perutnya yang sudah tak rata lagi. Menyembul sedikit dan terasa lebih keras.

Seperti yang Mama katakan, usia tiga belas minggu, organ hidung, mulut dan kulit telah menyempurnakan diri seiring berjalannya waktu. Bagian leher mulai sempurna untuk nantinya menopang kepala bayi.

Akram : Cantika, sori. Hari ini aku gak bisa anterin kamu chek up. Soalnya ada ujian mendadak dan waktunya sampai sore.

Akram : gak papa kan?

Akram: suruh mbok yati nemenin kamu

Odit menghela nafas panjang membaca chat yang di kirim Akram.

Akhir-akhir ini Akram sibuk dengan kuliah bahkan sering kali tak menginap di rumah jika Akram memiliki tugas kelompok maka Akram menginap di rumah temannya.

Sebenarnya Odit ingin melarang Akram, tapi ia tak berani.

Walau usia pernikahannya sudah dua bulan lebih, tapi hubungannya dengan Akram tak begitu akrab. Mereka masih saja tertutup dengan urusan pribadi masing-masing. Masih ada tembok tak kasat mata di antara mereka.

Odit hanya membalas singkat pada Akram, walau agak kesal karena Akram tak bisa menemaninya.

Kemudian, ia bersiap-siap setelah memberitahu Mbok Yati untuk menemaninya ke rumah sakit.

Ini adalah pertama kalinya Odit melakukan USG, ingin melihat si jabang bayi. Sebenarnya ia ingin Akram juga ada di sini untuk melihat bayi mereka, tapi apa boleh buat. Akram sibuk dengan kuliah.

Jantung Odit berdebar tak karuan melihat layar yang memperlihatkan si jabang bayi. Apalagi saat mendengar detak jantung si jabang bayi.

"Jangan malas makan, ya?" Odit mengangguk pelan. Meringis setelah mendengar bobot bayinya tak seperti bayi tiga belas minggu pada umumnya karena ia yang malas makan.

"Saya masih mual-muntah, Dokter. Apa gak pa-pa? Karena saya pernah baca artikel katanya kalau sudah masuk trimester kedua mual-muntah tidak lagi dialami ibu hamil, tapi kenapa saya masih mengalami hal itu?"

Walau Mama dokter kandungan, tapi Odit tak bisa bertanya hal seperti ini. Masih ada rasa sungkan jika ingin berbicara pada Mama, walau Mama sangat baik padanya.

"Memang usia kandungan tiga belas minggu biasanya ibu hamil tidak mual-muntah lagi. Tapi, kalau masih mengalami hal itu tidak apa-apa, itu wajar. Tapi kalau sudah memasuki usia kandungan enam belas minggu dan masih mengalami mual-muntah, itu yang baru berbahaya. Jadi, sering-sering kontrol ya? Dan saya akan berikan vitamin ke Ibu biar punya nafsu makan."

Odit mengangguk paham.

Setelah menerima gambar hasil USG dan remakan detak jantung bayi yang ia minta. Ia ingin Akram mendengarnya.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang