Berkata 5 : Berkata Jujur

4.7K 534 6
                                    

Beberapa kali Akram menghembuskan nafas kasar. Melirik jam yang tertempel di kamarnya. Sudah hampir dua jam ia berkutat dengan pikirannya sendiri. Mengumpulkan keberanian untuk memberitahu orang tuanya yang saat ini berada di rumah di akhir pekan.

Saat jarum pendek jam menunjuk di angka sembilan dan jarum panjangnya di angka dua, ia pun berdiri lalu berjalan keluar dari kamar menuju kamar orang tuanya.

Ia tidak langsung mengetuk pintu di hadapannya. Menghembuskan nafas panjang lalu mengetuknya perlahan. Terdengar suara Mama yang menyahut dari dalam.

"Siapa?"

"Akram, Ma." Pintu terbuka menampilkan Mama dengan raut bingung melihat sang putra.

"Kenapa Dek?" tanya Mama.

"Akram mau ngomong sama Mama dan Papa."

"Mau ngomong apa?" Mereka masuk. Terlihat Papa sedang menatap layar ponsel duduk di kursi pijat.

"Kenapa?" tanya Papa sembari menurunkan kacamata bacanya.

Baik Mama maupun Papa sontak terkejut melihat Akram yang duduk bersimpuh sembari menunduk.

"Kenapa Dek? Hei!" Mama memegang kedua pundak Akram, menariknya agar anak bungsunya tersebut berdiri, namun Akram menahan tubuhnya dan menggeleng.

"Maaf... maaf... maaf... Pa, Ma," lirih Akram menangis membuat Papa dan Mama semakin terkejut.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Mama mulai khawatir, berjongkok di sebelah Akram sembari menangkup wajah putranya lalu menegakkannya.

"Kenapa, Dek?" tanya Mama lagi mengusap air mata Akram.

"A-Akram..." Suara Akram tercekat. Lidahnya keluh untuk digerakkan, "A-Akram..."

"Kamu kenapa?" Akhirnya Papa angkat bicara, berdiri menjulang di hadapan Akram dan Mama.

Akram meneguk ludahnya kasar, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Susah payah ia bicara,
"Akram... Akram hamilin temen Akram...." Oapa dan Mama semakin terkejut.

Tanpa kata Papa menampar keras kepala Akram hingga tertoleh membuat Mama memekik.

Papa menarik Mama untuk berdiri, menyuruh Mama menjauh dari Akram.

Setelah Mama tidak berada di dekat Akram, Papa mengambil tongkat dan tak segan-segan memukul Akram.

Mama menjerit, hendak menarik Akram yang kini meringkuk di lantai menutupi wajahnya, tapi Papa menggertak agar Mama diam.

Papa kalap. Menendang dan memaki Akram.

"Kamu di sekolahin tinggi-tinggi biar otak mu dipake. Percuma Papa sekolahin kamu. Kamu bener-bener anak gak guna!!! Bikin malu!" Papa kembali menampar kepala Akram lalu memberinya bogeman pada wajahnya dan kembali memukulnya dengan tongkat, hendak memukul wajah Akram, tapi dengan cepat Akram menutup wajahnya hingga kedua punggung tangannya yang terluka.

Seluruh tubuh Akram remuk, ia hanya mampu mendesis menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Kamu baru lulus sekolah Akram!! Kenapa gak gunain otak mu sebelum bertindak?! Belum jadi apa-apa udah sok-sok'an hamilin anak orang!!" Tendangan terakhir Papa layangkan ke punggung Akram hingga putranya tersebut terbatuk-batuk.

Dengan cepat Mama beringsut membantu Akram bangun saat Papa berhenti memukul Akram.

"Pa udah!" seru Mama menangis tersedu-sedu. Kasihan melihat anaknya dipukul.

"Anak mu sialan itu hamilin anak orang! Bikin malu saja!!" teriak Papa murka menunjuk Akram yang dipeluk erat Mama yang menangis tersedu-sedu.

Papa melengos keluar, tak ingin lebih lama di dalam kamar.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang